Suaramuslim.net – Siapakah yang ujian hidupnya paling berat? Tentulah para nabi dan rasul. Mereka mendapat tugas untuk menyampaikan risalah ketuhanan. Di sanalah kemudian para nabi itu mendapat pertentangan dan bahkan permusuhan yang keras dari kaum yang menolak ajaran Tuhan. Di ulasan singkat ini, kita bahas ujian berat 5 nabi pilihan beserta doa-doa yang mereka panjatkan kepada Allah ketika mengalami cobaan itu.
Menurut Laurence Brown, seorang dokter di angkatan udara Amerika Serikat yang masuk Islam pada 1990, sebenarnya beban hidup kita saat ini sangat ringan dibandingkan para nabi dan rasul dahulu. Sehingga ia mengatakan, “Dan dalam kehidupan dunia ini, orang-orang pilihan Tuhan-lah yang mengalami cobaan terbesar. Mereka direndahkan oleh kaumnya sendiri, disiksa, dibunuh, anak-anak mereka ada yang mati. Jadi kita harus mengerti bahwa hidup ini merupakan ujian. Hidup ini adalah tempat membuktikan apakah kita layak menerima hadiahnya dalam kehidupan akhirat. Surga itu diraih dengan usaha, kau meraihnya lewat kesusahan, bukan dari kesenangan duniawi” (dikutip lampuislam.org).
Kita coba sedikit ulas ujian berat 5 nabi pilihan beserta doa-doa yang mereka panjatkan.
1. Nabi Nuh as
Nabi Nuh mendapat tugas berdakwah kepada kaum yang kafir dan menyekutukan Allah. Kaumnya menyembah patung berhala yang bernama Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Menurut suatu riwayat, nama-nama berhala ini dulunya orang-orang salih. Lalu untuk mengenang kesalihan mereka sepeninggalnya, mereka membuatkan patung. Berganti zaman, kaum setelahnya menganggap patung-patung ini sebagai membawa kemanfaatan. Dan bahkan mereka menyembah patung-patung itu karena kebodohan mereka.
Lalu Allah mengutus kerabat dekat kaum itu yaitu Nabi Nuh as. Bukannya malah sadar akan kebodohan mereka, namun mereka malah menentang nabi Nuh as. “Mereka berkata, ‘Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti wahai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam” (QS Asy Syu’ara 116).
Tak hanya setahun dua tahun Nabi mengajak mereka beriman, namun 9,5 abad lamanya. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang lalim” (QS. Al Ankabut 14).
Durasi yang lama tidak membuat kaumnya makin taat kepada Nabi Nuh. Mereka menolak, menentang, mengolok-olok dan bahkan mengintimidasi secara fisik yakni ancaman rajam. Di tengah penolakan dan permusuhan itu, Nabi Nuh as berdoa rabbigfir lī wa liwālidayya wa liman dakhala baitiya mu`minaw wa lil-mu`minīna wal-mu`mināt, wa lā tazidiẓ–ẓālimīna illā tabārā
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.”
Hanya sedikit di antara kaumnya yang akhirnya bersedia beriman dan turut dalam bahtera. Bahkan istri Nabi Nuh dan salah satu anaknya tak mau beriman. Si anak bersikeras naik ke gunung demi menghindari air bah. Namun tak ada yang selamat dari siksa Allah hari itu. Nabi Nuh sempat mempertanyakan ketetapan Allah mengapa Allah tidak menyelamatkan salah satu anaknya itu padahal Allah sudah berjanji untuk menyelamatkan keluarga Nuh. “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya’” (QS. Hud 45).
Lalu Allah meluruskan hal ini. “Allah berfirman, ‘Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan’” (QS. Hud 46).
Maka Nabi Nuh pun menyadari hikmah ini seraya berdoa, “Nuh berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi’” (QS. Hud 47).
2. Nabi Hud
Nabi Hud as yang masih ada kekerabatan dengan kaum Ad juga tidak lepas dari ujian berat kenabiannya. Mereka ini kaum yang ahli membuat bangunan tinggi dan istana yang megah. Nabi Hud menegur kaum Ad. “Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku” (QS. Asy Syua’ra 128-135).
Kaum Ad mendustakan Hud. “Mereka menjawab, “Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali tidak akan diazab’” (QS. Asy Syua’ra 136-138).
Setelah berdakwah dan mendapat penolakan, maka Nabi Hud melafalkan doa sebagai bentuk kepasrahan kepada Allah. “Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus” (QS. Hud 56).
3. Nabi Ibrahim
Inilah sosok yang namanya dicatat Al Quran sebagai teladan yang baik, bersama Rasulullah Muhammad saw. “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…” (QS. Al Mumtahanah 4).
Nabi Ibrahim adalah teladan dalam semua kebaikan. Dia melalui banyak ujian dan rintangan. Dia telah melakukan perjalanan dan perenungan memahami siapa Tuhan yang hakiki di tengah kaum yang menyembah berhala. Ibrahim juga harus menghadapi sang raja dan rakyatnya yang mempraktikkan penyembahan berhala. Dia harus menghadapi eksekusi dengan cara dibakar hidup-hidup.
Ibrahim juga melalui pengorbanan yang tak terbayangkan. Harus menerima perintah mengorbankan anak kandungnya sendiri. Ibrahim juga harus merenovasi Baitullah yang hanya dibantu Ismail. Banyak ujian yang telah Allah bebankan kepadanya dan dia telah menuntaskannya.
Setelah merenovasi Kabah bersama Ismail, kedua berdoa, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang” (QS. Al Baqarah 128).
Ibrahim juga berdoa kepada Allah ketika sekian lama belum dikaruniai putra. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih” (QS. Ash-Shaffat 100).
4. Nabi Yusuf
Kisah Nabi Yusuf adalah kisah terbaik di antara kisah-kisah yang ada di dalam Al Quran. “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (QS. Yusuf 3).
Di dalam kisah Nabi yusuf ini, hampir semua unsur kehidupan manusia tercakup di dalamnya, termasuk ujian berat kenabiannya. Ada benci & cinta, gejolak syahwat & kesucian, kehinaan & kehormatan, ada dusta & kejujuran, ada penjara & istana, keterpurukan & kejayaan, kedengkian & kemaafaan, dst. Ibarat cerita film, kisah ini paling lengkap unsur dramanya.
Siapa yang bisa menyangka bocah sekecil itu harus merasakan kedengkian saudara kandungnya sendiri yang jauh kebih dewasa. Harus terdampar di sumur dan harus merasakan penjara tanpa kesalahan apapun. Kemuliaan akhlak Nabi Yusuf kemudian tampak ketika memaafkan semua saudara meskipun dia bisa membalasnya dan bahkan ketika Yusuf telah menjadi pembesar Mesir. Sehingga mudah baginya membalaskan dendamnya.
Di akhir kisah, Nabi Yusuf memuji keagungan Allah sebagai sebaik-baik pelindung seraya berdoa, “(Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang shalih” (QS. Yusuf 101).
5. Nabi Muhammad
Sebagai penutup para nabi, Rasulullah Muhammad saw mendapat banyak keistimewaan. Di antaranya adalah doa dan zikir yang tidak Allah berikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Doa-doa ini hanya diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad dan diperuntukkan bagi umat akhir zaman.
Melalui lisan Rasulullah saw, Malaikat Jibril mengabarkan, “Sampaikanlah berita gembira kepada umatmu mengenai dua cahaya, kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu, dan belum pernah sama sekali diberikan kepada nabi sebelummu. Yaitu surah Al Fatihah dan beberapa ayat terakhir surah Al Baqarah. Tidaklah kamu baca satu huruf saja membacanya, kecuali akan diberi pahala” (HR. Muslim).