Suaramuslim.net – Allah berfirman dalam QS Ar Rum ayat 54:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.
Dari ayat di atas, manusia itu umurnya pasti melalui tiga fase hidup.
1. Fase lemah, fase yang sangat tergantung dengan yang lain.
2. Fase kuat, mandiri
3. Fase lemah, yang sudah saatnya bergantung dengan Penciptanya.
Dan dari fase-fase hidup tersebut telah nampaklah pada puncaknya seseorang akan kembali kepada Rabnya, alias ajal umurnya sudah habis.
Karena hakikat umur manusia itu, jika bertambah angkanya, maka berkuranglah masa hidupnya di dunia.
Syekh Hasan Al Bashri berkata;
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu. (Hilyatul Awliya, 2: 148).
So, silih bergantinya hari, silih bergantinya pekan, dan setiap pergantian tahun sesungguhnya adalah tanda semakin berkurangnya masa hidupmu di dunia.
Karena itu di setiap fase hidupmu manfaatkan dan isi dengan hal-hal yang berguna.
Bukankah waktu itu ada macam;
1. Hari kemarin yang telah berlalu dan bagi kita itu menjadi pelajaran dan taubat yang dapat menjadi energi perbaikan kedepannya.
Basyr bin Al Harits berkata:
مررت برجل من العُبَّاد بالبصرة وهو يبكي فقلت ما يُبكيك فقال أبكي على ما فرطت من عمري وعلى يومٍ مضى من أجلي لم يتبين فيه عملي
Aku pernah melewati seorang ahli ibadah di Bashrah dan ia sedang menangis. Aku bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangis karena umur yang luput dariku dan atas hari yang telah berlalu, semakin dekat pula ajalku, namun belum jelas juga amalku. (Mujalasah wa Jawahir Al ‘Ilm, 1: 46, Asy Syamilah).
2. Hari ini, adalah menjadi peluang besar yang tidak boleh tersiakan. Hari ini adalah hari besar bagi manusia yang punya semangat besar.
‘Aun bin Abdullah berkata:
ان من انفع ايام المؤمن له في الدنيا ما ظن انه لا يدرك اخره
Sesungguhnya hari yang bermanfaat bagi seorang mukmin di dunia adalah ia merasa bahwa hari besok sulit ia temui. Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 385.
Jangan tunggu hari esok, kalau hari ini ada yang bisa kita lakukan dari amal saleh.
Ibnu ‘Umar pernah berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu. (Al Bukhari No. 6416).
3. Hari esok, tataplah dengan semangat, azam yang kuat untuk menyambutnya dengan hal yang positif. Dan itu dengan selalu beramal saleh dimulai dari now, hari ini.
Isilah waktu dalam usia ini dengan hal yang diridai Allah supaya kita tidak menyesal di kemudian hari. Karena di akhirat banyak manusia yang menyesal.
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (QS. Fathir: 37).
Dan dalam ayat lainnya;
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (QS. Al Mu’minun: 99-100).
So… Sebelum menyesal yang tidak berguna, manfaatkan sisa masa hidupmu yang tidak seberapa ini di dunia dengan mengisi setiap waktumu dengan amal saleh dan amal muslih (yang turut mengajak orang untuk beramal saleh juga).
Karena ketika masamu sudah habis (ajal), maka yang tersisa adalah penyesalan dan kesuksesan.
Ada kisah yang menarik dari Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur (712–775) yang merupakan Khalifah kedua Bani Abbasiyah.
Suatu saat seorang penasihat khalifah (yang pernah melihat kekhilafahan Umawiyyah) masuk ke ruangan Al Manshur pada hari dia dibaiat menjadi Khalifah umat Islam. Al Manshur berkata: “Nasihatilah aku.”
Penasihat itu berkata: “Aku nasihati kamu dengan yang aku lihat atau dengan yang aku dengar?” Berkata Al Manshur: “Dengan yang kau lihat.”
Dia berkata: “Wahai Amirul mukminin, dulu Umar bin Abdul Aziz (dari Umawiyyah, berkuasa 2 tahun 136 hari) punya 11 anak. Dan ketika matinya meninggalkan 18 dinar. Untuk kafan 5 dinar, untuk urusan kuburnya 4 dinar dan sisanya diberikan pada anak-anaknya.”
Sedangkan penguasa setelahnya Hisyam bin Abdul-Malik (berkuasa 19 tahun 11 hari) juga dari Umawiyyah, punya 11 anak. Setiap anak mendapat bagian sejuta dinar ketika matinya.
“Demi Allah wahai Amirul mukminin, aku melihat pada suatu hari anak-anak Umar bin Abdul Aziz bersedekah dengan 100 kuda untuk jihad fi sabilillah. Dan kulihat salah satu anak Hisyam meminta-minta di pasar.”
Masya Allah ini nasihat yang indah bagi kita semua bagaimana memanfaatkan umur yang tidak begitu lama di dunia ini.
So, janganlah terlalu berbahagia dengan panjangnya umur ketika tidak dapat memanfaatkan umur itu dalam kebaikan.
Wallahu A’lam