5 Sebab Hati Sempit, Nomor 3 Termasuk Dosa Tak Akan Diampuni

5 Sebab Hati Sempit, Nomor 3 Termasuk Dosa Tak Akan Diampuni

5 Sebab Hati Sempit, Nomor 3 Termasuk Dosa Tak Akan Diampuni
Ilustrasi praktik kemusyrikan. (Ils: quickanddirtytips.com)

Suaramuslim.net – Mengapa ada orang yang stres sampai depresi? Bahkan ada yang sampai gila dan bunuh diri. Apa masalah yang menimpa mereka sampai mengalami goncangan jiwa? Kadang kala masalah itu punya bobot yang sama antara satu sama lain. Ada masalah kekurangan ekonomi, utang piutang, konflik suami istri, urusan pekerjaan, ada masalah hukum, dll. Di artikel ini, kita sekilas ulas. Inilah 5 sebab hati sempit, nomor 3 termasuk dosa tak akan diampuni Allah jika tidak bertobat sebelum mati.

Mari kita gunakan sebuah ilustrasi. Ada sesendok garam yang diaduk di segelas  air. Maka air akan terasa asin jika diminum. Lalu dengan takaran yang sama, garam kita aduk di seember air. Tentu rasa airnya tidak begitu terasa asin. Dengan takaran yang sama pula, kita aduk sesendok garam itu di tandon yang terisi air. Pasti airnya tidak terasa asin.

Begitulah cara kerja hati manusia. Masalah tetaplah masalah. Ia terasa asin bahkan pahit. Luasnya hati kitalah yang akan mencernanya. Jika hati sempit, maka masalah itu akan sangat terasa asin. Sangat berbeda jika hati kita lapang. Rasa asin bahkan pahit itu bisa jadi tidak begitu terasa. Karena itu, mari kita sedikit ulas apa saja sebab hati menjadi sempit dan semoga Allah menjauhkan kita dari sebab-sebab tersebut. Inilah 5 sebab hati sempit, nomor 3 termasuk dosa tak akan diampuni Allah jika tidak bertobat sebelum mati.

1. Dosa dan maksiat

Jika manusia melakukan dosa, maka ada titik noda di hatinya. Jika tidak segera istigfar dan bertobat, maka noda itu makin melekat di hatinya. Makin lama makin menutupi hatinya. Tidak hanya menutupi hati, dosa juga membuat hati menjadi sempit.

Baik dosa besar ataupun dosa kecil, ternyata keduanya sangat berpengaruh negatif terhadap hati. Allah Swt. berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (QS. Al Muthoffifin 14).

Rasulullah saw. bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertobat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang dinamakan ar raan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (Al Muthoffifin 14), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” (HR Tirmidzi). Inilah salah satu dari 5 sebab hati sempit.

2. Mengonsumsi barang yang haram

Suatu ketika Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah saw, ”Wahai Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah saw. menjawab, ”Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabulkan” (HR. At Thabrani).

Disebutkan juga dalam hadis lain bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, ’Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!’ Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (HR. Muslim).

3. Amalan kemusyrikan

Kemusyrikan adalah pelecehan terbesar terhadap kekuasaan dan keesaan Allah Swt. Nasihat Luqman kepada anaknya, “Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar” (QS. Lukman 13). Ada berbuat musyrik dengan mengagungkan batu, gunung, patung, jimat, pohon, kepala kerbau, bunga-bunga, kuburan, dan benda-benda mati lainnya maupun hewan-hewan tertentu.

Orang yang berbuat musyrik itu mungkin masih percaya Allah Swt. Namun, mereka meyakini ada kekuatan lain yang bisa melindungi mereka dan memberi keselamatan dan memberi rezeki. Namun perbuatan musyrik membuat sempit hati dan takut tidak pada tempatnya.

Sebaliknya, orang mengesakan Allah dan menjauhi kemusyrikan akan mendapat ketenangan hati. “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. Al An’am 82).

Jika ia tidak bertobat dari perbuatan syirik setelah ajal menjemput, maka Allah tak akan mengampuninya. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisaa 48).

Dalam menjelaskan tentang dosa syirik atau kemusyrikan, Syeikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat yang mulia ini untuk orang yang tidak bertobat. Adapun orang yang bertobat (dari kemusyrikan sebelum wafat, Red), maka dosa syirik dan dosanya yang lain akan diampuni, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar :53), yaitu (Allah akan mengampuni semua dosa) bagi siapa saja yang bertobat dan kembali kepadaNya” (dalam https://almanhaj.or.id/2169-apakah-dosa-syirik-dimpuni.html).

4. Rasa dendam dan dengki

Perhatikan sabda Rasulullah saw. berikut ini, “Menjalar kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan mencukur agama” (HR At-Tirmidzi). Dan hati para pendengki itu akan terasa sempit melihat anugerah dan nikmat dari Allah pada orang lain.

Kebaikan-kebaikan yang telah perbuat akan hangus gara-gara dengki. Rasulullah saw. bersabda, “Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR Abu Daud).

5. Sikap munafik

Nabi saw. bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat” (HR Bukhari).

Orang-orang munafik adalah kaum pengecut. Pada momen jihad Uhud, Rasulullah saw. dan kaum muslimin menyongsong musuh di luar Madinah. Ketika sampai di as-Syauth (nama tempat), tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul diikuti oleh tiga ratus munafik lainnya membelot, kembali dan tidak mau ikut berperang. Mereka beralasan bahwa peperangan tidak akan terjadi. Begitulah sikap munafik yang diliputi rasa pengecut karena hati mereka sempit akibat dosa dan rasa dengki yang disembunyikan di hatinya.

“Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal hanya kepada Allah” (QS Ali Imron 122).

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment