Suaramuslim.net – Kasus virus corona yang awalnya dari Wuhan Tiongkok akhirnya menyebar sampai ke pusat kegiatan ibadah umat islam yaitu dua Tanah Haram, Madinah Al Munawwarah dan Mekkah Al Mukarromah.
Dan itu berefek kepada penutupan sementara kegiatan umrah ke tanah suci. Sehingga sejak tanggal 27 Februari sudah tidak ada pemberangkatan jemaah umrah dari negara-negara yang dicekal karena terindikasi virus corona.
So… Bala corona ini sudah merebak ke mana-mana, dan menimpa siapa pun. Tidak peduli muslim maupun nonmuslim. Kok bisa ya? Jadi ingat firman Allah:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS al-Anfal: 25).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa azab Allah tidak hanya bisa menimpa negara Tiongkok atau negara adidaya lain yang sombong. Tapi bisa menimpa kita, orang-orang yang beriman.
Azab Allah itu ternyata tidak hanya menimpa kepada pelaku dosa saja, pelaku zalim saja, tapi juga menimpa kepada manusia yang bersih dari kelakuan dosa.
Kenapa bisa menimpa orang beriman juga?
- Ini sudah menjadi sunnatullah, keputusan Allah yang tertuang dalam surat Al Anfal ayat 25 dengan catatan pada poin kedua.
- Yaitu, apabila selama ini kita hanya diam dan cuek dengan kondisi kemungkaran yang dilakukan orang zalim atau pelaku dosa. Bahkan tidak hanya diam, sebaliknya mendukung pendapat dan kelakuan mereka yang jelas-jelas melanggar syariat.
Nabi shallalallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ الْعَامَةَ بِعَمَلِ الْخَاصَةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانِيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُوْنَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوْهُ فَلاَ يُنْكِرُوْهُ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَذَّبَ اللهُ الْعَامَةَ وَالْخَاصَةَ
Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa masyarakat umum karena perbuatan orang-orang tertentu hingga masyarakat umum melihat kemungkaran di hadapan mereka sedang mereka mampu mengingkarinya tetapi mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka berbuat demikian maka Allah akan menyiksa masyarakat umum dan orang-orang tertentu itu. (Ahmad dan Ath-Thabrani).
Dalam kondisi seperti itu, apa yang harus dilakukan?
- Cepatlah bertaubat dengan memperbanyak amal saleh dan banyak beristigfar
Mulai sekarang perbanyak ucapan; Astaghfirullahalazim.
- Cepatlah kembali kepada jalan Allah, jalan kebaikan. Yaitu jalan amar makruf dan nahi mungkar
Agar doa doa kita dijabahi Allah, doa agar terhindar dari bala corona, beramar makruflah serta bernahi mungkarlah.
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوْشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ.
Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian bersunguh-sungguh menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau Allah akan menimpakan siksaan kepada kalian dari sisi-Nya, kemudian kalian berdoa kepada-Nya tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.
- Semangat beribadah
Tegakkan salat dengan benar, karena salat itu dapat memunculkan imunitas tubuh.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه ، قَالَ : هَجَّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهَجَّرْتُ فَصَلَّيْتُ ثُمَّ جَلَسْتُ فَالْتَفَتَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : اِشْكَمَتْ دَرِدَ ؟ قُلْتُ : نَعَمْ ، يَارَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ : قُمْ فَصَلِّ فَإِنَّ فِي الصَّلاَةِ شِفَاءً (رواه إبن ماجه)
Dari Abu Hurairah dia berkata: ‘Nabi berjalan-jalan, lalu saya menemani (beliau). Kemudian saya salat. Lalu saya duduk. Kemudian Nabi menoleh kepadaku bertanya: ‘Apakah kamu sakit perut?’ Saya menjawab: ‘Ya wahai Rasulullah’. Nabi bersabda: ‘Bangun dan salatlah, karena sesungguhya di dalam salat itu terdapat obat.” (Ibnu Majah).
Dan di antara salat yang benar adalah dengan berwudhu yang ihsan (terbaik lagi sempurna), karena di antara cara menggapai salat yang berkualitas adalah melalui wudhu yang ihsan.
Dari Humroon -bekas budak Utsman bin Affan– suatu ketika Utsman memintanya membawakan air wudhu, kemudian ia tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangannya. Maka ia membasuh kedua tangannya sebanyak tiga kali, lalu ia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu kemudian berkumur-kumur, lalu beristinsyaq dan beristintsar.
Lalu beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, (kemudian) membasuh kedua tangannya sampai siku sebanyak tiga kali kemudian menyapu kepalanya kemudian membasuh kedua kakinya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengatakan, “Aku melihat Nabi Muhammad berwudhu dengan wudhu yang semisal ini dan beliau shallallahu alaihi was sallam mengatakan, “Barangsiapa yang berwudhu dengan wudhu semisal ini kemudian salat 2 rakaat (dengan khusyuk) dan ia tidak berbicara di antara wudhu dan salatnya maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Al-Bukhari dan Muslim).
Berpuasa sunnah, karena ia adalah junnah, imunitas.
Nabi Muhammad pernah bersabda; “Puasa adalah perisai.” (Al-Bukhari dan Muslim).
Banyak zikir dan doa.
Setiap selesai salat Subuh dan Magrib baca ini;
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Aku berlindung) dengan nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang bisa membahayakan. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Banyak doa Nabi Yunus dan banyak baca salawat.
- Tenang dalam menghadapi bala corona ini, tidak perlu panik sampai menimbun masker, empon-emponan karena ketakutan yang tidak mendasar, apalagi dikompori medsos yang hoaks.
Yang harus dilakukan adalah meyakini bahwa tidak terjadi bala kecuali atas izin-Nya, tidak ada penyakit corona yang menular kecuali atas kehendak-Nya. Jangan takut kepada corona, tapi takutlah kepada Yang Menciptakan Corona. Dunia memang kebalik-balik ya, yang lemah ditakuti dan Yang Maha Kuat dicuekin.
Perhatikan hadis dari Abu Hurairah berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ النَّبيُّ : لاَ عَدْوَى, وَلاَ طِيَرَةَ , وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada penyakit menular dan thiyarah (merasa sial dengan burung dan sejenisnya), dan saya menyukai ucapan yang baik. (Muslim).
Yang dimaksud hadis tersebut, adalah tidak ada penyakit menular dengan sendirinya, semua terjadi atas qodarullah (kehendak Allah).
- Tetap menjaga pola hidup sehat dan pola makan yang halal, tayyib, dan barakah
Halal, dengan pilihan makan yang diridhai Allah. Tayyib, dengan pilihan makanan yang higienis, tidak menjijikan, tidak tercemar bahan kimia yang berpotensi bahaya dan sebagainya. Barakah, dengan berdoa sebelum makan serta mensyukurinya sebagai nikmat Allah.
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (An-Nahl: 114).
يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
Wahai gulam, sebutlah nama Allah (bacalah “bismillah”) makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu kata Anas. (Al-Bukhari dan Muslim).
- Berikhtiar untuk tidak berpergian ke wilayah yang terkena wabah corona, dan hal ini yang disarankan oleh Nabi Muhammad
Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Abbas dalam riwayat yang panjang terkait Amirul Mukminin Umar bin Al Khatab.
Sesungguhnya Khalifah Umar bin Khattab hendak berkunjung ke wilayah Syam yang baru saja jatuh ke tangan umat Islam. Namun ketika sang khalifah dan rombongan tiba di daerah Syargh, ada kabar dari panglima perang pasukan Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah kalau masyarakat Syam tengah menderita penyakit kolera.
Mendengar informasi tersebut, Khalifah Umar tidak langsung melanjutkan perjalanannya ke Syam. Begitu juga tidak langsung membatalkannya. Hal pertama yang dilakukan Khalifah Umar adalah menggelar musyawarah.
Beliau, mulanya meminta pendapat kaum Muhajirin angkatan pertama. Apakah tetap melanjutkan perjalanan ke Syam meski ada wabah kolera atau membatalkannya dan kembali ke Madinah?
Sebagian kaum Muhajirin berpendapat kalau Khalifah Umar dan rombongan hendaknya meneruskan perjalanan. Dan sebagian kaum Muhajirin yang lain mengatakan, sebaiknya Khalifah Umar dan rombongan membatalkan perjalanannya.
Khalifah Umar juga meminta pendapat dari kaum Anshar. Sama seperti kaum Muhajirin sebelumnya, sebagian kaum Anshar juga berpendapat bahwa sang khalifah harus tetap melanjutkan perjalanan. Sebagian lainnya mengusulkan agar sang khalifah membatalkannya.
Pada musyawarah berikutnya ini, Khalifah Umar mengundang para sesepuh Quraisy yang berhijrah pada saat Fathu Makkah untuk dimintai pendapat.
“Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu.” Ujar mereka.
Segera setelah mendapat masukan dari para sesepuh Quraisy, Khalifah Umar mengumumkan pembatalan agenda kunjungannya ke Syam. Ia dan rombongannya akan kembali ke Madinah.
Keputusan Khalifah Umar dipertanyakan oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, “Apakah engkau melarikan diri dari ketentuan Allah?” Tanya Abu Ubaidah kepada Khalifah Umar.
Khalifah Umar menjawab, memang dirinya dan rombongannya melarikan diri dari ketentuan Allah namun untuk menuju ketentuan-Nya yang lain. Khalifah Umar lantas memberikan ibarat tentang ketentuan Allah kepada Abu Ubaidah: seandainya engkau memiliki sejumlah unta. Kemudian ada dua tempat untuk menggembala unta. Yang satu hijau penuh tumbuh-tumbuhan dan yang satunya kering kerontang.
“Jika engkau menggembalakan unta-untamu di tempat yang hijau, menurutmu bukankah itu karena ketentuan Allah? Demikian halnya jika engkau menggembalakannya di tempat yang kering kerontang,” tanya balik Khalifah Umar.
Mendengar penjelasan Khalifah Umar, Abu Ubaidah akhirnya memahami dan membetulkan keputusan Umar untuk kembali ke Madinah.
Dan datanglah Abdurrahman bin Auf menguatkan keputusan Khalifah Umar dengan ungkapan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda;
إِذَا سَمِعْتُمْ بِه بارض فلا تقدموا عليه و اذا وقع بارض و انتم بها فلا تخرجوا فرارا منه
Dalam riwayat Usamah bin Zaid:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu. (Muttafaqun alaih).
So… Dengan ikhtiar dan doa seperti 6 poin di atas, semoga Allah menyelamatkan kita semua dan memaaafkan kesalahan kita… Aamiin.
Wallahu A’lam.
Ditulis di Madinah Al Munawwarah, selagi persiapan safar umrah ke Mekkah (Kamis, 27 Februari 2020), direvisi di Indonesia (Jumat, 6 Maret 2020).