Suaramuslim.net – Mau mandi air hangat di bak, Anda langsung nyemplung atau nyelupin jari dulu?
Mau minum kopi panas, Anda langsung tenggak atau seruput dulu pelan-pelan?
Mau menyeberang jalan ramai, Anda langsung terobos saja atau tengok kiri kanan dulu?
Itulah tabiat kita. Insting saat menemui sesuatu yang sekiranya diri kita akan bereaksi. Berhati-hati.
Begitulah seharusnya kita saat ini. PSBB berakhir, lockdown melonggar, rumah ibadah dibuka, mal dan pasar mulai ramai. So what? Biarkan saja. Tetaplah hati-hati, sebagaimana saat hendak mandi air hangat atau minum kopi panas tadi.
Alasan-alasan mereka yang membuka kembali tempat kegiatan umum berlabel new normal harus kita imbangi dengan tetap siaga dan waspada.
Haloooo ….. Ini masih belum aman. Masih bahaya di luar sana. Corona belum pergi.
Ingat, para ahli bilang banyak Orang Tanpa Gejala, lho. Oke kita sehat, tapi yakinkah kita tidak membawa virus?
Biarlah rumah ibadah dibuka untuk komunitas terbatas yang jelas riwayat kesehatan dan pergerakannya. Pengelola atur kegiatan terbatas dulu, sambil mengedukasi jamaahnya. Kita tak perlu paksakan diri.
Beribadah di rumah sama baiknya, bahkan bernilai lebih jika diniatkan memutus rantai penularan dan menyelamatkan sesama manusia. Simpel dan berpahala. Asal mau saja.
Biarlah restoran buka, toh masih bisa order online. Atau drive thru. Atau take away. Waiters pun berkurang pekerjaan karena tidak perlu membersihkan meja, piring, gelas kotor kita. Owner tetap dapat pemasukan, karyawan bisa gajian. Pokoknya kita jangan nongkrong saja. Simpel. Asal mau saja.
Biarlah pasar buka. Ada teman di Bandung, tinggal di Cisitu Lama, daerah atas dekat Dago. Begitu ada gelombang corona masuk dia langsung turun ke Pasar Cihapit di seputaran Jalan Riau. Dia kumpulkan nomor-nomor WA para pedagang bahan pokok dan makanan.
Next duduk manis di rumah, order beras, bawang, brambang, sayur mayur via WA, kirim pakai ojol. Pedagang dapat pemasukan, ojol dapat order. Simpel. Asal mau saja.
Demikian juga dengan lainnya, sekolah, kampus, pesantren, dan lainnya. Tetaplah lakukan aktivitas, tapi dengan meminimalisir pergerakan dan konsentrasi massa.
Lakukan hal-hal yang betul-betul basic dulu, puasa hal-hal sekunder. Sementara gak nongkrong di kafe dan gak nge-mall gak masalah, kan?
Tuhan kasih kita kemampuan adaptasi yang luar biasa, lho. Manfaatkan itu. Dan itu bukan new normal. Itu normal-normal saja, kok.
Senormal kita menyeruput kopi panas pelan-pelan.
Tabik.