Suaramuslim.net – Sejatinya hidup ini adalah ujian, setiap persoalan atau ujian yang kita dihadapi seseungguhnya adalah untuk membuat kita lebih bertahan dalam menjalani kehidupan.
Ujian atau persoalan yang kita alami dalam hidup adalah sebuah tantangan yang dengannya kita bertahan untuk terus hidup, karena merasa ada hal yang harus diselesaikan, di saat tantangan itu tidak ada maka besar kemungkinan kita akan terlena dengan suasana dan tidak mampu lagi mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Namun yakinlah bahwa apabila kita bersungguh-sungguh dalam menghadapi setiap ujian, maka dengan izin Allah kita pasti tampil sebagai pemenang yang mampu keluar dari masalah itu dengan gagah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dialah Allah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang terbaik amalnya.” (Al-Mulk:3).
Berdasarkan informasi Allah tersebut menunjukkan bahwa hidup memang penuh dengan ujian karena ujian menjadikan hidup kita lebih hidup, dengan ujian menjadikan kita bisa bertahan.
Ujian adalah cara Allah mempersiapkan diri kita untuk mewujudkan makhluk ciptaan yang terbaik. Sehingga dengan ujian itu Allah melatih diri kita melakukan aktivitas terbaik selama ujian berlangsung. Dan hanya mereka yang bersikap terbaik selama ujian, yang akan keluar sebagai pemenang.
Ujian adalah sesi antara dari dua realitas, yaitu realitas masa lalu dan realitas masa depan. Ujian adalah sebuah tangga sukses yang diharapkan. Ibarat seorang anak sekolah yang sebelumnya masih kelas satu, agar dia bisa naik ke kelas dua maka sesi antara kedua realitas itu adalah ujian.
Kemudian dari sanalah diketahui siapa yang berhasil melalui ujian dengan cara yang terbaik dan hasil yang terbaik.
Jika si anak mampu melewati ujian dengan hasil terbaik maka dia akan dinyatakan naik kelas dengan peringkat tertentu di antara rekan-rekannya yang lain.
Mereka yang berhasil tentulah mereka yang telah mempersiapkan diri lebih matang sebelum menghadapi ujian dan bersikap yang terbaik di saat ujian itu berlangsung. Untuk itu sikap seseorang dalam menghadapi ujian menjadi tolok ukur berhasil tidaknya dia melewati masa-masa kritis kenaikan kelas tersebut.
Ujian (fitnah) berasal dari kata bahasa Arab fa-ta-na yang berarti imtihaan, ikhtiyaar, ibtilaa’, yang artinya ujian. Kalimat fatanu adz-dzahaab berarti membakar emas untuk memurnikannya, artinya emas perlu dibakar (diuji) dulu sampai ketahuan kualitasnya.
Demikian juga pembakaran batu bata dan pencucian pakaian dilakukan untuk menguatkannya dan membersihkannya.
Demikian pula ujian bagi manusia diberikan untuk menguatkan jiwanya dan membersihkan dosanya dan keluar sebagai pemenang.
Artinya setiap ujian adalah untuk memastikan seberapa derajat kualitas keimanan (keyakinan) seseorang akan hal yang diimaninya (diyakininya). Sebagaimana Firman Allah:
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan begitu saja (di saat) mereka mengatakan “kami beriman” dan mereka tidak diuji?” (Al-Ankabut: 2).
Demikianlah setiap hal yang kita yakini, akan diuji Allah, tentang seberapa kuat kita meyakininya. Rasulullah adalah orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, tapi ia juga orang yang paling banyak dan paling berat cobaannya.
Para nabi yang lain juga manusia paling mulia dan paling dikasihi Allah, tapi mereka juga adalah yang paling banyak dan berat cobaannya. Kafilah ini lalu diikuti dengan kafilah para ulama salaf yang saleh, mereka adalah yang paling banyak dan berat pula cobaannya jika dibanding manusia lainnya.
Imam Syafi’i mengalami pengusiran dari Kufah ke Mesir, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa bertahun-tahun, dan Imam Malik disiksa sampai mematahkan kedua tulang bahunya.
Hikmah dari setiap ujian yang dihadapi seseorang akan selalu meningkatkan ketinggian dan kemuliaannya di sisi Allah dan menguji kebenaran keimanannya.
Hikmah yang lain dari ujian adalah bahwa seseorang menjadi semakin matang dan kuat, serta dengan adanya ujian menjadikan seseorang bertawakal dan semakin berserah diri kepada Allah SWT.
Mungkin sebelum datangnya ujian seseorang jarang berkomunikasi dengan Allah, jauh dari ibadah, salat malam jarang dilakukan, bahkan kedekatan dan doa jarang pula dipanjatkan, namun semenjak ujian itu datang, dirinya menjadi lebih dekat dengan Allah, ibadahnya semakin kuat dan salat malamnya dilakukan. Serta tidaklah cobaan yang datang kepada seorang, kecuali hal itu baik baginya sepanjang ia bersabar dan bersyukur, sebagaimana sabda Nabi SAW:
“Menakjubkan urusan seorang mukmin, jika ia mendapatkan nikmat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (Muslim & Tirmidzi).
Lihatlah istri Rasulullah SAW, Aisyah ra yang mendapatkan ujian sangat berat dalam sejarah Islam dengan fitnah yang keji, tetapi Allah SWT menyatakan bahwa hal tersebut sangat baik baginya.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin menceritakan tentang kisah dirinya sendiri, sangkaannya bahwa ia sudah mencapai kesempurnaan dalam bersabar, maka ia berdoa pada Allah untuk diberikan ujian sekehendak-Nya, maka Allah-pun mengujinya dengan ujian yang remeh, yaitu tidak dapat buang air kecil, maka ia pun tidak mampu menanggung ujian tersebut, maka ia pun bertaubat dan Allah menyembuhkannya, maka ia pun keluar ke jalan-jalan sambil berkata pada setiap anak kecil yang dijumpainya: “Pukullah pamanmu yang bodoh ini nak!”
Demikianlah, ujian yang dialami setiap orang tentu berbeda sesuai dengan kadar kemampuannya masing-masing. Namun bagaimanapun ujian adalah sebuah kemestian yang pasti dialami setiap insan untuk mengetahui tingkat keimanan dan meningkatkan daya tahan dalam menjalani kehidupan.
Bahkan ujian adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya, untuk itu bersyukurlah dengan setiap ujian yang dihadapi karena menandakan Allah masih mencintai kita dan berkehendak untuk meningkatkan derajat kita.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung dari besarnya ujian, dan apabila Allah cinta kepada suatu kaum Dia akan menguji mereka, barangsiapa yang rida, maka baginya keridaan Allah; namun barangsiapa yang murka, maka baginya kemurkaan Allah.” (At-Tirmidzi).
Hadis ini mengabarkan bahwa begitulah cara Allah mencintai kita. Dia (Allah) akan menguji kita. Ketika kita rida dengan semua kehendak Allah yang menimpa diri kita, Allah pun rida kepada kita. Bukankah itu obsesi tertinggi seorang muslim? Yaitu rida Allah. Keridaan Allah sebagaimana yang telah didapat oleh para sahabat Rasulullah. Mereka rida kepada Allah dan Allah pun rida kepada mereka.
Hadapilah setiap ujian dengan lapang dada, penuhi dengan rasa syukur dan bahagia, maka ujian akan datang kepada kita ibarat sang kekasih yang siap mewarnai kehidupan ini karena memang hidup ini adalah ujian.
Jika kita tidak bersedia menerima ujian dalam hidup ini maka segeralah keluar dari arena kehidupan, demikian kata bijak.
21 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net