Suaramuslim.net – Sering kali kita mendengarkan sebuah potongan ayat yang sangat familiar di telinga kita yaitu Al-Qur’an surat Al Ghasiyah 25-26.
إِنَّ إِلَيۡنَآ إِيَابَهُمۡ ٢٥ ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا حِسَابَهُم ٢٦
“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.”
Biasanya setiap selesai membaca ayat ini ditambah dengan ungkapan harapan doa; Rabbi Hasibni Hisaban Yasiiran. Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang ringan.
Menurut Imam Nawawi (At Tibyan Fi Adabi Hamalatil Quran) jumhur ulama membolehkan membaca doa ketika mendengar ayat yang mengharuskan doa sekalipun di waktu salat. Hal ini berdasarkan hadis.
Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah bahwa dia melakukan salat malam di samping Rasulullah. Kemudian beliau membaca surah, ketika sampai pada ayat yang menerangkan azab, beliau berhenti dan meminta perlindungan dan ketika sampai pada ayat yang menerangkan rahmat beliau berhenti dan berdoa meminta rahmat, ketika rukuk beliau membaca ‘Subhana rabbiyal ‘adzimi,’ dan ketika sujud beliau membaca ‘Subhana rabbiyal a’la. (An-Nasai).
Permohonan doa itu untuk mendapatkan keringanan hisab di akhirat sangat dianjurkan.
Terkait hisab ini ada suatu perumpamaan, misal saat keluar negeri ada pemeriksaan pasport di bandara, maka ada tiga kemungkinan kondisi.
- Jalur VIP, tanpa pemeriksaan alias langsung masuk tanpa pemeriksaan. Ini yang dimaksud dalam bahasa akhirat bila hisabin.
- Jalur reguler, diperiksa pasport ada diskusi sedikit tapi tanpa interogasi, setelah itu lancar jaya. Inilah mungkin yang disebut dengan hisaban yasiiran.
- Jalur interogasi, pemeriksaannya sangat ketat, ada interogasi yang keras dan ketat.
Maka seperti itulah kurang lebihnya macam-macam hisab di hari akhir nanti.
- Yang masuk surga tanpa hisab, itu banyak
Kalangan 10 Sahabat yang sudah dapat sertifikat masuk surga. Di antaranya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zubair, Thalhah, Abdurrahman, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Saad bin Abi Waqqash.
Sahabat-sahabat yang mengikuti perjanjian Hudaibiyyah yang menurut Jabir bin Abdullah berjumlah 1.400 orang. (Riwayat Al Bukhari).
Nabi Muhammad pernah bersabda ada 70 ribu manusia dari umatnya yang masuk surga tanpa hisab, wajah mereka bercahaya bak rembulan. Dalam sebuah hadis yang panjang, yang kami ambil sebagian sampai kepada sabda Nabi yang terjemahannya:
Dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa dihisab dan disiksa.”
Setelah menceritakan itu, Rasulullah kemudian bangkit lalu masuk ke dalam rumahnya. Orang-orang lalu memperbincangkan mengenai mereka yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa dihisab dan tanpa disiksa.
Sebagian dari mereka berkata, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Rasulullah.”
Ada pula yang mengatakan, “Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah melakukan perbuatan syirik terhadap Allah.”
Mereka mengemukakan pendapat masing-masing. Lalu Rasulullah keluar menemui mereka, dan beliau bertanya, “Apa yang telah kalian perbincangkan?”
Mereka pun menerangkannya kepada beliau. Lantas Rasulullah bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meruqyah, tidak meminta untuk diruqyah, tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial) dan hanya kepada Allah mereka bertawakal.”
‘Ukkasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.”
Rasulullah bersabda, “Engkau termasuk bagian dari mereka.” Kemudian ada lagi yang berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku termasuk bagian dari mereka.” Rasulullah bersabda, “Ukkasyah telah mendahuluimu.” (Al-Bukhari No. 5752 dan Muslim No. 220).
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan, “Mereka itu tidak melakukan thiyaroh (beranggapan sial), tidak meminta untuk diruqyah, dan tidak menggunakan kay (pengobatan dengan besi panas), dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.”
Sudah tentu angka 70 ribu itu bukan angka nominal yang matematis aksioma (pasti di angka itu), tapi itu angka menunjukkan pada begitu banyaknya nanti yang masuk surga tanpa hisab.
Ya Allah… Masukkan kami ke dalam golongan yang 70 ribu itu.. Aamiin.
- Masuk surga dengan hisab yang ringan
Dalam bahasa hadis disebut dengan hisab ‘ardl. Yaitu hisab yang hanya ditampakkan dosanya secara privat tanpa diketahui orang lain karena tertutup dengan yang lainnya dan kemudian diakui itu dosa-dosanya, maka Allah mengampuninya dan disuruh terus jalan menuju surga-Nya. Inilah hisab yang ringan (hisaban yasiiran).
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ٧ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابٗا يَسِيرٗا ٨
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” (Al Insyiqaq: 7-8).
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa.” Aisyah bertanya, ”Bukankah Allah telah berfirman ‘Maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” Maka Rasulullah menjawab: “Hal itu adalah al ‘aradh. Namun barangsiapa yang dimunaqasyah hisabnya, maka ia akan binasa.” (Muttafaqun ‘alaih).
Juga sabda Nabi:
“Sesungguhnya Allah akan mendekatkan orang mukmin, lalu Dia meletakkan tirai-Nya dan menutupinya (dari keramaian). Allah berfirman, “Kamu kenal dosa ini? Kamu kenal dosa ini?
Ia menjawab, “Ya, wahai Tuhanku” sehingga apabila ia telah mengakui dosa-dosanya dan merasakan bahwa dirinya akan binasa, Allah berfirman, ”Aku telah menutupi dosamu di dunia dan Aku akan mengampuninya pada hari ini.”
Maka ia diberikan catatan amal kebaikannya. Sedangkan orang-orang kafir dan munafik, maka para saksi berkata (di hadapan seluruh makhluk), “Merekalah orang-orang yang mendustakan Tuhan mereka. Ingatlah! Sesungguhnya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Bukhari).
Sungguh inilah hisabnya manusia mukmin yang regular, dibuat ringan sama Allah. Ya Robbi hasibni hisaban yasiiran.
- Hisabnya orang yang ahli maksiat, munafik dan kaum kafir
Inilah yang disebut dengan hisab munaqosyah yaitu pemeriksaan yang super ketat karena yang diperiksa memang bermasalah dari aspek amalnya dan akidahnya. Pada hisab ini ada kemungkinan muslim tapi ahli maksiat yang tidak pernah taubat, atau munafik atau kafir. Kalau muslim ahli maksiat ia akan menerima catatan amalnya setelah dihisab dari belakang.
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا ١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا ١٢
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.” Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (Al-Insyiqaq: 10-12).
Catatan hisabnya ada di belakang karena itu ia menanggung malu dengan raport merahnya yang banyak karena dosa-dosanya.
Dan bagi orang kafir akan diberikan dari sebelah kiri karena kehinaannya.
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥
“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.” (Al-Haqqah: 25).
Kiri lambang penghinaan bagi akidah yang tidak bertauhid.
So… Bagaimana supaya kita masuk kategori golongan bila hisabin (tanpa hisab) atau minimal hisaban yasiiran (hisab yang lancar)?
- Kuatkan iman dan ketauhidan kepada Allah. Jika ada masalah yang dicurhatin pertama kali adalah Allah, bukan datang ke orang pintar, dukun atau paranormal.
- Tawakkal kepada Allah setelah berusaha maksimal.
- Sabar dalam menghadapi musibah apa pun.
- Tingkatkan amal saleh secara maksimal.
- Jauhi kemaksiatan.
- Perbanyak taubat.
Inilah sebagian amal yang dapat membuat pelakunya akan mendapatkan hisab yang mudah bahkan tanpa hisab.
Maka perbanyaklah amal saleh yang berkualitas dan kuatkan iman kepada Allah, agar hisab menjadi ringan. Karena di akhirat saat yaumil hisab manusia tidak bisa lagi mengelak, tidak bisa lagi berdusta.
ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيهِمۡ وَتَشۡهَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ ٦٥
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin: 65).
Justru yang menjadi saksi dalam hisab adalah tubuh lainnya selain mulut yang gemar berdusta saat hidup di dunia. Wallahu A’lam
M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM
Program Motivasi Al-Qur’an
25 Februari 2021/13 Rajab 1442 H