Suaramuslim.net – Coba renungi, tadabburi dan gali spirit dan motivasi Al-Qur’an Surat Al Anfal ayat 32-33 berikut ini.
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ () وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
”Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah jika betul (Al-Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.”
Dalam asbabun nuzul ayat ini terdapat perbedaan tentang siapa yang menantang Allah untuk diturunkan azab-Nya kepada mereka.
Mujahid dan Sa’id bin Jubair mengatakan dia adalah Nadhar bin Al-Harits. Adapun Anas bin Malik mengatakan dia itu adalah Abu Jahal bin Hisyam (riwayat Al-Bukhari).
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata; “Orang-orang musyrik ketika bertawaf di Baitullah mereka mengucapkan غفرانك غفرانك kemudian Allah menurunkan ayat 32-33 surat Al Anfal itu. (Lihat Al Munir karya Wahbah Az-Zuhaili ketika menafsirkan ayat ini).
Ayat ini memberikan motivasi bahwa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad dengan menjalankan syariatnya dan istighfar kepada Allah, maka berhentilah azab menimpa kita terutama di akhirat nanti.
Bayangkan itu orang kafir (Abu Jahal atau Nadhar bin Al Harits) menantang Allah untuk mendatangkan azab-Nya, tapi Allah tidak memperkenakannya. Apalagi kita orang yang beriman kepada Allah dan tidak pernah nantang-nantang untuk didatangkan azab dan musibah.
Syariat dan istighfar atau Sunnah Nabi dan istighfar itu selalu beriringan untuk mendapatkan kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.
Ketika seseorang tidak menjalankan syariat atau sunnah cepatlah beristighfar agar sadar kembali untuk menjalankan syariat. Ketika seseorang beristighfar sungguh ia telah menjalankan syariatnya.
Dengan istighfar dapat membalikkan keadaan atau situasi yang buruk kepada kebaikan.
Itulah kenapa ada riwayat yang menyebutkannya bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk “Istighfar Nasional” di negerinya. Supaya negerinya menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi.
Bisa jadi beliau terinspirasi perubahan positif dalam sejarah panjang para Nabi ketika beristighfar terjadi perubahan yang drastis menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Memang menurut Nabi Muhammad, kekuatan istighfar mampu membuat perubahan yang membahagiakan hidup manusia.
“Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (Abu Daud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani).
Inilah istighfarnya para Nabi alaihimus salam kepada Allah yang membuat perubahan drastis mereka dalam membawa umatnya menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
- Nabi Adam alaihissalam mengawali kesuksesan hidup di dunia ini dengan memperbanyak baca istighfar karena merasa bersalah melanggar larangan untuk tidak mendekati pohon Khuld
Istighfar Nabi Adam tersebut diabadikan Allah Ta’ala dalam surat Al-A’raf ayat 23.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Keduanya berkata: ‘Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
Karena itu kita mesti banyak baca istighfar tersebut sebab seringkali kita juga sering melanggar larangan-Nya. Agar hidup sukses di dunia dan akhirat.
- Nabi Nuh pernah berdosa karena meminta kepada Allah untuk menyelamatkan anaknya yang durhaka kepada Allah
Dengan penuh sesal beliau bertaubat dan istighfar kepada-Nya. Sehingga Allah menyelamatkan kapalnya dari ombang ambingnya lautan. Istighfar Nabi Nuh diabadikan Allah di surat Hud dan Nuh.
قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Allah berfirman: ‘Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Mari perbanyak juga istighfar Nabi Nuh tersebut, karena sering kali kita suka tidak adil ketika menyangkut kerabat berkaitan dengan kepentingan publik.
- Nabi Musa pun demikian, pernah punya salah dengan membunuh orang Mesir karena membela Bani Israil
Namun beliau menyesal dan banyak istighfar kepada Allah. Istighfar Nabi Musa diabadikan di surat Al-Qashash ayat 16, sehingga Allah berkenan memenangkan Musa atas Fir’aun yang sangat berkuasa.
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Musa mendoa: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.’ Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kita pun sering rasis dan fanatis golongan, hal ini yang menjadi penghalang kesuksesan dapat diraih. Karena itu perbanyak istighfar dengan membaca istighfar Nabi Musa itu.
- Nabi Yunus yang mutung (putus asa) dalam mendakwahi kaumnya ditegur oleh Allah dengan memerintahkan ikan Nun untuk menelannya
Namun beliau menyesal dan malu kepada Allah, karena itu beliau hanya memuji Allah sebagai bentuk taubatnya, ini tertera dalam Surat Al-Anbiya ayat 87.
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Pada ayat tersebut Allah Ta’ala mengabadikan jeritan hati taubatnya Nabi Yunus. Dan tepat tanggal 10 Muharram, Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari kegelapan perut ikan Nun.
Wahai para dai, jangan sampai mutung dalam dakwah, karena itu akan menambah beban saja. Perbanyak istighfar supaya diberi kemudahan dalam dakwah.
- Istighfarnya Nabi Muhammad dengan Sayidul Istighfar (khusus untuk Nabi Muhammad istighfarnya bukan karena kesalahan tapi pembelajaran bagi umatnya)
Inilah puncak istighfar yang dianjurkan Nabi Muhamma. Inilah istighfar yang terbaik yang mesti dibaca seorang muslim agar bisa meraih kesuksesan.
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَيِّدُ الْاِسْتِغْفارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ: اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ ، لَا إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا ، فَمَـاتَ مِنْ يوْمِهِ قَبْل أَنْ يُمْسِيَ ، فَهُو مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ .
Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah seseorang hamba mengucapkan:
ALLAHUMMA ANTA RABBII LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHANA’TU ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBII FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRU ADZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA
(Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
Nabi bersabda, “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (Al-Bukhari).
So… Perbanyak istighfar dalam hidupmu, akan membuatmu sukses bahagia di dunia dan akhirat, Nabi bersabda; “Berbahagialah (karena sukses) bagi seseorang yang dalam catatan amalnya banyak beristighfar.” (Al-Baihaqi). Wallahu A’lam.