Suaramuslim.net – Nanti di akhirat, keluarga itu tetap diharapkan bisa berkumpul lagi. Bahkan juga bisa diharapkan mengangkat salah satu atau kesemuanya dari anggota keluarga memiliki derajat yang sama. Inilah kebahagiaan yang abadi di sana. Berkumpul bersama lagi di tengah hamparan kenikmatan surgawi.
Perhatikan firman Allah yang terkait itu;
جَنَّٰتُ عَدۡنٖ يَدۡخُلُونَهَا وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۖ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَدۡخُلُونَ عَلَيۡهِم مِّن كُلِّ بَابٖ
“(Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (Ar-Ra’du: 23).
Ibnu Katsir memberikan komentar kalimat “wa man shalaha min abaaihim” dalam ayat itu maksudnya, “Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi, tanpa mengurangi derajat keluarganya yang tinggi (agar mereka berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya).”
Ada sebuah riwayat dari Abu Hurairah di mana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda;
“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shaleh di surga.” Maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (Riwayat Ahmad, No. 10232).
So… Rugi banget dan nyesel kalau keluarga kita di akhirat menghilang tidak bisa kumpul dan tidak bisa saling membantu.
Kiat agar bisa berkumpul di surga
Karena itu supaya kita bisa kumpul dan mengumpulkan keluarga besar nanti di akhirat di surga Allah secara bersama sama, maka yang harus dilakukan adalah.
1. Siapapun anggota keluarga kita harus tetap istiqomah dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya
Perhatikan ayat ini;
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thur: 21).
Keimanan inilah yang meyatukan kembali keluarga yang terpisah (di dunia) di akhirat kelak. Pertahankan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya apapun yang terjadi.
2. Gembirakan mereka yang mendahului kita dengan amal shaleh kita
Perhatikan firman Allah ini;
“Katakanlah: “Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini:
Telah disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampilkan kepada kaum kerabat dan kabilahnya yang telah mati di alam barzakh, seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, bahwa telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Dinar, dari Al-Hasan, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda:
“Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian di dalam kubur mereka, jika amal perbuatan kalian itu baik, maka mereka merasa gembira dengannya. Dan jika amal perbuatan kalian itu sebaliknya, maka mereka berdoa, “Ya Allah, berilah mereka ilham (kekuatan) untuk mengamalkan amalan taat kepada-Mu.”
Bahkan beliau menambahkan riwayat dari Imam Ahmad;
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Sufyan, dari orang yang telah mendengarnya dari Anas, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian yang telah mati. Jika hal itu baik maka mereka bergembira karenanya; dan jika hal itu sebaliknya, maka mereka berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri mereka hidayah, sebagaimana Engkau telah memberi kami hidayah.”
Ternyata para ahli kubur masih bisa melihat apa yang dilakukan oleh kerabatnya yang masih hidup, karena itu bahagiakan mereka dengan amal shaleh kita.
Karena hakikatnya kita yang hidup terutama anak-anak dari orang tua yang telah wafat itu menjadi penyambung amal yang terputus!!
Dari Abu Hurairah juga Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
“Ketika seorang manusia meninggal, maka putuslah amalannya darinya kecuali dari tiga hal, (yaitu) sedekah (amal) jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (Muslim, No. 1631).
3. Seringlah berdoa dan menziarahinya ke kuburan
Sebenarnya doa itu dari yang hidup akan sampai kepada ahli kubur yang beriman. Perhatikan surat Al-Hasyr 10;
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
Namun demikian akan lebih utama (afdhal) kalau sesekali menziarahinya, karena Nabi Muhammad rutin berziarah ke kuburan Baqi’.
“Kemudian saya (Aisyah) berjalan di belakang Nabi. Hingga Nabi sampai di Baqi’. Lalu Nabi berdiri, lama berdirinya Nabi. Kemudian Nabi mengangkat kedua tangannya sebanyak tiga kali. (Riwayat Muslim).
Ada riwayat lainnya dari sahabat Abu Hurairah mengisahkan, pada suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendatangi kuburan, lalu beliau mengucapkan salam:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ
“Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insya Allah pasti akan menyusul kalian.“
So… Berziarah kubur itu banyak manfaatnya, di antaranya:
- Mengingatkan kematian
- Akan dikenal oleh ahli kubur lainnya karena kita berucap salam kepada mereka
Berikut ucapan salam Rasulullah ketika berziarah kubur:
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِِنْ شَاءَاللَّهُ بِكُمْ لَا حِقُوْ نَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَاوَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
“Semoga kesejahteraan terlimpah kepada kalian, para penghuni kubur, dari kaum mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian.” (Ibnu Majah).
3. Mengamalkan sunnah nabi
Demikian keterangan Rasulullah dalam Sunan At-Tirmidzi No. 973:
“Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah, karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.”
Itulah kenapa para sahabat sering sekali pergi ke kuburan sahabat lainnya. Al-Khallal menyebutkan dari Syu’bi bahwa jika ada di antara sahabat Anshor yang wafat, maka mereka bergantian ke makamnya, membaca Al-Qur’an di dekatnya.” (Ibnu Qayyim, Ar-Ruh 1/11).
So… Kematian kerabat kita itu menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk persiapan menyusulnya.
Kematian kerabat kita itu menjadi pelajaran yang berharga agar kita tetap menjadi penyambung amalan mereka terputus.
Bahagiakanlah mereka dengan menshalehkan diri dengan kebaikan yang diridhai Allah…!!!
Wallahu A’lam