Suaramuslim.net – ”Organisasi yang berumur panjang bukanlah organisasi yang paling banyak donaturnya, paling besar donasinya, paling luas jaringannya. Organisasi yang berumur panjang adalah organisasi yang adaptif. Yaitu mereka yang senantiasa menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada.”
Perubahan merupakan sesuatu yang pasti. Sebagaimana dunia, selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan, penemuan, dan pergantian setiap waktunya. Berhenti sama dengan mati, kata pepatah yang tidak pernah punah.
Agama menekankan bagimana pentingnya waktu, begitu pula berharganya perubahan. Perubahan menjadikan manusia tumbuh berkembang, mengenal semakin banyak hal, juga mengaplikasikan ketidakmungkinan menjadi nyata.
Di manapun kita beraktifitas, cepat atau lambat akan menemukan perubahan. Pembangunan misalnya. Hari ini boleh jadi tidak ada, namun satu pekan, satu tahun kemudian, bangunan baru bisa saja sudah dibangun. Atau jalan tempat kita lewat tiba-tiba sudah diaspal. Begitu pula dengan bangunan lembaga.
Lembaga yang kita pimpin hari ini juga akan mengalami perubahan, bisa juga dibilang, menginginkan adanya perubahan. Tanpa adanya perubahan yang kita kreasikan, lembaga itu akan semakin terbelakang.
Ada lembaga filantropi yang baru beberapa tahun belakangan berdiri. Mungkin kita semua sudah tau lembaga tersebut. Dilihat dari sistem dan cara kerjanya, visi mereka, cara kerja mereka, sangat adaptif dengan zaman kekinian.
Dalam hal layanan kepada masyarakat, misalnya. Dulu saat masyarakat ingin berdonasi harus melalui mekanisme yang ruwet. Atau, saat masyarakat membutuhkan bantuan, perlu persetujuan banyak pihak, sehingga lama. Namun kini, dengan semangat perubahan dan kecanggihan teknologi, hanya hitungan menit bahkan detik, bisa mereka selesaikan.
Masyarakat menikmati kemudahan tersebut, hingga akhirnya menerima simpati dan diterima banyak kalangan.
Memaknai tantangan zaman
Hari ini kita mengamini pengelolaan semua aspek di dunia banyak yang berubah. Pasca pandemi Corona, semuanya, termasuk perusahaan, organisasi, banyak yang menyesuaikan diri dan mencari jalan terbaik dari yang sudah ada.
Mungkin tahun lalu, sebelum pandemi Corona, lembaga kita sudah membuat perencanaan kerja bulanan, enam bulanan, juga satu tahunan. Kita sudah rapatkan. Beberapa kali.
Mengundang pakar, mengundang ahli, tak lupa akademisi, untuk dimintai saran terkait kinerja lembaga.
Namun, siapa sangka, wabah itu datang. Mencoba menyerang kita, amil kita, keluarga kita. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan, juga dituntut untuk mengubah banyak program yang sudah kita susun sebaik mungkin.
Tanpa kerja-kerja inovasi, mungkin lembaga kita sudah banyak yang gulung tikar, organisasi kita berhenti dan stagnan. Tanpa agile innovation kita hanya berserah pada alam, menunggu, namun tidak tahu sampai kapan.
Itulah perlunya memulai inovasi. Rancangan kita perlu plan A, plan B, plan C. Perlu membangun tradisi diskusi di lembaga kita. Perlunya bergotong royong, belajar kepada ahli, dan juga selalu melihat perkembangan di era kekinian.
Perkembangan dunia yang serba cepat ini aneh jika kita tidak mengetahuinya kemudian mengaplikasikannya. Pola kerja kita di lembaga hari ini, tentunya berbeda dengan pola kerja di lembaga beberapa tahun yang lalu. Tantangan, kebutuhan, juga berbeda.
Maka perubahan harus dimulai dari lembaga yang kita pimpin. Kerja-kerja visioner perlu dicanangkan mulai hari ini untuk menyongsong hari esok lebih baik. Untuk mencapai sana, kita butuh keilmiahan, kita butuh kebaikan, kita butuh gagasan.
Transformasi laznas LMI
Saya pernah berpikir seperti ini: Mengapa harus lahir lembaga filantropi? Mengapa harus mendirikan sekolah? Mengapa harus mendirikan masjid? Apa bedanya jika, lembaga filantropi, sekolah, masjid itu tidak ada? Apa ada bedanya jika bangunan-bangunan tersebut saat ada dan tidak ada?
Berdirinya lembaga tentunya berangkat dari satu tema yang sama: problem. Karena problemlah masyarakat menciptakan sesuatu. Karena problemlah manusia saling berinovasi untuk memudahkan aktivitas sehari-hari.
Mengapa laznas LMI lahir? Karena saat itu problem di masyarakat sangat banyak. Problem kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, sosial, dan masih banyak lagi.
Banyak masyarakat miskin pusing kepada siapa mereka harus meminta bantuan, banyak anak muda yang pusing, mereka ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi namun tidak memiliki biaya dan kesulitan mencari beasiswa. Mereka semua membutuhkan pertolongan.
Laznas LMI hadir sebagai bagian ingin memberikan solusi atas masalah demikian. Solusi yang kita tawarkan tidak hanya dari satu pintu, melainkan bisa dari banyak pintu. Kita mencoba menawarkan banyak hal baik kepada mayarakat.
Saya membagi solusi tersebut menjadi dua eksekusi, eksekusi internal dan eksekusi eksternal.
Pertama, sebelum memberi manfaat kepada orang lain, hal yang perlu kita perbaiki adalah di internal lembaga kita.
Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah: 1. Kepemimpinan yang tangguh, 2. SDM kompeten, amil harus berdaya saing, 3. Akselerasi lembaga, 4. Budaya lembaga, 5. Mitigasi risiko dan terakhir, 6. Operasi prima, kegiatan harus berdampak.
Kedua, setelah internal kita benahi, maka ekspansi untuk ke eksternal perlu segera kita perbaiki, saya membaginya antara lain: 1. Menciptakan nilai tambah dan memenangkan kompetisi, 2. Menciptakan kepuasaan pelanggan (mustahiq, mitra, stakeholder), 3. Menantang proses (whats the new, whats the better, whats the next), 4. Disiplin radikal – Speed is solution, 5. Pemberdayaan, membuat orang lain berdaya untuk bertindak, membuat orang lain mampu melakukan, membuat orang lain sekitar berarti dan membuat orang lain berkontribusi maksimal, dan yang terakhir 6. Rangkaian gelombang, tidak ada eksekusi di ruang hampa, setiap tindakan eksekusi akan berdampak pada step-step berikutnya.
Eksekusi ini menjadi tahap agar lembaga yang kita pimpin mampu berkembang dengan baik, cepat, dan adaptif terhadap zaman. Bagi Laznas LMI, ini merupakan pekerjaan rumah dan tantangan tersendiri untuk menemukan formula kebaikan. Berkolaborasi seluruh amil, jajaran, mitra, insyaAllah kita bisa. Meluruskan niat untuk mengubah Indonesia.