Suaramuslim.net – Al-Qur’an bernarasi bahwa kekafiran hanya akan melahirkan kekacauan. Setan merupakan makhluk pembisik orang kafir untuk membuat kekacauan di muka bumi. Setan bermitra dengan orang kafir dan munafik agar kerusakan semakin sempurna.
Al-Qur’an berulang-ulang mengabarkan bahwa setan merupakan musuh terbesar manusia, namun orang kafir dan munafik justru bersinergi untuk menciptakan kerusakan guna memadamkan cahaya Allah.
Setan dan permusuhan terhadap manusia
Al-Qur’an mengingatkan manusia untuk memperhatikan dan waspada terhadap setan. Setan selalu memusuhi manusia dan menciptakan permusuhan. Perlakuan terhadap musuh harus jelas, dan Al-Qur’an selalu mengingatkan cara kerja setan yang selalu membuat kekacauan. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَـكُمْ عَدُوٌّ فَا تَّخِذُوْهُ عَدُوًّا ۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِ
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Q.S. Fathir: 6).
Nabi Adam dan Hawa merupakan korban bisikan setan sehingga terusir dari surga. Setan merasa iri terhadap kebijakan Allah ketika memuliakan Adam. Setan sebagai mahkluk yang diciptakan lebih dahulu merasa lebih mulia dari Adam. Iri dan dengki itulah yang membuat setan terus berupaya untuk menjerumuskan manusia dan menyiapkan berbagai perangkat untuk memasukkan ke dalam neraka.
Allah sebenarnya melakukan penjagaan manusia agar terpandu dengan Al-Qur’an, namun Setan menghalau manusia untuk berpaling dari kitab suci ini. Pikiran jahat setan itu dibisikkan kepada orang kafir agar manusia jauh dari mendengar atau mengkaji Al-Qur’an. Hal itu ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْـكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۤ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَا مِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَا لْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَـنَّمَ جَمِيْعًا
“Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir) maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di neraka Jahanam,” (Q.S. An-Nisa: 140).
Neraka Jahannam sangat pantas dijadikan tempat bagi orang yang mendengar bisikan setan. Setan merupakan makhluk yang berupaya mengajak manusia untuk menemaninya memasuki neraka. Setan membisikkan jalan kesesatan kepada manusia yang berkeinginan di jalan yang lurus.
Ketika ada sekelompok manusia yang mengajak untuk berpegang teguh pada norma Al-Qur’an, maka setan membisikkan pikiran kepada orang kafir untuk menjerumuskan manusia dari jalan yang benar.
Ketika Al-Qur’an mengajak manusia untuk menutup aurat, maka orang kafir berupaya untuk mengkritiknya dengan mengatakan jilbab menghalangi kebebasan manusia. Demikian pula ketika melarang minuman keras, maka orang kafir berupaya dengan segala cara membolehkannya. Demikian pula ketika manusia dilarang melakukan hubungan sesama jenis seperti LGBT, maka orang kafir berupaya membenarkan dengan alasan untuk menghormati hak asasi manusia.
Ketika manusia condong kepada jalan kesesatan itu, hakikatnya telah condong kepada kekafiran. Kekafiran itu sendiri merupakan jalan untuk menciptakan kekacauan.
Bagaimana tidak terjadi kekacauan, ketika nilai-nilai agama mengajak kepada keselamatan dan surga, sementara orang kafir menghalau dan membujuk manusia untuk mengikuti jalan menyimpang. Ketika banyak penyimpangan itulah lahir kekacauan.
Surabaya, 10 Januari 2023