SURABAYA (Suaramuslim.net) – Kekurangan fisik tak membuat nyali Agus Yusuf Endang Kresno Raden menciut dalam menjalani hidup. Pria difabel ini sukses mengubah kekurangannya menjadi kelebihan yang tak dimiliki banyak orang sehingga kini dia tak hanya sukses secara materi tapi juga sukses secara spiritual karena tahun ini dia mendapat panggilan naik haji ke tanah suci.
Agus Yusuf, jemaah haji kloter 15 asal Kabupaten Madiun ini merupakan pelukis difabel yang menggunakan kaki dan mulut sebagai ganti kedua tangannya.
Berkat talenta besar yang dimilikinya, dia sekarang menjadi anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMPFA) yang berpusat di Switzerland.
Awalnya, secara tak sengaja pada 1989 tetangganya membaca pengumuman di sebuah majalah. Di situ tertulis bahwa asosiasi tersebut membutuhkan pelukis difabel untuk bergabung bersama.
Agus Yusuf memulai karier di AMFPA dari tingkat awal Student Member hingga kini di Associate Member.
“Target saya menjadi Full Member yang merupakan tingkat tertinggi. Penilaian tiap tingkat berdasarkan bobot kualitas lukisannya,” terang bapak dua anak ini.
Sejak bergabung AMFPA, Agus Yusuf mulai melebarkan sayapnya go international. Dia pun ikut pameran-pamerang lukisan di berbagai negara mulai Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Tiongkok hingga Eropa seperti Austria dan Spanyol.
Sebagai anggota AMFPA, jika ada peminat ingin membeli lukisannya, mereka bisa melihat koleksinya melalui website AMFPA.
“Setiap tahun saya setor ke AMFPA sekitar 10-12 lukisan. Yang saya utamakan adalah kualitasnya, jadi bukan asal lukisan,” tutur pria kelahiran 57 tahun lalu ini.
Tak hanya even internasional saja yang dia ikuti, dia pun sering mengikuti pameran yang ada di dalam negeri.
“Hampir tiap tahun saya ikut pameran di Jatim Expo,” ujarnya.
Dia juga bersyukur karena dengan bergabung bersama asosiasi internasional ini dia bisa memperoleh gaji.
“Alhamdulillah dengan gaji tersebut saya bisa menghidupi anak istri. Anak saya yang pertama kuliah di Universitas Airlangga (Unair), yang kedua masih di bangku SMA,” jelasnya.
Keinginan mendaftar haji sudah lama terbersit dalam hatinya.
“Saat itu anak-anak masih sangat kecil. Yang besar kelahiran 2004, adiknya lahir tahun 2006. Saya baru berani daftar ketika tahun 2011,” kenangnya.
Dari hasil melukisnya inipun, Agus Yusuf dapat berangkat umrah dua kali sebelum dia berangkat haji.
“Saya mendaftar pada tahun 2011 dan sempat tertunda keberangkatan hajinya karena pandemi,” kenangnya.
“Alhamdulillah pada tahun 2016 dan 2018 saya berkesempatan pergi umrah sebelum berangkat haji,” ujarnya penuh syukur.