Mbah Soleh, jemaah haji tuna netra asal Magetan

Mbah Soleh, jemaah haji tuna netra asal Magetan

Moh. Soleh (77 tahun), seorang jemaah haji tuna netra asal Magetan bersama istrinya, Putinah.

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Moh. Soleh (77 tahun), seorang jemaah haji tuna netra asal Magetan merasa sangat bersyukur dapat berangkat haji ke tanah suci tahun ini.

“Kebetulan saya masuk cadangan. Saya baru dua minggu yang lalu mendapat kabar kalau jadi berangkat ke tanah suci,” tuturnya di asrama haji Surabaya, Ahad (28/05/2023).

Mbah Soleh menceritakan kalau dia mendaftar haji bersama istrinya, Putinah pada 2011. Saat itu dia bertekad mewujudkan cita-cita yang telah dia miliki sejak anak-anaknya masih duduk di bangku sekolah.

“Anak saya ada empat, seharusnya enam yang dua sudah meninggal. Saat anak-anak masih sekolah, timbul niatan dalam hati saya kalau mereka sudah lulus kuliah, mentas semua, jika tanah yang saya punya masih ada, saya akan menjualnya untuk daftar haji,” ceritanya sambil mengenang masa lalu.

Pada tahun 2011, anak sudah selesai kuliah semua dan tanah yang dia miliki tidak sampai terjual untuk biaya sekolah anak-anaknya sehingga dia bisa menjualnya untuk mendaftar haji.

“Tanah sudah terjual, tetapi karena uang yang diperoleh masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangan,” jelasnya.

Mbah Soleh ternyata bukan tuna netra sejak lahir. Pada 1977 atau 46 tahun lalu, terjadi tragedi saat ia ingin mengetahui apa baterai yang dia punya masih berfungsi dengan baik.

“Saya coba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah, Tiba-tiba meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi,” urainya.

Setelah mendapat musibah matanya cacat, Mbah Soleh yang sebelumnya bekerja sebagai petani tidak bisa bekerja lagi. Sang istri pun, Mbah Putinah mau tidak mau saat itu harus menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.

“Saya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan,” tuturnya mengenang masa-masa sulit.

Setelah sekian lama tidak bekerja, Mbah Soleh mendapat kesempatan belajar memijat. Berbekal ilmu memijat, mbah Soleh sering mendapat panggilan untuk memijat.

“Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk dan sejenisnya,” tuturnya.

Di usianya yang sudah uzur inipun, Mbah Soleh masih mampu memijat pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, Mbah Soleh bisa membiayai anak-anaknya kuliah bahkan membeli tanah.

Sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid, Mbah Soleh bersama istri tercintanya berangkat tahun ini.

“November 2022 tahun lalu, saya dan istri berkesempatan berangkat umrah atas bantuan anak-anak. Tak disangka tak disangka Mei 2023 saya berangkat lagi ke tanah suci untuk berhaji. Jadi dalam waktu 6 bulan ini saya ke tanah suci dua kali,” tuturnya penuh suka cita.

Reporter: Dani Rohmati
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment