SURABAYA (Suaramuslim.net) – Akademisi Universitas Airlangga (Unair) menyampaikan maraknya wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) harus ditangani dengan baik sehingga tidak semakin meluas.
Hal ini disampaikan guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Unair, Prof. Dr. Rr. Sri Pantja Madyawati, drh., M.Si dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Radio Network, Jumat (17/01/2025) dengan tema “Wabah PMK Merebak Kembali, Apa Yang Perlu Diwaspadai.”
Sri Pantja menyampaikan awal masuknya wabah PMK di Indonesia tahun 1887 pada masa Hindia Belanda karena impor sapi perah dari negara Belanda di pulau Jawa. Lalu pada tahun 2022 wabah ini kembali marak setelah lama menghilang.
“Wabah PMK disebabkan oleh virus RNA dan ada 7 tipe virusnya. Tipe ini berhubungan untuk proses pembuatan vaksin yang akan dibuat, pemerintah harus cermat dalam pembuatan vaksin sesuai dengan tipe virus untuk wabah PMK,” tambah Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Unair ini.
Menurut Pantja, jika tipe virusnya berbeda dengan vaksinnya, yang terjadi justru virusnya akan kebal. Virus PMK menyerang khususnya hewan ternak yang berkuku belah seperti sapi, domba, kambing, dll.
Ia menambahkan penyakit ini menular melalui udara, sehingga gampang sekali menular hingga berkilo meter.
Pantja mengingatkan peternak harus teliti pada pemeliharaan hewan ternaknya. Apalagi jika sudah terlihat tanda-tanda PMK yang terjadi di hewan.
“Jika sudah ada tanda-tandanya, peternak harus mengisolasi hewan dari sekitar tempat kejadian supaya tidak ada proses penyebaran penularan virus PMK pada hewan ternak,” jelasnya.
Selain obat kimia, peternak juga bisa menggunakan obat herbal yaitu kunyit dan daun kelor yang mengandung antioksidan untuk mengatasi tanda awal gejala PMK.
Wabah PMK ini tidak akan menular pada manusia tetapi sangat cepat menular pada sesama ternak yang berkuku belah atau genap. Universitas Airlangga sudah membuat vaksin untuk virus PMK.
Pewarta: Zahra Aulia
Editor: Muhammad Nashir