Mengarungi samudra kebahagiaan dalam Fihi Ma Fihi Jalaluddin Rumi

Suaramuslim.net – Dalam Fihi Ma Fihi, Jalaluddin Rumi mengajak manusia untuk mengarungi samudra kebahagiaan dengan memahami hakikat diri dan Tuhan. Kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kenikmatan duniawi yang fana, melainkan dalam perjalanan spiritual menuju Sang Kekasih (Tuhan).

Rumi menjelaskan bahwa dunia ini seperti lautan, dan manusia bagaikan perahu yang harus mengarungi ombak kehidupan dengan kesadaran ruhani.

Ia menekankan pentingnya cinta, ketulusan, dan penyerahan diri sebagai kompas dalam perjalanan ini. Kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan keadaan batin yang tercipta ketika manusia menyatu dengan kehendak Ilahi.

Melalui perumpamaan dan hikmah sufi, Rumi mengajarkan bahwa penderitaan hanyalah ilusi bagi mereka yang telah tenggelam dalam cinta Ilahi. Ia mendorong manusia untuk melepaskan ego, mengosongkan diri dari keterikatan duniawi, dan menyelami kedalaman makna di balik realitas fisik.

Jalaluddin Rumi dalam Fihi Ma Fihi mengajarkan bahwa perjalanan menuju kebahagiaan sejati tidak selalu ditempuh melalui jalan yang lurus dan terang. Kadang, keburukan yang tampak di permukaan justru mengandung kebaikan tersembunyi, sebagaimana ombak ganas di lautan yang sebenarnya membawa kapal lebih dekat ke tujuannya.

Salah satu contoh yang diberikan Rumi adalah ketika seseorang berniat membunuh, namun pada saat yang sama muncul hasrat untuk berzina. Dalam konteks ini, meskipun zina adalah dosa, hasrat itu secara tidak langsung menghalangi terjadinya pembunuhan, yang merupakan kejahatan lebih besar. Ini menunjukkan bahwa di balik perbuatan yang tampak buruk, ada kemungkinan munculnya dampak yang lebih kecil daripada alternatifnya.

Fenomena serupa bisa ditemukan dalam banyak aspek kehidupan. Misalnya, seseorang yang sombong karena kekayaannya bisa saja terhindar dari kejahatan karena kehati-hatiannya terhadap orang lain. Atau seseorang yang mengalami kegagalan besar dalam bisnis, yang awalnya dianggap sebagai musibah, justru membawanya pada kesadaran spiritual yang lebih dalam dan kehidupan yang lebih bermakna. Bahkan, dalam konteks politik, kezaliman seorang pemimpin bisa membangkitkan kesadaran kolektif rakyat untuk menuntut keadilan dan perubahan.

Dengan demikian, Rumi mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari jalan yang tampak baik, dan keburukan tidak selalu harus ditolak sepenuhnya.

Mengarungi samudra kebahagiaan berarti memahami bahwa setiap gelombang, baik atau buruk, adalah bagian dari perjalanan menuju kedekatan dengan Tuhan. Dalam keburukan yang mengandung kebaikan, ada pelajaran tersembunyi yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang melihat dengan hati yang jernih.

Pada akhirnya, Fihi Ma Fihi mengajarkan bahwa mengarungi samudra kebahagiaan berarti menemukan kedamaian dalam perjalanan menuju Tuhan, di mana kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang dicari di luar diri, melainkan sesuatu yang ditemukan dalam keheningan hati.

Surabaya, 7 Februari 2025

M. Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi

Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.