SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang ingin merelokasi warga Gaza ke luar Palestina memicu berbagai perdebatan.
Guru Besar FISIP Unair Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, M.Com. dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Radio Network bersama Sekolah Pascasarjana Unair, Jumat (07/02/2025) menjelaskan bahwa Amerika Serikat memiliki kebiasaan untuk mendukung Israel dalam berbagai aspek, baik secara politik maupun ekonomi.
Menurutnya, kebijakan ini sudah menjadi pola yang terus berulang dalam sejarah politik luar negeri Amerika Serikat.
“Karena ketika ada Presiden Amerika yang tidak membantu Israel, itu justru aneh” ujar Jusuf.
Wakil Dekan I FISIP Unair ini menekankan bahwa meskipun masih belum pasti bagaimana arah kebijakan yang akan diambil Trump, Indonesia harus bersiap dan melakukan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi segala kemungkinan di masa depan.
“Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh dunia. Oleh karena itu, kita harus menjaga dan merawatnya dengan baik agar tetap bisa memberikan manfaat bagi negara kita sendiri,” tambahnya.
Jusuf juga mengungkapkan bahwa terdapat empat aspek yang bisa menjadi dasar untuk menuntut Trump atas kebijakan-kebijakannya.
Pertama, hukum internasional yang dapat dijadikan dasar dalam menilai kebijakan Trump, khususnya terkait pemindahan warga Gaza.
Kedua, nilai kemanusiaan yang harus diperhatikan dalam perlakuan terhadap warga Gaza yang telah turun-temurun tinggal di wilayah tersebut.
Ketiga, aspek etika yang seharusnya dijunjung tinggi dalam setiap keputusan politik, di mana memindahkan warga Gaza dari tanah kelahiran mereka sendiri merupakan tindakan yang tidak etis.
Keempat, nilai rasionalitas yang mungkin dipertimbangkan oleh Trump, tetapi tidak selaras dengan perspektif dunia secara luas.
“Jika kita melihat dari perspektif hukum internasional, etika, dan kemanusiaan, maka kebijakan pemindahan warga Gaza oleh Trump bisa menjadi perdebatan di Mahkamah Internasional,” jelas Jusuf.
Jusuf menyoroti fenomena ekonomi global dan menekankan pentingnya Indonesia untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam persaingan ekonomi internasional.
“Mengapa kita harus belajar hingga ke negeri China?” Tanya Jusuf.
Ia menjelaskan bahwa China telah berhasil mengungguli ekonomi negara-negara besar seperti Inggris, Jerman, dan Italia.
Keberhasilan ekonomi China ini, menurutnya, telah memicu kemarahan Trump yang kemudian berusaha menyaingi China dengan mengembangkan produk mobil berbahan bakar fosil.
“Persaingan global semakin ketat. Indonesia harus belajar dari pengalaman negara-negara lain, termasuk China, agar dapat bertahan dan bersaing di panggung internasional,” tutupnya.
Pewarta: Zahra Aulia
Editor: Muhammad Nashir