Suaramuslim.net – Ada dua ayat yang menarik untuk dicermati dan digali spiritual dan motivasinya yaitu firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 33.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
Dalam Tafsir Fi Dzilalil Qur’an karya Sayyid Quthb, beliau menuliskan, “Allah memuliakan para penyeru kebenaran.”
Tidak ada perkataan yang paling baik , tidak ada perbuatan yang paling mulia, tidak ada waktu yang paling bermanfaat, tidak ada harta yang paling berkah, tidak ada persahabatan yang paling akrab, tidak ada keluarga yang paling bahagia, tidak ada lelah capek yang paling nikmat kecuali dakwah ini.
So…Dakwah adalah aktivitas yang paling mulia karena ia adalah tugas pokok para Nabi, dan khususnya Nabi Muhammad. Siapapun yang melakukan aktifitas dakwah dengan benar maka sungguh ia telah meneruskan tugas kenabian, suatu pekerjaan yang sangat mulia.
Karena itu dalam berdakwah jangan hanya duduk diam menunggu diundang. Pergilah, datangilah mereka, untuk diajak belajar memahami Islam dan membina diri.
Inilah yang diperintahkan Allah kepada Nabi Musa; “Pergilah”, bukan “Tunggulah” yaitu di Q.S. Thaha 42;
ٱذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِـَٔايَٰتِى وَلَا تَنِيَا فِى ذِكْرِى
“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.”
Perhatikan penggalan pertama dari ayat ini yaitu ‘idzhab’ yang artinya pergilah untuk mendatangi bukan menunggu. Inilah prinsip pertama dan utama dalam dakwah yaitu action untuk mendatangi.
Demikian pula Nabi Muhammad dalam berdakwah mengawali selalu dengan mendatangi obyek dakwah. Beliau mendatangi personal Quraisy atau kabilah. Bahkan saat musim haji pun beliau mendatangi kafilah-kafilah haji yang datang dari berbagai penjuru di antaranya dari Yastrib (Madinah).
Dan sebagaimana ditulis di berbagai kitab sirah akhirnya suku Aus dan Khazraj menerima dakwah Nabi Muhammad. Dan ini menjadi titik balik berkembangnya Islam ke seluruh penjuru dunia.
‘Idzhab’ inilah menjadi prinsip bagi para da’i dari generasi ke generasi. Dimulai dari generasi sahabat yang mendatangi negeri-negeri jauh untuk berdakwah di antaranya sahabat Mu’az bin Jabal ke Yaman, Ja’far bin Abi Thalib ke Habasyah Afrika, Sa’ad bin Abi Waqqas ke Persia, Abu Ayyub di Turkiye bahkan wafat di sana, serta banyak yang lainnya.
Perhatikan pula dakwah para Wali Songo itu datang dari Gujarat India, dan ada yang mengatakan datang dari Champa untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Prinsip ‘idzhab’ di era modern ini tetap harus dijalankan dengan berbagai cara di antaranya;
a. Mendatangi medan dakwah untuk pembinaan meskipun tidak ada permintaan. Apalagi jika obyek dakwah itu benar-benar meminta didatangi, maka harus datang.
b. ‘Idzhab’ bisa pula mendatangi melalu medsos atau penyiaran alat elektronik seperti radio dan televisi.
Dan saat ini yang lebih efektif adalah yang poin kedua ini, karena tingkat kemanfaatannya lebih cepat menyebar. Wallahu a’lam.
M Junaidi Sahal
Disampaikan di Radio Suara Muslim Surabaya
13 November 2025/ 22 Jumadil Ula 1447

