suaramuslim.net – Suatu ketika di Madinah terjadi gerhana matahari. Rasulullah Muhammad saw. sangat ketakutan dan kemudian mengajak ummatnya masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat. Dalam satu riwayat sahabat Abu Musa Al Asy’ari ra. menuturkan Rasulullah saw. rukuk dan sujud lama sekali. Belum pernah Abu Musa melihat Rasulullah shalat seperti itu sebelumnya.
Banyak riwayat lain yang berkenaan dengan peristiwa gerhana menggambarkan dengan jelas betapa Rasulullah saw. sangat ketakutan melihat gerhana. Pertanyaannya, mengapa Rasulullah ketakutan? Bukankah gerhana adalah peristiwa alam biasa?
Jika dilihat dengan menggunakan kacamata kebanyakan orang saat ini perilaku Rasulullah adalah tindakan bodoh. Rasulullah seolah tidak paham apa itu gerhana. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, orang sekarang melihat gerhana sebagai peristiwa yang lumrah. Gerhana tidak perlu ditakuti. Bahkan gerhana menjadi bahan tontonan atau sarana hiburan.
Rasulullah saw. tidak bodoh. Beliau sudah pasti Rasulullah memahami fenomena alam gerhana. Pasti ada pesan yang ditangkap oleh Rasulullah, yang membuat beliau ketakutan. Mari perhatikan baik-baik ayat berikut ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.3:190-191)
Segala peristiwa di alam semesta ini adalah tanda kekuasaan Allah swt. Tanda kehadiran Allah di dalam kehidupan ini. Demikian pula peristiwa gerhana. Peristiwa itu tanda kehadiran Allah swt. Dia-lah yang menggerakkan matahari dan bulan, sehingga kedua benda alam yang berukuran raksasa itu bergerak dan saling menutupi.
Melihat fenomena itu, orang-orang yang berakal menyadari betapa besar kekuasaan Allah. Kalau benda sebesar matahari dan bulan saja tidak berdaya melawan kekuasaan Allah. Keduanya diedarkan Allah tanpa mampu melawan sedikit pun. Lalu apalah daya kita sebagai manusia? Dibandingkan dengan bulan dan matahari kita bukanlah apa-apa. Manusia adalah setitik debu di alam raya ini. Jika saja Allah berkehendak menjatuhkan azab atas kesalahan kita saat ini juga tidak akan ada satu makhluk pun yang mampu menghalanginya. Lalu mengapa kita tidak takut?
Nabi saw bersabda:
Sesungguhnya ini (gerhana) adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba hambaNya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah.(Muttafaq ‘Alaih)
Sayangnya, hari ini gerhana dilihat dari sisi yang berbeda. Media massa hanya mengulas apa dan bagaimana peristiwa itu terjadi dari sudut pandang iptek belaka. Peristiwa gerhana seolah tidak ada keterkatian dengan keimanan. Pesan utama dari peristiwa alam itu menjadi terabaikan. Akibatnya banyak orang yang melakukan tindakan yang justru berlawanan dengan yang dicontohkan Rasulullah.
Saat terjadi gerhana Rasulullah mengajak ummatnya untuk berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada Allah. Dan kita menyambutnya dengan bergembira. Sebagian kita berfoto selfi lalu meng-up load di media sosial, kepada siapakah sebenarnya kita mengambil teladan?
Wallahu a’lam bishowab
Oleh Awang Surya
Penulis dan motivator spiritual, tinggal di Bogor
Editor: Oki Aryono