Adab Guru Sebelum Mengajar

Adab Guru Sebelum Mengajar

Ilustrasi Guru Mengajar. Ilustrator: Ana Fantofani
Ilustrasi Guru Mengajar. Ilustrator: Ana Fantofani

Suaramuslim.net – Sering kali kalau dibahas masalah adab terkait guru dan murid, adab murid lebih ditonjolkan dan lebih sering ditekankan. Padahal, sebagai seorang guru, ada adab-adab juga yang perlu diperhatikan di antaranya pada waktu sebelum mengajar.

Imam An-Nawawi dalam buku “Aadaab al-‘Aalim wa al-Muta’allim wa al-Mufti wa al-Mustafti wa Fadhl Thalab al-‘Ilm” (1987: 29-31) menyebutkan ada beberapa adab yang perlu dijaga oleh setiap guru sebelum dia mengajar. Pada tulisan ini akan ditulis lima di antaranya.

1. Niat

Niat utama mengajar adalah karena Allah subhanahu wa ta’ala. Ini sangat penting sekali. Kata Imam Nawawi, tujuan guru mengajar jangan sampai karena ingin mendapat capaian duniawi semata misalnya uang, kedudukan, popularitas dan lain sebagainya.

Bukan berarti mendapatkan hasil duniawi itu tidak boleh. Hanya saja, itu bukan menjadi tujuan tapi hanya sekadar konsekuensi yang layak diberikan bagi pengabdian seorang guru yang diberikan kepada muridnya dalam dunia pendidikan.

2. Akhlak Luhur

Menghiasi diri dengan akhlak luhur. Seorang guru ketika mengajar yang ditonjolkan pertama kali bukan kehebatan dan kepintaran dirinya tapi akhlak dan etika yang mulia. Guru adalah cermin bagi muridnya. Ketika guru akhlaknya buruk, maka proses belajar-mengajar akan terganggu. Maka jangan heran ketika banyak dari guru yang kurang dihormati muridnya karena tak bisa meneladankan akhlak mulia dari dirinya.

Salah satu yang dicontohkan Imam An-Nawawi selain akhlak mulia adalah kedermawanan, wajah yang berseri-seri (murah senyum), pembawaan tenang, tidak banyak bercanda bahkan menjaga bau badan agar tidak mengganggu proses mengajar.

3. Menghindari Sifat Tercela

Berusaha menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela seperti hasad (dengki), riya (pamer), ujub (kagum terhadap diri sendiri), merendahkan orang dan lain sebagainya. Ada peribahasa Indonesia yang menyatakan, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Bayangkan jika dalam suatu sekolah guru memiliki sifat tercela seperti itu, maka yang ditiru oleh murid akan jauh lebih tercela.

4. Dzikir

Tidak melupakan dzikir. Zikir ini kebanyakan tidak diperhatikan oleh guru. Padahal, jika ngajar niatan utama karena Allah, maka pada saat mengajar dia juga harus mengingat Allah. Guru yang selalu ingat kepada Allah tidak akan mengajarkan kejelekan kepada muridnya, tak akan menyia-nyiakan waktu mengajarnya dan tidak akan bermalas-malasan.

Terlebih, proses belajar-mengajar bukan sekadar transfer ilmu; tapi juga transfer keteladanan dan nilai luhur kepada murid agar ilmu tidak berhenti sekadar ilmu namun bisa diamalkan. Dengan dzikir, tujuan itu –atas kehendak Allah—akan terealisasikan.

5. Menjaga Ibadah

Berbagai amalan seperti membaca Al Quran, menjaga salat sunah, puasa dan lain sebagainya merupakan adab yang perlu dijaga oleh guru. Bukankah tujuan diciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah sebagaimana surah Adz-Dzariyat ayat 56?

Demikian halnya seorang guru. Aktivitas pengajaran adalah salah satu bentuk pengabdiannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Orang dengan tipe semacam ini tidak akan mengajar sebatas mengajar, tapi tidak terlepas dari kesadaran internalnya bahwa semua adalah bentuk pengabdian. Bagaimana mungkin akan sukses menjadi guru kalau hubungan dengan Allah diabaikan?

Itulah beberapa adab yang ditulis oleh Imam An-Nawawi. Dengan menerapkannya, diharapkan guru bisa merealisasikan tugas penting pengabdiannya; di samping itu bisa menjadi suluh bagi murid-muridnya unruk menggapai cita-cita luhur dan yang tak kalah penting adalah akan menjadi terhormat, bukan saja di mata manusia tapi juga dalam pandangan Allah subhanahu wa ta’ala.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment