Adakah tangan gelap di pola keracunan program MBG?

Suaramuslim.net – Pertanyaan itu berkali-kali saya lontarkan kepada para sahabat. “Adakah tangan gelap di balik pola keracunan program MBG?”

Mereka menjawab dengan nada mantap, “Ndak mungkin itu. Itu murni keteledoran relawan SPPG. Mungkin juga karena relawan SPPG tidak cakap.”

Saya tidak langsung ambil jawaban di atas. Maka saya bertanya kepada para ahli kesehatan. “Dampak paling kritis dari keracunan makanan itu apa?”

Mereka menjawab, “Maksimal mual, pusing, dan diare. Itupun tidak langsung, tapi berjarak waktu.”

Saya lanjut bertanya, “Adakah keracunan makanan berdampak kejang-kejang?” “Apakah keracunan makanan bisa membuat jemari anak menggenggam seperti kaku?”

Jawaban mereka membuat saya merenung. Kejang-kejang jarang disebabkan oleh keracunan makanan. Makanan yang terkontaminasi bakteri, kuman atau virus kemudian menyebabkan keracunan makan dampaknya mual, sakit perut atau diare. Sedangkan kejang-kejang merupakan jeritan tubuh yang sudah tak sanggup menahan rasa sakit yang parah.

Jika ada anak yang kejang-kejang setelah makan, bisa jadi tubuhnya memang sudah lemah. Mungkin demam tinggi, dehidrasi berat, atau gangguan elektrolit.

Saya tidak ingin  menyimpulkan ada tangan gelap dalam kasus keracunan. Bisa jadi gejala kejang-kejang itu bukan semata akibat makanan. Mungkin saja tubuh anak-anak sudah lemah sebelumnya. Mungkin ada riwayat demam. Maka, kehati-hatian dan instrospeksi internal merupakan langkah perbaikan terbaik.

Tubuh kita adalah titipan Allah Ta’ala. Maka menyikapi kasus keracunan makanan yang masif, kita kembali belajar amanah, jujur, dan memperdalam keyakinan. Agar tidak muncul ketakutan berlebihan, apalagi tuduhan tanpa dasar.

Namun, saat program MBG memasuki Agustus dan September 2025, kasus keracunan menyebar secara masif. Dua bulan menjadi bulan luka, beban, kecemasan, dan ketakutan. Ribuan kasus mencuat. Lalu, di akhir September 2025, masyarakat mulai bertanya: “Mungkinkah ada tangan gelap yang bekerja?”

Saya memilih untuk tidak larut dalam pertanyaan itu. Saya lebih tertarik membahas keberadaan dapur SPPG dan timnya. Mungkin para relawan belum matang. Mungkin ada kelalaian dalam berkhidmat. Mungkin ada oknum internal yang belum tulus.

Maka, mari kita bahas jalan keluar. Agar semua aman, terjaga, dan pengkhidmatan tetap berjalan. Menurut saya jalan keluar harus menumbuhkan semangat.

1. Pembinaan relawan secara intensif. Bukan hanya teknis, tapi juga spiritual.
2. Komunikasi yang lebih baik antara Kasatpel dan relawan. Agar tidak ada miskomunikasi dalam tugas.
3. Pemilihan bahan baku yang terkontrol kualitasnya. Jangan asal murah, tapi harus aman.
4. Pilih suplier yang terverifikasi. Harus terpercaya, amanah, dan jujur.
5. SOP internal dapur SPPG harus bernuansa ibadah. Maka semua pihak akan memperkuat SOP dengan hati.
6. Perkuat nilai-nilai spiritual relawan. Agar khidmat bukan sekadar kerja, tapi jalan menuju ridha-Nya.

SPPG yang sedang berjalan sebaiknya menimba pengalaman pada SPPG yang telah berjalan sejak Januari dan Februari 2025.

Karena MBG bukan sekadar program. Ia adalah amanah. Ia adalah ladang khidmat. Ia adalah jalan panjang menuju generasi yang sehat, kuat, dan berprestasi.

Imam Mawardi Ridlwan
Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.