Suaramuslim.net – Saya akan singkirkan sejenak persoalan Mas Sandiaga Uno terkait perdebatannya sebagai ulama, atau masalah wudhunya. Karena saya tahu, dia tidak pernah meminta disebut sebagai ulama. Yang saya tahu Mas Sandi adalah muslim yang taat.
Jauh sebelum masa ribut capres dan cawapres seperti sekarang saya sudah mengenal laki-laki kelahiran Riau ini. Saat saya menjabat Direktur Temprina, salah satu grup usaha Jawa Pos, saya sudah bertemu di Surabaya dalam organisasi ICMI Jatim bersama cak Ismail Nachu.
Kesan saya pertama kali bertemu, orangnya santun, ramah, tapi cerdas. Saya memperkenalkan diri, “Saya Misbuhul Huda, Direktur bla bla…” Terkejut saya ketika kemudian suami Nur Asia ini menjawab, “Alhamdulillah saya sudah tahu profil Pak Huda. Pak Huda ini mimpin perusahaan Temprina a i u dan e o.”
Geleng-geleng kepala saya. Saya yakin, beliau sudah browsing terlebih dahulu sebelum bertemu saya, mengetahui profil detil sebelum bertemu orang sehingga menghormatinya. Dan tentu saja saya merasa tersanjung dikenali orang baik dan pengusaha sukses.
Rabu pekan lalu saya bertemu kembali di Masjid al Falah Surabaya. Ketika itu saya memberikan ceramah motivasi Spirit Muslim Sukses (SMS) selepas Zuhur, tidak disangka calon wakil presiden ini berjamaah masbuq dengan timnya. Usai ceramah saya langsung mendekat, bercengkerama. Mas Sandi ternyata tidak lupa dengan saya, dan langsung akrab.
“Wah, kalau tahu Mas Sandi datang, tadi kesempatan memberikan motivasi saya berikan ke Mas Sandi…”
Ia lagi-lagi menjawab dengan penuh kerendahan, “Apa yang disampaikan Pak Huda sangat bagus. Saya mendengarkan baik-baik bahwa muslim harus menjadi terbaik, apapun profesinya, jangan mediocrity, semangat dalam hidup, jangan mengeluh harus selalu tersenyum. Itu adalah motivasi terbaik…”
Menurut saya kenapa banyak orang kemudian terpanggil untuk menyumbang pada Sandi. Karena orang tahu kalau Mas Sandi sudah mengorbankan kekayaannya untuk cawapres ini. Total sampai sekarang saham yang dijual senilai 502 milyar. Ketika ditanya Aiman di salah satu program tv, “Kalau kalah uang ini bablas semuanya… Logikanya di mana?”
Jawabannya keren, “Rizki milik Allah. Kita berjalan saja. Kalau memang berjuang harus all out. Buat saya ini bukan untuk saya atau pak Prabowo, ini untuk perjuangan bangsa. Ini bukan milik saya kok, milik Allah.” Ini baru jawaban keren.
Ah… Orang ini memang generasi terbaik di masanya. Dia tidak mencitrakan diri sebagai orang cerdas, dia memang pinter dari sononya, IPK-nya di Amerika 4.0. Kita di Indonesia saja kadang cuma dapat 2.0, alasannya aktivis.
Dia memang santun, belum pernah saya dengar komentarnya pedas. Dia memang super super kaya, pernah masuk majalah Forbes lho, nomor 29 terkaya di Indonesia. Meski super kaya, tapi tetap sederhana dan humble, bertemu dengan penggemarnya jarang di hotel berbintang. Lebih banyak di lapangan terbuka, posko dengan kaus biasa.
Yang membuat saya salut tentu saja, dia memang ganteng… Hehehehe… Emak-emak jelas pada klepek-klepek. Walau dia bukan cawapres, kalau lewat sudah pasti banyak yang klepek-klepek. Beberapa kali bersama beliau, saya harus mengalah, menyingkir mempersilakan mak-mak rebutan selfie bersama beliau.
Ada teman mengatakan, zaman sekarang kalau ingin dikenal maka jelek sekalian, atau guanteng sekalian. Menurut saya Mas Sandi adalah antitesis dari profil yang penuh pencitraan, ndeso, dan teruskan sendiri… Nanti ramai para pemujanya.*
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net