Aware terhadap Pola Asuh Toxic Parents

Aware terhadap Pola Asuh Toxic Parents

Aware terhadap Pola Asuh Toxic Parents

Suaramuslim.net – Keluarga bahagia yang mencintai seluruh anggota keluarganya adalah dambaan setiap orang. Anak-anak berhak lahir dalam keluarga yang mencintai anak seutuhnya. Namun, pada kenyataanya, banyak anak yang tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis. Kondisi tersebut dan orang tua yang cenderung destruktif serta lingkungan yang tidak kondusif dapat meracuni psikologis anak.

Tidak ada orang tua di dunia ini yang tidak menyayangi, melindungi, mencukupi dan menyediakan kebutuhan yang terbaik untuk buah hatinya. Peranan seperti itu lazim dilakukan oleh orang tua terhadap buah hatinya.

Orang tua terkadang menerjemahkan makna “kasih” dan “sayang” terhadap buah hatinya dengan cara memenuhi dan menuruti hampir semua keinginannya serta menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Perilaku tersebut terlihat normal, akan tetapi ada beberapa perilaku dari orang yang justru merusak fisik dan menjadi racun psikologis anak.

Mari kita sepakati, bahwa tidak ada orang tua yang secara sadar dan sengaja ingin membuat anaknya menderita. Orang tua juga bisa berbuat salah tanpa disadari. Kesalahan itu bisa menjadi racun dalam diri anak. Bahkan kita pun tanpa disadari telah menjadi korban toxic parents dari pola asuh orang tua kita dahulu.

Toxic berarti mengandung racun. Istilah Toxic Parents tidak hanya ditujukan kepada orangtua dengan perilaku buruk seperti melakukan kekerasan fisik dan verbal terhadap anak. Toxic Parents juga di alamatkan kepada orangtua dengan tindakan yang dapat meracuni kondisi psikologis dan emosional anak. Toxic parents juga dapat diartikan cara pola asuh orangtua yang menggerogoti kepercayaan diri anak, bahkan menjadikan anak tidak menyukai orangtuanya. Toxic parents cenderung menyuarakan rasa ketidaksukaan orangtua terhadap anak

Mari kita kenali tindakan apa saja yang masuk dalam kategori Toxic Parents?

  1. Membicarakan Keburukan Anak

Kita harus tahu bahwa anak-anak juga memiliki harga diri seperti kita yang sudah dewasa. Membicarakan keburukan anak, apalagi didengar langsung oleh si anak bisa melukai psikisnya. Jika tindakan itu terus dilakukan, anak-anak bisa kehilangan kepercayaan diri, menumbuhkan sikap rendah diri dan dapat mempermalukan anak. Sebaiknya jagalah privasi anak.

  1. Egois

Perasaan orang tua menjadi salah satu tolok ukurnya. Pernahkah kita jengkel kemudian memarahi anak dengan kalimat, ”Apa kalian tidak kasihan dengan ibu?”. Sepertinya sepele. Akan tetapi, tindakan-tindakan seperti ini bisa membuat anak merasa terbebani. Mereka harus bertanggung jawab atas perasaan orang tuanya.

  1. Ekspektasi berlebihan orang tua

Kita sendiri pasti pernah mengalaminya. Ada kalanya mimpi-mimpi kita dibuyarkan dengan ekspektasi-ekspektasi orang tua yang berlebihan. Ketika anak ingin menjadi atlet , orang tua membuyarkan mimpi-mimpinya dengan memberikan segala komentar negatif tentang atlet. Kemudian mengarahkan anak untuk menjadi apa yang orang tua inginkan.

Orang tua berpikir bahwa ini semua demi kebaikan anak. Mereka akan bahagia jika anak menuruti apa yang telah orang tua rencanakan untuknya. Sering kita temui bahwa ekspektasi yang berlebihan dari orang tua tanpa memikirkan posisi dan keinginan anak akan membuat anak-anak terbebani. Apakah kita masih mau melanjutkan pola seperti ini? Atau apakah tidak sebaiknya kita memutus mata rantai tindakan ini?

  1. Menjadi monster

Apakah kita ingin menjadi orang tua yang ditakuti anak? Atau menjadi orang tua yang penuh wibawa? Perilaku orang tua yang suka memukul dan membentak adalah monster bagi anak. Orang tua bersikap seperti itu mungkin bertujuan agar anak disiplin dan tidak manja. Akan tetapi tindakan seperti itu justru membuat anak meniru perilaku kita. Kita harus sadar bahwa tugas orang tua adalah memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan rasa aman untuk anak-anaknya.

  1. Rentenir

Pernahkan kita mengalami saat dimana orang tua mengungkit tentang besarnya pengorbanan dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Hal itu kadang dijadikan orang tua sebagai alat supaya anak mau mengikuti keinginannya. Semacam mekanisme pertahanan orang tua ketika anak ingin menentukan masa depannya sendiri.

  1. Curiga pada teman bermain anak

Saat anak membawa teman mereka pulang ke rumah, ekspresi orang tua seolah mengeluarkan kritik tentang teman-temanya.

  1. Candaan yang mengecilkan hati

Candaan ringan tentang bentuk tubuh, warna kulit, bentuk rambut, sekilas terlihat biasa saja. Orang tua sering kali membuat hak tersebut sebagai bahan candaan di depan saudara. Akan tetapi, apakah kita pernah melihat ekspresi anak saat kita melontarkan candaan tersebut? Bahkan apakah kita pernah mencoba memahami perasaan anak saat candaan itu kita lontarkan ke anak? Bahkan apa kita pernah berpikir tentang akibat yang akan dialami anak dari candaan yang terlontar untuk anak?

  1. Mengungkit kesalahan

Anak berbuat salah dan telah menyadarinya adalah lumrah. Akan tetapi terus mengungkit kesalahannya akan membuat anak memiliki double rasa sakit. Sakit fisik dan beban mental karena selalu diingatkan tentang kesalahan yang pernah dilakukan.

  1. Membandingkan anak dengan orang lain

Kita sebagai orangtua baik secara sadar atau tidak sadar suka membandingkan anak dengan adik-kakaknya atau dengan anak lain yang lebih baik darinya. Hal tersebut kita lakukan supaya anak bisa bertindak dengan cara yang orang tua sukai. Padahal cara tersebut justru membuat rasa percaya dirinya menurun dan enggan bergaul.

Pola asuh toxic parents memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi anak-anak. Anak-anak akan mengalami tekanan psikologis dan tersiksa secara mental. Anak bisa mengalami stres yang berkepanjangan serta mengganggu perkembangannya. Dampak terburuknya adalah anak menjadi “monster” yang menakutkan untuk anak-anak mereka kelak.

Perlu diingat, anak yang bahagia berasal dari keluarga yang bahagia dan harmonis.

Kontributor: Jefri Firmansyah *
Editor: Oki Aryono

*Staf pengajar di SD Al Hikmah Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment