Badai Covid-19 Pasti Berlalu

Badai Covid-19 Pasti Berlalu

Menyambut Iduladha dengan Munajat Dzulhijjah
Tangan yang menengadah. (Foto: Yufidia.com)

Suaramuslim.net – Dalam suasana hati pada gelisah, galau dan merana ini, ada satu ayat yang kalau kita tadabburi akan membuat hati jadi tenang.

Allah berfirman dalam QS Ar-Rahman ayat 26-27:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ  وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ 

Semua yang ada di bumi itu akan binasa, dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan

Semuanya fana, pasti binasa tidak ada yang abadi, apa pun dan siapa pun kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Ayat di atas menguatkan keyakinan itu, bahwa tiada yang bertahan selamanya kecuali Yang Maha Ada, Allah.

Dr. Wahbah Az-Zuhaily dalam Tafsir Al-Munir, ketika menafsirkan ayat tersebut menukilkan bahwa Ibnu Abbas berkata; Ketika turun ayat كل من عليها فان , malaikat berkata; ‘Penduduk bumi binasa.’ Lalu turun ayat yang lain dalam surat Al-Qashash ayat 88:

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.

Barulah malaikat yakin dan sadar, bahwa diri mereka pun fana akan menemukan kebinasaan.

So, semuanya tidak ada yang abadi kecuali Allah. Semuanya tidak akan lama pasti berlalu. Seperti malam akan berlalu ketika matahari menampakkan dirinya. Dan siang, juga akan berlalu ketika sang matahari tenggelam di cakrawala barat.

Maka demikian pula dengan kesusahan dan kesenangan, duka dan suka, sakit dan sehat, miskin dan kaya, demikian juga keberadaan Covid-19 ini pun suatu saat fana, berlalu pula.

Kenapa terasa lama? Dan membuat hati gelisah, lebih-lebih jelang bulan yang suci ini.

Maka jawabannya sangat terkait dengan kesabaran kita dalam menghadapi semua itu. Jika kita tidak sabar, kelihatan lama sekali berlalunya, namun jika kita sabar, tenang, bahkan rileks maka tidak terasa akan cepat berlalu.

Sama ketika kita tidak sabar menunggu jemputan teman, nampak lama kan? Coba kalau santai, tenang maka tidak terasa yang ditunggu akan datang.

Intinya sekarang, agar badai Covid-19 ini cepat berlalu, ya sabar. Karena kunci dalam menghadapi cobaan cuma satu kata, yaitu “sabar.” Terkadang kita meremehkan yang namanya sabar itu. Buktinya ketika kita menasihati orang dengan kata tersebut, sering kali dicibir, “Bisanya bilang sabar, sabar.”

Mari kita coba belajar tentang ilmu sabar, meski tidak semudah yang diucapkan, tetap harus belajar sabar.

Makna sabar

Kata صبر/sabar, bisa bermakna:

  1. Shobar, menahan
  2. Shubr yang berarti puncak.
  3. Shubroh yang berarti batu yang keras.

Sabar di Al-Qur’an, menurut Imam Al-Gazali dibahas hingga 70 kali lebih, yang semua ditujukan kepada manusia.

Macam-macam sabar

Para ulama membagi sabar dengan tiga macam;

  1. Sabar terkait keistiqamahan beribadah.
  2. Sabar terkait keistiqamahan bertahan dari ajakan nafsu untuk berbuat mungkar.
  3. Sabar terkait menghadapi petaka hidup, inilah poin yang kita bahas.

Level-level sabar dalam menghadapi kesulitan hidup

  1. Sabar standar 

Yaitu sabar ‘ngempet’ nahan diri pada kondisi pertama kali masalah menimpanya atau pada tatapan pertama sudah harus bersabar, meski dengan ngempet.

Dari Anas bin Malik, beliau berkata:

مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » . قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى »

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu beliau bersabda, ”Bertakwalah pada Allah dan bersabarlah.”Kemudian wanita itu berkata, ”Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah merasakan musibahku dan belum mengetahuinya.” 

Kemudian ada yang mengatakan pada wanita itu bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi. Kemudian wanita tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi. Kemudian dia tidak mendapati seorang yang menghalangi dia masuk pada rumah Nabi. Kemudian wanita ini berkata, ”Aku belum mengenalmu.” Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya namanya sabar adalah ketika di awal musibah.” (Al-Bukhari, No. 1283).

  1. Sabar medium

Yaitu sabar ‘nerimo’, yaitu ridha dengan qadarullah. Hal itu bisa dilakukan dengan meyakini firman-Nya;

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhulmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22). 

Dan Firman-Nya yang lain.

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At Taubah: 51).

Semua sudah tertata dalam qadar-Nya (ketetapan Allah), sekuat apa pun penolakan dengan qadarullah, tetap akan terjadi. Kita menolak dan marah-marah dengan qadarullah yang tidak menyenangkan, akan dapat dua hal yang tidak menyenangkan, yaitu dosa dengan penolakan itu dan qadarullah yang tidak nyaman dalam pandangan kita. Maka lebih baik terima aja, sekali pun sudah terjadi, tapi kita dapat pahala dengan menerima qadar-Nya.

  1. Sabar super

Yaitu melihat musibah itu sebagai hal yang positif baginya, dan berusaha mensyukurinya. Bagi orang yang memiliki pribadi sabar ini, seolah ia memakai kaca mata ajaib, kaca mata hikmah. Inilah level tertinggi bagi manusia dalam bersabar, level para Nabi dan shiddiqin. Namun, meski tidak sekualitas para Nabi, kita masih bisa memiliki pribadi sabar yang super ini dengan mujahadah terus menerus.

Allah berfirman;

وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ 

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah: 216). 

So… Pada level mana pun, mestinya kita harus memiliki kepribadian yang sabar, dengan bermujahadah amal saleh dan amal hati.

Karena itu tanamkan ke dalam pikiran kita hal sebagai berikut;

  1. Musibah jika dihadapi dengan sabar itu bisa jadi batu ujian kita untuk mendapatkan pahala yang belum bisa dicapai oleh amal apa pun kecuali jihad fi sabilillah.

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala tanpa batas. (Az-Zumar: 10).

  1. Filsafat untung/slamet

Artinya, kalau kita meyakini bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita, termasuk bala’ wabah Covid-19 ini, adalah masih musibah yang kecil belum besar, maka kita menghadapinya dengan tenang meski tetap waspada.

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الأدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (As-Sajadah: 21).

  1. Meyakini bahwa dengan kesabaran, setiap kesulitan yang dihadapi akan dibalas oleh Allah dengan double kemudahan.

Perhatikan Firman-Nya yang populer;

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرً – 

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Saudaraku… Buatlah hati ini sabar dalam menghadapi badai Covid-19, karena hanya dengan sabar dalam diri kita, menjadikan badai itu cepat berlalu tanpa terasa berat. 

Wallahu A’lam

Disampaikan Ust. M. Junaidi Sahal dalam program online-on air Kajian Malam Radio Suara Muslim Surabaya pada Ahad 29 Maret 2020 pukul 19.30-21.00 WIB.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment