Suaramuslim.net – Betapa seorang anak merasa bahagia bila ia mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sang anak tentu dapat mendapatkan apapun dari orang tuanya sepanjang kemampuan orang tua. Betapa seorang murid merasa bahagia bila ia mendapat kasih sayang dari gurunya. Sang murid tentu dapat memperoleh penilaian yang positif dari guru, sepanjang materi yang diajarkan sang guru. Betapa seorang akan merasa bahagia bila ia mendapat atensi dari para sahabat dan keluarga. Orang tersebut pasti akan tidak pernah merasa kesepian, sepanjang kemampuan sahabat dan keluarganya.
Kebahagiaan yang dia dapatkan tentunya merupakan konsekuensi dari perbuatannya terhadap orang-orang yang memberi kasih sayang dan perhatian kepadanya. Terhadap orang tuanya, gurunya, sahabat, dan keluarganya, ia tentu telah menunjukkan kasih sayangnya, kebaikan hatinya, dan perhatiannya.
Seperti hukum “Aksi = Reaksi” tentunya. Namun semuanya terbatas pada sebatas kemampuan yang bersangkutan. Bila dengan mendapat kasih sayang dari makhluk kita dapat memperoleh kebahagiaan, maka bayangkan bagaimana bila kita mendapat ridha dan kasih sayang dari Sang Pencipta makhluk? Itulah tujuan hakiki kita hidup.
Bahkan seorang Nabi besar Ibrahim ‘alaihissalam pun menolak bantuan malaikat Jibril, saat beliau akan dibakar. Dan Nabi as. bersabda, “Cukup Allah yang menolongku.” Bila ridha Allah subhanahu wa ta’ala yang didapat, maka tidak ada satu makhluk pun yang dapat menolak dan merusaknya.
Ridha Tuhan itulah yang kita butuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki di dunia. Mari berlomba-lomba mendapat ridhonya dengan berbagai cara, karena semua juga tergantung dari usaha kita untuk mendapatkannya.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menambahkan kepada kita ilmu-ilmu yang penuh keberkahan. Aamiin.