Begini keputusan Muktamar NU tentang sesajen untuk jin penjaga desa

Begini keputusan Muktamar NU tentang sesajen untuk jin penjaga desa

Sedekah Air

Suaramuslim.net – Bagaimana hukumnya mengadakan pesta dan perayaan guna memperingati jin penjaga desa (Mbahu rekso, Jawa) untuk mengharapkan kebahagiaan dan keselamatan, dan kadang terdapat hal-hal yang mungkar.

Perayaan tersebut dinamakan “Sedekah Bumi” yang biasa dikerjakan penduduk desa (kampung), dinamakan telah menjadi adat kebiasaan sejak dahulu kala?

Berdasarkan Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama ke-5 di Pekalongan pada tanggal 13 Rabi’uts Tsani 1349 H atau 7 September 1930 M, perayaan untuk memperingati jin penjaga desa/sedekah bumi itu hukumnya haram.

Hukum itu diambil berdasarkan keterangan dalam kitab:

1. Futuhul al-Ilahiyah

قَالَ مُقَاتِلُ كَانَ أَوَّلُ مَنْ تَعَوَّذَ بِالْجِنِّ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ اليَمَنِ مِن بَنِي حَنِيْفَةَ ثُمَّ فَشَا ذَلِكَ فِي العَرَبِ فَلَمَّا جَاءَ أَلإِسْلَامُ صَارَ التَّعَوُّذُ بِاللهِ تَعَالَى لاَ بِالْجِنِّ

“Orang yang pertama meminta perlindungan kepada jin adalah kaum dari Bani Hanifah di Yaman, kemudian hal tersebut menyebar di Arab. Setelah Islam datang, maka berlindung kepada Allah menggantikan berlindung kepada jin.”

2. Ihya’ Ulum al-Din

فَلَا يَجُوْزُ أَنْ يُمْزَحَ بِالْحَقِّ الْمُحْضِ مَا هُوَ لَهْوٌ عِنْدَ العَامَةِ وَصُوْرَتُهُ صُورَة اللَّهْوِ عِندَ الخَاصَّةِ وَإِنْ كَانُوا لاَ يَنْظُرُوْنَ إلَيْهَا مِنْ حَيْثُ أَنَّهَا لَهْوٌ

“Maka tidak boleh mencampurkan kebenaran murni dengan perkara yang dianggap sebagai suatu permainan oleh kalangan orang awam, sementara bentuk permainan tersebut merupakan bentuk permainan bagi kalangan orang khusus, walaupun mereka tidak menilainya sebagai suatu permainan.”

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment