Belajar dan Mengajarkan Al-Quran

Belajar dan Mengajarkan Al-Quran

Belajar Al Quran dan Mengajarkannya
Al Quran

Suaramuslim.net – Setiap mukmin yang mempercayai Al-Quran, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah belajar Al Quran dan mengajarkannya.

Belajar dan mengajarkan Al-Quran adalah kewajiban suci lagi mulia. Rasulullah SAW telah mengatakan: “Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” Dalam hadis lain Rasulullah mengatakan: “Sesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah lebih baik daripada mengerjakan salat sunnah seratus rakaat.” Dari hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah juga mengatakan: “Barangsiapa yang mempelajari Kitabullah, kemudian diamalkannya isi yang terkandung di dalamnya, Allah akan memberi petunjuk dari kesesatan dan akan dipeliharanya pada hari kiamat dari siksa yang berat.”

Belajar Al Quran dapat dibagi kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid; belajar arti dan maksudnya sampai mengerti maksud-maksud yang terkandung di dalamnya; dan terakhir belajar menghafalnya di luar kepala, sebagaimana yang dikerjakan oleh para sahabat pada masa Rasulullah, demikian pula pada masa tabiin dan sekarang di seluruh negeri Islam.

Belajar Al Quran sebaiknya dari kecil, semenjak umur 5 atau 6 tahun, sebab umur 7 tahun sudah disuruh mengerjakan salat. Rasulullah sudah mengatakan: “Suruhlah anak-anakmu mengerjakan salat bila sudah berumur 7 tahun dan pukul lah (marahilah) bila dia tidak mengerjakan salat kalau sudah berumur 10 tahun.”

Menjadikan anak-anak dapat belajar Al Quran mulai semenjak kecil adalah kewajiban orang tuanya masing-masing. Berdosa jika orang tua yang mempunyai anak-anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca Al-Quran. Tidak ada malu yang paling besar di hadapan Allah nantinya, bilamana anak-anaknya tidak pandai membaca Al-Quran.

Sebaliknya, tidak ada kegembiraan yang lebih memuncak nantinya, bilamana orang tua dapat menjadikan anaknya pandai membaca Al-Quran. Rasulullah bersabda, “Tidak ada suatu keuntungan bagi seorang yang telah menjadikan anaknya pandai membaca Al-Quran, kecuali baginya nanti pada hari kiamat akan diberikan suatu mahkota dari dalam surga.”

Pada tingkat pertama ini, yaitu tingkat mempelajari membaca Al-Quran dengan baik, hendaknya sudah merata dilaksanakan, sehingga tidak ada lagi orang yang buta huruf Al-Quran di kalangan masyarakat Islam. Di tiap-tiap rumah tangga orang Islam hendaknya diaktifkan pemberantasan buta huruf Al-Quran sehingga setiap muslim dalam keluarga itu sudah pandai semuanya membaca Al-Quran dengan baik.

Batas untuk mempelajari Al-Quran itu bila seseorang sudah diantar ke lubang kubur. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mempelajarinya, misalnya saja karena tua, karena sudah dewasa dan sebagainya. Dalam tingkatan pertama sekadar pandai membaca Al-Quran dengan baik, hal ini berlaku bagi anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, pria atau pun wanita, semuanya berkewajiban untuk mempelajarinya.

Sesudah itu, baru lah menginjak ke tingkat yang kedua, yaitu mempelajari arti dan maksud yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Al-Quran itu betul-betul menjadi pelajaran, petunjuk dan peraturan bagi setiap muslim dalam mencapai kebahagiaan hidup yang diridhai Allah.

Selain mempelajari cara membaca serta mendalami arti dan maksud yang terkandung di dalam Al-Quran, yang terpenting adalah mengajarkannya. Jadi belajar dan mengajar merupakan dua tugas yang mulia lagi suci, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Sedapat mungkin hasil yang dipelajari itu terus diajarkan pula, dan demikianlah seterusnya.

Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, beliau menerima wahyu, waktu itu juga terus diajarkannya kepada para sahabat, seketika selesai wahyu itu turun. Para sahabat pun berbuat sedemikian itu pula. Seterusnya orang yang mendapat pelajaran dari para sahabat itu, melanjutkannya kepada orang yang lain. Demikianlah secara sambung-menyambung seperti rantai yang tidak putus-putusnya.

Mengajarkan Al-Quran merupakan tugas yang sangat mulia di sisi Allah. Di dalam tugas mengajarkan Al-Quran itu terkandung tiga kemuliaan, yaitu: kemuliaan mengajar yang merupakan warisan tugas Nabi; kemuliaan membaca Al-Quran dan kemuliaan memperdalam maksud yang terkandung di dalamnya. Dengan mengajar terus-menerus, ia akan menjadi orang yang mahir memahami Al-Quran.

Dari hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang berasal dari Aisyah, Rasulullah bersabda:

“Orang yang membaca Al-Quran dan mahir, kelak mendapat tempat dalam surga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik; dan orang yang membaca Al-Quran, tetapi tidak mahir, membacanya tertatih-tatih dan tampak agak berat lidahnya (belum lancar), ia akan mendapat dua pahala.”

Tajwid

Sebagian besar ulama mengatakan, tajwid itu adalah suatu cabang ilmu yang sangat penting untuk dipelajari, sebelum mempelajari ilmu Qiraat Al-Quran. Ilmu Tajwid adalah pelajaran untuk memperbaiki bacaan Al-Quran.

Dalam ilmu Tajwid itu diajarkan bagaimana cara melafazkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkaikan dengan huruf lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhrajnya, belajar mengucapkan bunyi yang panjang dan yang pendek, cara menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya kepada huruf sesudahnya (idgham), berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan dan lain-lain sebagainya.

Ilmu Tajwid itu diajarkan sesudah pandai membaca huruf Arab dan telah dapat membaca Al-Quran sekadarnya.

Artikel ini disadur dari Al Quran dan Terjemah Departemen Agama RI tahun 1992 cetakan Semarang.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment