Suaramuslim.net – Hidup sesungguhnya adalah medan ujian bagi setiap insan. Masalah yang dihadirkan di tengah kehidupan manusia adalah untuk memastikan tingkat kualitas diri kita.
Tidak ada satupun di antara kita yang tidak memiliki masalah. Sehingga sejatinya masalah adalah wujud kasih Allah kepada hambanya dan cara Dia meningkatkan kualitas diri dan menaikkan derajat kemanusiaan. Bahkan dalam setiap permasalahan yang dihadirkan pada diri kita, Allah swt memberikan berbagai peluang hikmah.
Hikmah dalam makna kemudahan, kebaikan di balik setiap peristiwa tersebut. Karena tidak ada yang terjadi pada diri kita kecuali Allah pasti memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya sebab cinta kasih-Nya jauh melebihi murkanya.
Hal ini kesan yang dapat kita tangkap dari kalimat bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang) yang menjadi kalimat pembuka apapun dalam setiap tindakan manusia. Artinya kasih sayang Allah terjadi selamanya dan kapan pun terwujud dalam setiap tindakan dan peristiwa. Sehingga dalam setiap masalah yang kita hadapi, Allah menyisakan ruang hikmah (nilai-nilai kebaikan) untuk diri kita.
Bahkan secara tegas Allah yakinkan diri kita dalam firman-Nya:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Al-Insyirah: 5-6).
Ini adalah ayat yang sangat luar biasa, secara gamblang Allah menegaskan pada diri kita bahwa dalam setiap kesulitan masalah (bersama itu pulalah) ada kemudahan. Pesan kemudahan dan adanya kebaikan dalam setiap masalah yang kita hadapi tampak dengan jelas dalam ayat tersebut melalui berbagai indikator dari analisis kebahasaaan (Arab).
Pertama, tampak pada penggunaan huruf فإن, sesuatu yang diawali dengan ف : لإرتباط الجواب (untuk mengikat jawab) yang merupakan jawaban atas sebuah pertanyaan dialektik yang diajukan oleh Allah untuk menguatkan keyakinan bahwa Allah telah memberi banyak kemudahan atas diri kita.
Pertanyaan dialektik tersebut tampak pada ayat 1-4 surat Al-Insyirah. Dalam pertanyaan dialektik ini bukan berarti Allah tidak tahu tentang jawaban atas pertanyaan yang diajukannya sendiri. Namun itu cara Allah untuk menegaskan atas kalimat jawab tersebut yaitu di balik kesulitan ada kemudahan.
Indikator kedua, adalah kata إن ini huruf untuk menguatkan (للتوكيد) artinya sungguh dengan segala keyakinan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan.
Indikator ketiga adalah adanya kata مع yang mengandung arti bersama, artinya sesuatu yang berjalan secara bergandengan, tidak ada yang lebih dulu ataupun belakang, namun terjadi secara bersamaan. Hal ini berbeda dengan huruf و yang artinya “dan” yaitu sesuatu yang terjadi secara berurutan. Namun dalam kalimat ayat 5-6 Al-Insyirah ini Allah menggunakan kata “bersama” yang mengandung kesan bahwa ruang kemudahan (kebaikan) itu ada bersamaan dengan terjadinya peristiwa kesulitan yang sedang dihadapi.
Indikator keempat adalah adanya pengulangan kalimat (تكرير الكليمة) yang memberikan makna penegasan dan penguatan (للتوكيد) atas kalimat sebelumnya. Bahkan kalimat pengulangannya pun tanpa dipisah dengan huruf pemisah apapun (semisal kata “dan” العطف), hal ini memberikan kesan “cepat”, bahwa dalam kesulitan yang sedang dihadapi maka bersamaan dengan itu pula Allah menyediakan ruang kemudahan.
Semua indikator ini memberikan peneguhan kepada kita bahwa sungguh dalam kesulitan ada kemudahan. Sehingga seberapa cepat kita mampu menemukan hikmah atas setiap persoalan yang dihadapi, maka secepat itu pulalah diri akan bersahabat dengan masalah yang menjadikan kita damai, tenang dan bahagian. Dan saat itu pulalah jalan keluar, kemudahan atas masalah dan kebaikan (hikmah: realitas terbaik di balik masalah) kita peroleh.
Semoga Allah menjadikan diri kita termasuk dalam golongan ahli hikmah yang mudah menangkap pesan di balik pesan Allah atas setiap peristiwa yang terjadi.
9 Agustus 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net