Nabi Yusuf: Dakwah dan Investasi Politik

Nabi Yusuf: Dakwah dan Investasi Politik

Ilustrasi bangunan masjid Marocco. Ils: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Dalam berpolitik, Islam sangat menekankan pentingnya moral politik dan track record, serta nir-politik instan. Moral politik merupakan pondasi dan pijakan utama dalam memperjuangkan kebijakan politik. Track record menunjukkan adanya sejarah perjuangan yang pernah ditorehkan sehingga bisa dirasakan nilai positifnya bagi masyarakat. Nir-politik instan menunjukkan bahwa sejarah perjuangan memerlukan waktu, tidak serta merta dan cepat.

Al-Qur’an merekam tiga nilai ini dengan menampilkan kisah Nabi Yusuf secara utuh. Beliau demikian gigih dalam berdakwah dan moral politik terekam dengan baik seiring dengan perjalanan waktu yang tidak instan. Hal inilah yang membuat dakwah Nabi Yusuf tersebar cepat, pengaruh kekuasaannya begitu luas, serta akhir hidupnya menjadi buah bibir yang baik.

Nabi Yusuf dan keteladanan moral

Al-Qur’an merekam dengan baik kisah dan perjalanan panjang Nabi Yusuf yang demikian baik moralitasnya serta kemampuannya dalam berbicara dan memengaruhi orang lain. Kebaikan-kebaikan inilah yang direkam dengan baik oleh orang-orang sekitarnya, sehingga masyarakat mengenalnya dengan penuh keagungan. Salah satu kebaikan yang beliau miliki ketika memberikan nasihat-nasihat yang baik hingga terdengar oleh penguasa negara.

Ayat-ayat berikut menjelaskan bagaimana Nabi Yusuf memberi kontribusi postif pada negaranya, sebagaimana ayat berikut:

قَالَ تَزۡرَعُونَ سَبۡعَ سِنِينَ دَأَبٗا فَمَا حَصَدتُّمۡ فَذَرُوهُ فِي سُنۢبُلِهِۦٓ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تَأۡكُلُونَ

“Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan.” (Yusuf: 47).

Anjuran Nabi Yusuf agar pemimpin negara menginstruksikan untuk menanam 7 tahun, dan hal ini menuntut kesabaran. Tidak hanya itu, Nabi Yusuf menyarankan menunggu masa paceklik selama 7 tahun sebagai antisipasi dan solusi menghadapi masa sulit. Ayat berikut menjelaskan hal itu:

ثُمَّ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ سَبۡعٞ شِدَادٞ يَأۡكُلۡنَ مَا قَدَّمۡتُمۡ لَهُنَّ إِلَّا قَلِيلٗا مِّمَّا تُحۡصِنُونَ

“Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan.” (Yusuf: 48).

Masa tanam dan menunggu masa sulit (selama 14 tahun) bukan masa pendek bagi masyarakat. Hal ini bukan hanya menunjukkan kesabaran yang tinggi tetapi menunjukkan ketangguhan masyarakat yang patuh dan taat pada pemimpin negara. Apa yang disampaikan Nabi Yusuf dan dijalankan dengan baik oleh negara, maka sang raja membuatnya terkesima dan menunjuk Nabi Yusuf sebagai orang penting di negeri ini. Berikut ayat-Nya:

 وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ ٱئۡتُونِي بِهِۦٓ أَسۡتَخۡلِصۡهُ لِنَفۡسِيۖ فَلَمَّا كَلَّمَهُۥ قَالَ إِنَّكَ ٱلۡيَوۡمَ لَدَيۡنَا مَكِينٌ أَمِينٞ

“Dan raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya.” (Yusuf: 54).

Doa orang tua dan kesabaran panjang

Kebijakan raja memilih Nabi Yusuf sebagai orang kepercayaan bukan keputusan tiba-tiba. Nabi Yusuf telah mendedikasikan dirinya utuk berbuat baik selama 14 tahun di jalan dakwah. Beliau rela masuk penjara dan terus berdakwah guna memperbaiki moralitas terhadap orang-orang yang ada di penjara sekalipun. Keteguhan dalam nilai-nilai tauhid, dan kemampuannya dalam berorasi dan memengaruhi orang inilah yang membuat kebaikannya hingga terdengar pihak istana.

Memegang jabatan penting bukan tiba-tiba, tetapi membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Orang lain mengamati pikiran, perilaku dan kontribusinya, sehingga tertarik untuk mendekati dan memberinya kepercayaan yang agung. Setelah menjabat pun, Nabi Yusuf terus memaksimalkan dirinya dalam memberi manfaat pada masyarakatnya secara luas.

Keberhasilan Nabi Yusuf tidak lepas dari perjuangan panjang, dan doa nabi Ya’kub, selaku orang tua ikut menopang keberhasilannya yang demikian gemilang. Al-Qur’an merekam pentingnya doa orang tua yang saleh, sehingga bisa memberi arah dalam menebar kebaikan. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا

“Dan adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayahnya seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.” (Al-Kahfi: 82).

Kisah Nabi Yusuf memberi keteladanan bagi seorang politisi ketika ingin menjadi pejabat publik yang berhasil dengan baik. Sementara banyak kita jumpai para politisi saat ini yang serba instan. Perilaku politiknya ingin cepat menuai hasil, sementara tauhidnya tak tertata dengan baik, bahkan tidak sedikit yang tak mengenal agamanya, sehingga dialah yang menjadi orang pertama menginjak-injak agamanya sendiri.

Banyak politisi muslim yang melakukan investasi dan perjuangan politik menjelang 5 tahunan dengan kampanye. Mereka tidak lagi memperhatikan moral politik, seperti bagi-bagi sembako, suap untuk meraih popularitas. Ketika menduduki jabatan pun mereka melakukan sejumlah akrobat, yang bukan hanya merugikan tetapi justru menghancurkan negara. Mereka berperilaku tanpa peduli rusaknya tatanan moral, sehingga menghancurkan tatanan keluarga, berbangsa, dan bernegara.

Surabaya, 6 Agustus 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment