Suaramuslim.net – Hari Natal adalah momen istimewa bagi umat Kristiani, memperingati kelahiran Nabi Isa alaihissalam menurut keyakinan mereka. Sebagai generasi muda Muslim, Generasi Z memiliki peran penting dalam membangun harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk.
Dalam konteks keberagaman Indonesia, sikap yang diambil oleh seorang Muslim terhadap perayaan agama lain, termasuk Natal, haruslah berlandaskan ajaran Islam yang penuh hikmah, toleransi, dan adab. Namun tetap harus menjaga dengan kokoh iman dan tauhid atau akidah dengan benar.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi tanpa mencampuradukkan keyakinan. Dalam Q.S. Al-Mumtahanah: 8, Allah memerintahkan umat Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada non-Muslim yang tidak memusuhi atau mengusir kaum Muslimin. Ayat ini menjadi landasan penting bahwa hubungan baik dengan pemeluk agama lain adalah bagian dari ajaran Islam.
Namun, toleransi yang dimaksud bukan berarti menghilangkan prinsip akidah. Sebagaimana Rasulullah SAW menolak kompromi dalam hal tauhid ketika kaum Quraisy meminta beliau untuk menyembah berhala sebagai syarat perdamaian, toleransi yang sejati adalah saling menghormati tanpa melanggar keyakinan masing-masing.
Tentang ucapan Selamat Natal? Hukum mengucapkan selamat Natal menjadi isu yang sering dibahas di kalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat tidak apa-apa. Sebagian lagi mengharamkan.
Ulama yang mengharamkan misalnya adalah Ibnu Taimiyah. Beliau menyatakan bahwa ucapan selamat Natal tidak dibenarkan karena dianggap mengandung pengakuan terhadap keyakinan Kristiani yang bertentangan dengan Islam. Dalam fatwa Lajnah Daimah (Komisi Tetap untuk Riset dan Fatwa di Arab Saudi), mengucapkan selamat Natal dianggap haram karena menyerupai atau mendukung keyakinan yang bertentangan dengan tauhid.
Sementara ada sebagian ulama yang memperbolehkan dengan syarat. Yusuf al-Qaradawi, ulama kontemporer, adalah salah satu yang membolehkan ucapan selamat Natal jika diniatkan untuk menjaga hubungan sosial, bukan sebagai pengakuan teologis. Artinya, meskipun boleh tapi niatnya harus ditata dengan benar, agar tidak merusak tauhid. Beliau menggunakan prinsip “al-umur bi maqashidiha” (segala sesuatu tergantung pada niatnya).
Prof. Buya Syafii Maarif, tokoh intelektual Muslim Indonesia, pernah menyampaikan bahwa mengucapkan selamat Natal adalah bagian dari adab sosial dan tidak menggoyahkan akidah, selama dilakukan dengan niat menghormati keberagaman.
Dengan demikian, Generasi Z Muslim dapat memilih sikap yang sesuai dengan keyakinan dan pemahamannya, tetap menjaga akidah, dan mengedepankan akhlak.
Sebuah kisah dari seorang pemuda Muslim bernama Ahmad dapat menjadi inspirasi. Ahmad, seorang pegawai negeri, bertugas di wilayah yang mayoritas beragama Kristiani. Saat Natal tiba, ia menunjukkan sikap hormat dengan menyampaikan ucapan netral, seperti “Semoga damai dan kebahagiaan menyertai Anda.” Sikapnya diterima baik oleh rekan-rekannya, bahkan menjadi contoh dalam menjalin hubungan harmonis di tengah perbedaan.
Tentang isu pluralisme? Perlu juga disampaikan di sini pandangan tokoh Muslim tentang pluralisme. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menyatakan, “Agama itu untuk memuliakan manusia.” Dalam pandangan beliau, menghormati perayaan agama lain adalah cara untuk memuliakan manusia tanpa harus kehilangan identitas keagamaan.
Prof. Dr. Azyumardi Azra, cendekiawan Muslim, juga menekankan pentingnya dialog antaragama untuk memperkuat persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah). Ia menyebut bahwa menghormati tradisi agama lain adalah wujud nyata dari rahmat Islam bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).
Refleksi untuk Generasi Z Muslim
Generasi Z Muslim perlu memahami bahwa perayaan Natal adalah bagian dari keyakinan umat Kristiani yang berbeda dengan Islam. Namun, keberagaman ini tidak menjadi penghalang untuk membangun hubungan baik.
Dalam interaksi sosial, gunakanlah bahasa yang bijak dan santun. Jika memang diperlukan, pilihlah ucapan yang netral saja, seperti: “Semoga damai dan kebahagiaan menyertai Anda.” Atau “Selamat merayakan hari besar Anda.”
Dengan bersikap bijak, santun, dan tetap berpegang teguh pada akidah, Generasi Z Muslim dapat menjadi teladan dalam menciptakan harmoni di tengah keberagaman. Jadikan momen Natal sebagai pengingat untuk memperkokoh persaudaraan kemanusiaan dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang indah. Dan Jangan lupa juga, momen natal tahun ini jadikan sebagai momen untuk menambah semangat tahan uji dalam mempertahankan akidah dan iman, bahwa “Innaddiina ‘indalllohil Islam” (sesungguhnya agama yang benar di mata Allah adalah Islam). Wallahu a’lam bishawab.
Ulul Albab
Ketua ICMI Orwil Jawa Timur