Bersyukurlah Untukmu yang Berpuasa di Indonesia

Bersyukurlah Untukmu yang Berpuasa di Indonesia

Suaramuslim.net – Sudahkah kita bersyukur ketika bangun tidur dalam kondisi sehat dan dapat menjalankan ibadah dengan kondisi lapang? Hendaknya kita bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala.

Salah satu karunia yang harus disyukuri di bulan Ramadhan ini adalah dapat menjalankan ibadah puasa di tanah air tercinta, Indonesia. Bagaimana tidak? Wilayah Indonesia berada di garis katulistiwa yang menyebabkan porsi siang dan malam seimbang. Sehingga ketika bulan Ramadhan tiba, umat Muslim di Indonesia tidak perlu khawatir dengan durasi puasa yang lama.

Selain porsi waktu menjalankan ibadah puasa, kondisi umat Muslim di Indonesia pun terbilang cukup kondusif. Meskipun akhir-akhir ini muncul beberapa serangan teroris, namun tidak menghalangi semangat umat Muslim dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Di luar sana, ada sebagian umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan kondisi yang berbeda, diantaranya sebagai berikut.

  1. Umat Muslim di Gaza, Palestina

Sebagaimana yang telah diberitakan oleh beberapa media, umat Muslim di Gaza Palestina mengalami masa-masa sulit selama bertahun-tahun untuk mempertahankan wilayahnya dan kota Yerussalem dari Israel.

Ditambah pada tanggal 14 Mei 2018 lalu, Amerika Serikat resmi memindahkan Kedutaan Besar untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem. Peristiwa tersebut memancing aksi protes warga Palestina yang menyebabkan sekitar 120 warga meninggal dan belasan ribu lainnya mengalami luka-luka. Belum lagi ratusan warga yang tertangkap dan mendekam di penjara Israel menambah pilu derita Muslim di Gaza Palestina.

Warga Gaza harus menjalani ibadah puasa di tengah-tengah kondisi keamanan dan ekonomi yang terpuruk. Meskipun durasi waktu berpuasa di Gaza kurang lebih tidak jauh berbeda dengan Indonesia yakni 14 jam, namun warga Gaza sulit memperoleh makanan untuk sahur dan berbuka puasa.

Sekitar 80% warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, 95% air yang ada di Gaza tidak dapat diminum. Listrik pun hanya menyala sekitar empat jam per harinya. Belum masalah pengangguran yang mencapai 60% dan beberapa keluarga yang kehilangan tulang punggung keluarganya. Akhirnya, sebagian besar warga Gaza hidup bergantung pada bantuan dari badan amal dan orang-orang yang berbaik hati kepada mereka.

2. Umat Muslim di Xinjiang, China

Masyarakat Indonesia sepatutnya bersyukur karena masih dapat merasakan kebebasan untuk beragama dan menjalankan ibadah. Dilansir dari newsweek.com, di Provinsi Xinjiang China tidak memperbolehkan rakyatnya menganut agama-agama yang berasal dari ‘luar’ seperti Islam dan Kristen.

Rakyat yang memberontak akan mendapatkan tekanan untuk melakukan Chinaisasi yang mencerminkan nilai-nilai inti sosialis China. Bagi yang melanggar, akan ditahan di kamp-kamp ‘pendidikan ulang’ China.

Dari sekitar 11 juta umat Muslim di Xinjiang, sebagian besar diantaranya telah ditahan di kamp ‘pendidikan ulang’ China. Di sana umat Muslim tidak diperbolehkan berpuasa. Mereka dicekoki dengan minuman keras dan dipaksa memakan daging babi. Tahanan di kamp tersebut dicuci otak, dihina, dan disiksa agar bersedia mengikuti kemauan Partai Komunis Tiongkok dan Presiden Xi Jinping.

Bagi yang melanggar peraturan kamp, maka akan diborgol pergelangan kakinya hingga 12 jam. Mereka menganggap orang yang beragama berbahaya dan mengancam kemanan nasional.

3. Umat Muslim di Islandia

Di Indonesia, umat Muslim menjalankan ibadah puasa dengan durasi kurang lebih selama 13 jam. Berbeda halnya dengan kondisi umat Muslim di Islandia yang harus berpuasa selama hampir 22 jam.

Lokasi Islandia yang dekat dengan Kutub Utara menyebabkan durasi terbit hingga terbenam matahari jauh lebih lama daripada wilayah lain ketika musim panas tiba. Umat Muslim di sana mulai menjalankan puasa pukul 2 dini hari dan berbuka hampir tengah malam.

Dilansir dari Arab News, umat Muslim di Islandia terbilang cukup sedikit. Kebanyakan dari mereka bukan asli orang Islandia, melainkan pendatang yang kebanyakan dari wilayah Timur Tengah. Bagi mereka, satu-satunya tantangan terbesar ketika berpuasa adalah menunggu matahari terbenam.

Cuaca Islandia yang cukup dingin membuat mereka tidak terlalu tersiksa dengan kondisi lapar yang mendera. Meskipun merasakan durasi waktu puasa yang lama, mereka bersyukur karena Ramadhan tahun ini diberikan iklim dan cuaca yang bagus oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Dengan kondisi yang cukup lapang ini, sudah sewajarnya Muslim di Indonesia bersyukur dan maksimal dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan.

Jika semangat ibadah dirasa menurun, mari kita bercermin dengan kondisi umat Muslim di negara-negara lain yang tetap bersemangat mempertahankan akidah dan menjalankan ketaatan meskipun mereka dalam keadaan terhimpit. Wallahua’lam.

Penulis: Dinda Sarihati Sutejo*
Editor: Oki Aryono

*Tim Islamic Youth Community Kota Pasuruan

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment