JAKARTA (Suaramuslim.net) – Pemerintah menetapkan sejumlah prioritas penanganan darurat bencana di Sulteng. Demikian disampaikan Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam Forum Merdeka Barat 9 dengan tema “Update Tanggap Bencana Sulteng”, yang berlangsung di Aula Gedung BNPB, Jakarta Timur, pada Minggu (7/10).
Prioritas itu, menurut Sutopo, adalah melanjutkan evakuasi dan penyelamatan, penangan medis, rumah sakit lapangan dan penanganan jenazah, distribusi logistik, percepatan pemulihan infrastruktur, penanganan bantuan luar negeri.
Evakuasi, menurut Sutopo, dilakukan oleh tim SAR gabungan yang dikoordinir Basarnas. Kemarin, sambung dia, tim menemukan 111 korban meninggal dunia. Dari 111 korban itu, kata dia, dapat dirincikan dari Palu sebanyak 106 korban dan Sigi 5 korban.
“Kalau kita lihat data di Petobo, Balaroa, angka temuan korban selalu banyak. Itu karena memang korban di sana banyak,” katanya.
Target Waktu
Pada kesempatan itu, Sutopo mengatakan, evakuasi ditargetkan selesai pada Kamis (11/10/2018), sesuai masa tanggap darurat. “Pada saat itu, diharapkan tidak ada lagi daerah yang terisolir, tidak ada kekurangan bantuan, dan daya dukung masyarakat normal. Artinya aktivitas masyarakat kembali normal. Jadi kita menargetkan 11 Oktober selesai,” katanya.
Dalam masa tanggap darurat ini, Sutopo mengatakan, total jumlah personel yang dikerahkan mencapai 8.223 orang. Perinciannya, kata dia, dari mliter 6.338, sipil 1.560, mliliter luar negeri 325 personel.
“Sebenarnya personel yang dikerahkan lebih dari 8.223. Karena beberapa NGO dari beberapa organisasi masyarakat memang belum melaporkan keberadaaannya ke posko darurat. Untuk itulah diimbau untuk itu NGO dan ormas segera mendaftar ke posko agar terdata kemana dan berapa sebarannya,” tuturnya.
Terkait evakuasi masyarakat terdampak bencana yang selamat, Sutopo mengungkapkan, ternyata banyak masyarakat yang ingin meninggalkan Palu. Jumlahnya, sambung dia, sebanyak 8.110 jiwa, diketahui ingin ke Makasar, Manado, dan Jakarta.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 6.157 telah dievakuasi dengan pesawat. Dengan perincian, sambung dia, dari Makassar (4.631), Balikpapan (1.173), Jakarta (182), Manado (171). Sedangkan yang menggunakan jalur laut, sambung dia, 1.913 orang. Rinciannya, kata dia, Makassar (1.858) dan Balikpapan (55).
“Kini kondisinya sudah tidak ada yang berjubel, semua sudah tertib. Mereka adalah warga yang ingin keluar sementara, untuk menumpang ke sanak saudaranya. Dan pemerintah memfasilitasi mereka, baik melalui jalur darat dan laut,” katanya.
Hanya saja, Sutopo membeberkan, fokus evakuasi korban selamat itu diutamakan untuk korban yang merupakan warga daerah terdampak luas. Seperti warga Perumnnas Balaroa, kata dua, karena wilayah itu mengalami amblesan dan kenaikan.
“Sampai kemarin, di sana ditemukan 155 tewas. Tapi menurut Kepala Desa Petobo, ada 5.000 warga yang belum ditemukan. Tidak mudah, karena pasti banyak korban yang tertimbun material longsor,” katanya.
Jika korban tidak ditemukan hingga batas waktu yang ditentukan, Sutopo mengatakan, mereka akan dinyatakan sebagai korban hilang.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir