Cara Penganut Syiah Memperingati Hari Asyura

Cara Penganut Syiah Memperingati Hari Asyura

Cara Penganut Syiah Memperingati Hari Asyura
Penganut Syiah di Irak memangkas rambut di ubun kepala dengan menggunakan pisau sebagai simbol tradisi berkabung dalam peringatan Asyura. (Foto: Istimewa)

Suaramuslim.net – Asyura berasal dari bahasa Arab, yang artinya hari kesepuluh di bulan Muharram. Hari ini menjadi sangat bersejarah, karena pada hari itu Allah SWT mengampuni hamba-hamba-Nya yang bertaubat, serta memohon ampun atas semua dosa-dosanya yang telah diperbuat. Sehingga hari itu merupakan hari magfirah atau hari pengampunan.

Hari Asyura sudah diperingati dari masa ke masa, karena banyak peristiwa penting sepanjang sejarah terjadi pada hari ini, di antaranya:

  • Allah SWT menyelamatkan dan mendaratkan bahtera Nabi Nuh as;
  • Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Firaun bersama tentaranya;
  • Allah SWT menyelamatkan Nabi Yunus dari ikan (Paus);
  • Dan peristiwa-peristiwa penting lainnya.

Berbagai ritual dilakukan untuk memperingati hari tersebut. Orang-orang Yahudi memperingati hari Asyura dengan berpuasa satu hari. Orang-orang Arab Jahiliyah juga mengikuti jejak orang-orang Yahudi. Di samping berpuasa mereka pun membungkus Ka’bah dengan kain.

Rasulullah pun berpuasa, dan menganjurkan umatnya untuk berpuasa. Untuk membedakan puasanya umat Islam dengan orang Yahudi, maka beliau menganjurkan agar berpuasa dua hari, yaitu pada hari kesembilan dan hari kesepuluh dalam bulan Muharram. Oleh karena itu, sampai sekarang puasa tersebut lebih dikenal dengan puasa Tasu’a dan Asyura.

Akan tetapi, para pengikut Syi’ah menginterpretasi lain peringatan hari Asyura. Ritual yang mereka jalankan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Di antaranya:

1. Berkumpul dan menangis bersama-sama, dengan berteriak-teriak.

2. Melafalkan doa-doa pujian untuk imam-imam mereka.

Bahkan mereka telah menyusun doa-doa khusus yang disebut Doa Ziarah Asyura. Akan tetapi, di antara doa tersebut terdapat doa yang berisi cacian dan laknat yang diserukan untuk para sahabat Nabi SAW. Doa ini sengaja tidak mereka terjemahkan agar tidak diketahui oleh para pengikutnya. Berikut petikan terjemah utuhnya:

“Wahai Allah, sesungguhnya hari ini adalah hari di mana Bani Umayyah dan anak si Pemakan Jantung yang terkutuk atas lisan-Mu dan lisan nabi-Mu. Semoga shalawat atasnya dan keluarganya mengambil berkah di setiap tempat dan kesempatan yang di sana Nabi-Mu. Semoga salawat atasnya dan atas keluarganya berdiri.

Wahai Allah, laknatlah Abu Sufyan Muawiyah dan Yazid bin Muawiyah. Semoga mereka mendapatkan laknat-Mu selama-lamanya. Dan hari ini adalah hari di mana bergembiranya Ziyad dan keluarga Marwan atas terbunuhnya Husein; salawat atasnya.

Wahai Allah, lipat gandakan lah laknat-Mu atas mereka dan juga (berilah mereka) azab yang pedih. Wahai Allah, sesungguhnya aku bertaqarrub (mendapatkan diri) kepada-Mu di hari ini dan di kesempatan ini dan di hari-hari (dalam) hidupku dengan cara berlepas diri dari mereka dan semoga laknat atas mereka dan (aku bertaqarub) dengan cara bersikap loyal kepada nabi-Mu dan keluarga nabi-Mu. Semoga salawat dan salam atas mereka.”

”Wahai Allah, laknatlah orang zalim pertama yang telah menzalimi haq Muhammad dan keluarga Muhammad dan orang terakhir yang mengikutinya atas sikap zalim ini. Wahai Allah, laknatlah sekelompok orang yang telah memerangi Husein serta yang telah berkumpul, berjanji, dan ikut serta dalam membunuh Husein. Wahai Allah, laknatlah mereka semuanya.”

3. Melukai angota badan sampai terluka, baik dengan rantai, bahkan dengan pedang, maupun barang tajam lainnya, hingga berlumuran darah.

Ritual semacam ini mereka lakukan dengan dalih memperingati sebuah peristiwa besar pada hari Asyura, yaitu syahidnya Imam Husein di Karbala (sekarang masuk wilayah Irak). Tangisan dan pukulan-pukulan ke badan yang mereka lakukan, menurut pengakuan ulama mereka, adalah usaha untuk menebus dosa orang-orang Syi’ah yang terdahulu. Yaitu syahidnya Imam Husein disebabkan oleh perbuatan orang-orang Syi’ah sendiri.

Hal itu sudah dikisahkan dalam kitab-kitab sejarah. Bahkan diakui juga oleh para tokoh dan ahli sejarah Syi’ah. Inilah salah satu celah yang menyebabkan umat Islam terjebak dalam membenarkan ajaran Syi’ah.

Umat Islam menganggap bahwa Imam Husein, putra Khalifah Ali bin Abi Thalib mati syahid karena dibunuh oleh musuh-musuh Islam. Padahal, fakta sejarah sudah jelas menerangkan bahwa yang membunuh Imam Husein adalah orang-orang Syi’ah sendiri yang mengaku sebagai pecinta Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait, yang kenyataannya adalah pengkhianat agama. Inilah salah satu propaganda Syi’ah untuk mengelabui umat Islam.

Lalu, mereka pun melancarkan berbagai propaganda untuk melegitimasi ajarannya. Salah satunya dengan membuat hadis-hadis palsu dengan riwayat palsu yang sampai kepada Ahlul Bait.

Perilaku ini sudah terkenal sejak dahulu, bahkan mereka tidak segan-segan mencatut nama-nama Ahlul Bait dan menghalalkan segala cara demi kepentingan golongannya. Di antara riwayat-riwayat palsu yang disampaikan para ulama Syi’ah tentang peringatan hari Asyura adalah:

Barang siapa menangis atau menangistangiskan dirinya atas kematian Husein, maka Allah akan mengampuni segala dosanya, baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

Barang siapa menangis atau menangistangiskan dirinya atas kematian Husein, wajiblah (pastilah) dirinya mendapat surga.

Dan masih banyak lagi riwayat-riwayat palsu yang mereka buat, tidak kurang dari 458 riwayat, mengenai ziarah ke makam imam-imam Syi’ah. Bahkan, dari jumlah tersebut, 338 khusus mengenai kebesaran dan keutamaan serta pahala besar bagi peziarah ke makam Imam Husein atau ziarah ke Karbala. Di antaranya:

Siapa saja yang menunaikan ibadah haji sebanyak dua puluh kali, maka ganjarannya sama dengan satu kali ziarah ke Makam Imam Husein.

Siapa saja yang ziarah ke Makam Imam Husein di Karbala pada hari Arafah, maka ganjarannya sama dengan menunaikan ibadah haji sebanyak 1.000.000 kali bersama Imam Mahdi. Di samping itu, juga mendapatkan ganjaran seperti orang yang memerdekakan 1.000 budak dan ganjaran sedekah sebanyak 1.000 ekor kuda.

Siapa saja yang ziarah ke Makam Imam Husein pada saat Nisfu Sya’ban, sama dengan ziarah Allah di Arasy-Nya.

Siapa saja yang ziarah ke Makam Husein di Karbala pada hari Asyura, maka ia akan mendapat ganjaran dari Allah seperti ganjaran orang yang menunaikan ibadah haji sebanyak 2.000 kali, dan seperti ganjaran orang yang melakukan umrah sebanyak 2.000 kali, juga seperti ganjaran orang yang berperang bersama Rasulullah SAW sebanyak 2.000 kali.

Itulah di antara hadis-hadis palsu yang bersumber dari kitab Syi’ah berjudul “Wasaailu asy-Syi’ah” karangan salah seorang Ulama Syi’ah, Al-Khurrul Amily.

Ulama-ulama Islam tidak ada yang melarang orang berkunjung atau berziarah ke Karbala. Bahkan dengan berkunjung ke Karbala, kita akan mendapatkan pelajaran, bagaimana harus waspada dan tidak mudah menerima rayuan orang-orang Syi’ah yang sejak dahulu sudah dikenal sebagai orang-orang yang suka berdusta dan berkhianat. Sebagaimana yang mereka lakukan terhadap Imam Ali bin Abi Thalib dan Imam Husein.

Mengenai ritual Syi’ah dalam peringatan Asyura ini, jelas sekali larangan Rasulullah SAW dalam sabdanya:

Bukan dari golonganku, orang-orang yang suka memukuli wajahnya dan merobek kantongnya (pakaiannya), serta menyerukan kepada perbuatan jahiliyah.”

Dalam sabdanya yang lain, beliau melarang menangisi orang-orang yang sudah mati. Dalam kitab Attasyasyyu Baina Mafhumil Aimmah wa Mafhumil Farisi, disebutkan bahwa orang-orang Syi’ah juga berpuasa pada hari Asyura, tetapi hanya sampai waktu Ashar saja. Tentu saja, hal ini bukanlah ajaran Islam yang benar menurut tuntunan Rasulullah SAW.

Umat Islam dianjurkan untuk memperingati hari Asyura dengan melaksanakan puasa, bertaubat memohon ampunan dari Allah atas segala dosa yang telah kita perbuat, dan banyak bersedekah kepada anak yatim.

Sumber: Mewaspadai Gerakan Syi’ah di Indonesia (M. Amin Djamaluddin, dkk)

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment