Catatan Oase 192: Nissa Sabyan dan “Politikus”

Catatan Oase 192: Nissa Sabyan dan “Politikus”

nisya Sabyan Gambus

Suaramuslim.net – Beberapa hari ini saya selalu sempatkan melihat dan mendengarkan lantunan lagu-lagu indah Nissa Sabyan melalui youtube. Bagi saya lantunan lirik lagu-lagu Nissa sarat pesan dan sarat makna di tengah kegersangan bernegara. Nissa Sabyan telah menjadi “oase ” di tengah kekeringan hati nurani sebagai saudara sebangsa.

Kegaduhan berbangsa seolah menjadikan bangsa yang tak lagi ramah, bangsa yang hobbi berpecah belah. Bangsa yang banyak dihuni pelaku angkara. Agama dibelah, Pancasila disalah maknakan, caci maki dan sumpah serapa tak henti dibagi, bhineka diperkosa, kata radikal dan intoleran jadi alat untuk membungkam siapa yang tak berkawan.

Kita menjadi kehilangan Indonesia kita. Indonesia yang berketuhanan yang maha esa, tak lagi mampu memanusiakan manusia, sehingga mudah sekali berlaku bidab dan tak adil terhadap warga bangsa. Bangsa sendiri dihinakan, bangsa lain dijunjung atas nama kebhinekaan dan internasionalisme. Padahal Soekarno juga mengajarkan tetaplah menjadi Indonesia meski kalian berada dipusaran dunia. Tak ada lagi persatuan antar warga dan bangsa sebagai Indonesia, apalagi yang namanya musyawarah, rembuk hanya dilakukan antar sekelompok, karena kelompok yang lain dianggap musuh dan tak sudi ada niat untuk diajak bersepakat. Lalu bagaimana bisa berbuat dalam berbangsa.

Para “politikus” dan yang mengaku politikus hadir semestinya menjadi mata air teduh bagi kebangsaan, tak lagi mampu memancarkan kesegarannya, yang ada keserakahan dan kepalsuan. Kekuasaan cenderung pada perbuatan korupsi tak lagi jadi asumsi, tapi sudah menjadi bukti. Kekuasaan jadi perebutan tanpa ada niat mensejahterakan.

Lihatlah para preman yang berlagak seperti politisi atau para politisi preman, tak lagi malu menjadi makelar bagi sebuah keramaian. Tak peka terhadap penderitaan rakyat. Bagi mereka para preman politisi dan politisi preman uang dan kekuasaan adalah tujuan. Kesengsaraan adalah lahan untuk mendapatkan uang.

Beruntunglah Tuhan pada saat yang tepat “menghadirkan” Nissa Sabyan di tengah kegersangan kebangsaan. Tidak ada yang kebetulan, sehingga hadirnya Nissa dan kelompoknya Sabyan adalah bukti cinta Tuhan kepada bangsa Indonesia.

Nissa Sabyan hadir menjadi guru dan penyejuk kebernegaraan kita. Carut marut kebangsaan dan berebut kekuasaan dengan saling menghancurkan sejenak dilupakan oleh anak-anak muda yang lebih menikmati pertunjukan Nissa Sabyan dengan lantunan perdamaian dan pesan moralnya, dibanding dengan pertunjukkan memuakkan diparlemen.

Nissa Sabyan menjadi contoh baik bagi kalangan muda, bersumbangsih bagi Indonesia tidak hanya menjadi politisi, kalau jadi politisi jadilah politisi yang baik, kalau berbuat untuk Indonesia seriuslah kepada kebutuhan Indonesia. Nissa Sabyan mampu menangkapnya dan menghadirkan pesan pesan moralnya.

Tentu kita butuh hadirnya Nissa Sabyan Nissa Sabyan lainnya, sebagai oase bagi generasi muda yang kelak dipersiapkan menjadi pewaris Indonesia. Biarlah mereka para politisi korup dan serakah menjalani perjalanan kematiannya, biarkan pula para pemuka agama yang menjungkir balikkan kebenaran agama, ikhlaskan mereka menapaki jalan menuju kuburnya, saya yakin apa yang menjadi pesan lagu “Deen Assalam” kelak akan terwujud ditangan generasi muda yang tercerahkan dan terlindungi dari virus kotor generasi pendahulunya.

Buat sahabat-sahabat saya yang masih mencintai Indonesia, saya mengembalikan marwah UUD 1945 merupakan sebuah keniscayaan untuk menuju Indonesia yang damai dan sejahtera.

Guru berbangsa dan bernegara itu sekarang ada di dalam barisan Nissa dan kawan-kawannya yang masih mencintai Indonesia dengan jiwa tulusnya. Jangan malu belajar pada mereka.

“Kelak akan datang di akhir zaman segolongan manusia, di mana wajah-wajah mereka adalah wajah manusia, namun hati mereka adalah hati setan; seperti serigala-serigala buas, tidak sedikit pun di hati mereka rasa belas kasihan. Mereka gemar menumpahkan darah dan tidak berhenti dari (melakukan) kekejian.

“Apabila kamu mengikuti mereka, maka mereka akan memperdaya kamu. Akan tetapi, apabila kamu menghindari mereka, maka mereka akan mencela kamu. Apabila berbicara dengan mereka, mereka akan membohongi kamu. Dan apabila kamu memeberinya kepercayaan, mereka akan mengkhianatinya.

“Anak kecil mereka jahil, pemuda mereka licik. Sementara yang tua tidak menyuruh berbuat baik dan melarang yang mungkar. Mereka itu senantiasa membanggakan diri dalam kehinaan. Dan meminta apa yang ada pada mereka berarti kesusahan.

“Orang yang santun di tengah mereka adalah sesat, dan orang yang menyuruh kepada perbauatan ma’ruf malah menjadi tertuduh. Orang beriman di kalangan mereka adalah lemah, sedangkan orang fasiq menjadi mulia. Sunnah di tengah mereka adalah bid’ah, sedangkan bid’ah itu sendiri adalah sunnah. Maka ketika itu mereka dikuasai oleh orang-orang paling jahat di antara mereka. Sedangkan orang pilihan apabila ia menyeru, pasti tidak akan dihiraukan”. [Hadith Riwayat Thabrani- Kitab Al-Mu’jam Al-Kabir]

*Ditulis di Surabaya, 10 Juli 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment