Cerita Jemaah Haji Asal Lamongan yang Kakinya Diamputasi

Cerita Jemaah Haji Asal Lamongan yang Kakinya Diamputasi

Supraptiningsih, Wanita 59 tahun ini baru saja menjalani operasi amputasi kaki. Kaki kanan wanita ini diamputasi oleh tim dokter Rumah Sakit Arab Saudi lima belas hari lalu karena penyakit diabetes yang tengah dideritanya. Foto: Humas PPIH Surabaya

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Turun dari bus, Suratmin yang kini bargabung dengan kloter 37 tak langsung masuk ke dalam hall Mina, Kamis (29/8) pukul 16.40 WIB. Pria 79 tahun asal Kabupaten Lamongan ini tetap berdiri di depan pintu masuk gudang Hall Mina.

Ternyata, ia sedang menunggu istrinya yang masih berada di dalam bus 10, bus khusus untuk jemaah haji resiko tinggi.

Tak berselang lama, Supraptiningsih istri Suratmin turun dari bus diangkat oleh petugas untuk dinaikkan ke kursi roda. Dengan sedikit meringis menahan rasa sakit, Supraptiningsih didorong petugas memasuki hall melewati pintu depan hall.

Wanita 59 tahun ini baru saja menjalani operasi amputasi kaki. Kaki kanan wanita ini diamputasi oleh tim dokter Rumah Sakit Arab Saudi lima belas hari lalu karena penyakit diabetes yang tengah dideritanya.

Menurut penuturan Supraptiningsih, tim dokter RSAS menyarankan untuk amputasi karena bila tidak diamputasi akan menjalar ke seluruh tubuh.

“Tanpa pikir panjang, tanpa ada suami dan dokter yang mendampingi di rumah sakit karena tidak diperbolehkan mendampingi di rumah sakit, saya putuskan ya untuk amputasi,” tutur guru SD ini tegar.

Akibat amputasi tersebut, warga Desa Dukoh RT/RW 1 Sukolilo, Sukodadi Lamongan ini harus mengikhlaskan kehilangan kaki kanannya. Setelah melalui beberapa perawatan hingga sekitar 9 hari, kondisi Supraptiningsih mulai lebih baik.

Supraptiningsih dan Suratmin sebelumnya tergabung dalam kloter 79 asal Kabupaten Lamongan yang terbang ke tanah suci pada tanggal 3 Agustus 2019 lalu dan dijadwalkan akan pulang ke tanah air pada tanggal 13 September 2019 depan.

Namun, karena kondisi Supraptiningsih yang membutuhkan perawatan lebih, maka tim TKHI kloter 79 mengajukan tanazul untuk suami istri ini dan bergabung dengan kloter 37 yang datang sore hari ini.

Supraptiningsih bersyukur, ia bersama suaminya masih dapat melakukan seluruh rangkaian rukun haji meskipun belum bisa menjalankan ibadah umrah serta sunah lainnya.

“Yang bikin saya terharu, melihat teman-teman satu rombongan berangkat, saya tidak bisa apa-apa. Makan dibantu, sedikit-sedikit perlu dibantu,” ujarnya sambil terisak.

Sementara Jamal, Sekretaris PPIH Debarkasi Surabaya menuturkan hingga Kamis (29/8) malam, 16.992 jemaah haji dari 38 kloter Debarkasi Surabaya telah pulang ke tanah air.

Dari jumlah tersebut terdapat 181 orang yang mengajukan tanazul dan telah pulang ke daerahnya masing-masing dengan berbagai alasan.

Tanazul, tambahnya adalah mutasi antar kelompok terbang (kloter) untuk kepulangan jemaah haji karena alasan tertentu. Perpindahan jadwal kepulangan bisa maju atau mundur dari jadwal semula tergantung dari kebutuhan dan ketersediaan tempat duduk pesawat kloter yang dituju.

“Yang tanazul hingga kloter 38 ini ada 181 orang dengan beberapa alasan tertentu. Itu tergantung dari kebutuhan dan ketersediaan tempat duduk kosong pesawat kloter yang dituju,” terangnya.

Beberapa alasan jemaah haji melakukan tanazul di antaranya pertama, kondisi jemaah sakit yang mendesak dipulangkan ke Tanah Air. Kedua, jemaah yang terpisah dari keluarganya karena sakit di embarkasi, sehingga tertunda keberangkatannya kemudian di Tanah Suci disatukan dengan kloter.

Ketiga, pada saat jadwal keberangkatan visa belum terbit, kemudian jemaah tersebut diterbangkan dengan kloter berikutnya dan sampai di Arab Saudi dimungkinkan kembali bergabung dengan kloternya.

Keempat, karena urusan kedinasan mengharuskan pulang lebih cepat. Kelima, mengajukan pulang mundur karena mendampingi jemaah sakit yang belum bisa diterbangkan ke Tanah Air.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment