Suaramuslim.net – “Bagaimana ya Kang agar masjid jemaahnya penuh? Bagaimana ya Kang agar taklim yang kami adakan banyak yang hadir? Gimana juga ya Kang, supaya kas infak banyak?”
Pertanyaan itu terus menerus masuk ke admin. Pertanyaannya banyak, tapi serupa. Hanya beda varian teks saja. Intinya sama.
Dari pertanyaan yang hadir, nampak inilah masalah utama banyak masjid yang ada. Dan akar dari masalah ini sebenarnya adalah “komunikasi.”
Iya. Komunikasi. Banyak masjid lemah membangun komunikasi ke jemaah. Mari kita lihat studi kasus berikut.
Jemaah rawatib sebuah masjid berkisar 40 orang. Jika Jumatan 300 orang. Media komunikasi masjid hanya poster di mading masjid, dan juga spanduk di depan masjid. Dan lagi-lagi jemaah yang hadir taklim hanya 20 orang.
Apa yang sebenarnya terjadi? Di dalam istilah bisnis, masjid hanya berkomunikasi pada “existing customer”. Yang melihat poster event dipastikan hanya yang bolak balik shalat fardhu. Jemaah shalat Jumat dipastikan hanya melintas di depan mading. Hal ini membuat kegiatan dakwah hanya terinformasikan ke lingkar 1 jemaah.
Ini baru studi kasus promosi taklim. Kita belum berbicara tentang bagaimana masjid mengkomunikasikan raihan infak, menginformasikan belanja anggaran dan program-program yang lainnya. Pasti lebih berat lagi tantangannya.
Kelemahan cara berkomunikasi ini membuat sebagian DKM merasa telah banyak berbuat, tetapi tidak mendapatkan respon dari jemaah. Ya wajar, karena jemaah tidak mengetahui program masjid.
Grup Whatsapp Satu Arah Jemaah Masjid
Setiap masalah dakwah harus dicarikan solusinya. Itulah tugas dai. Maka kita harus melangkah memberikan solusi. Bukan hanya mengeluh, mengkritik, namun sepi aksi.
Setiap jemaah yang memiliki ponsel pintar bisa mendownload whatsapp (WA). Hampir semua jemaah masjid generasi produktif memiliki WA. Dan setiap DKM bisa membangun grup WA 1 arah dengan mudah. Inilah solusinya: Grup WA 1 arah Jemaah Masjid.
Langkah-Langkah Ekseskusi Grup WhatsApp 1 Arah Jemaah Masjid
Berikut langkah yang harus dilakukan:
1. Siapkan tim dan daya dukungnya.
Jika Anda setuju dengan ide ini, dan ingin menerapkannya pada masjid Anda, maka tentukan dulu siapa yang nanti yang akan mengeksekusi.
Siapkan orang yang siap mengoperasikan grup WA. Memasukkan data jemaah. Mengelola konten. Menyiapkan bahan-bahan media yang ingin disampaikan.
Siapkan juga gadget dan kuotanya. Alangkah baiknya Anda siapkan gadget wakaf. Jadi tidak bercampur dengan kepemilikan pribadi. Khusus milik masjid.
Pada tahapan awal ini, saya mendorong untuk menyiapkan perangkatnya terlebih dahulu. Agar ide dan gagasan ini tidak sekadar gagasan kosong ketika dimusyawarahkan di tingkat DKM.
2. Bangun kebijakan komunikasi yang disepakati.
Bikin peraturan yang rigid tentang grup WA 1 arah untuk jemaah masjid ini.
– Hanya menginformasikan kegiatan masjid.
– Andai ada konten edukasi, hanya dibroadcast maksimal 1x per hari.
– Tidak ada iklan atau sponsor pada grup WA yang ada. Kecuali program dari masjid.
– 1 hari maksimal hanya melakukan 2x broadcast message ke jemaah.
– Tidak memposting informasi dan gagasan politik praktis yang memihak. Menghindari memposting hal-hal yang mengundang selisih pendapat di tubuh jemaah.
– Grup WA bersifat 1 arah. Respon dan pertanyaan dari jemaah dilayani langsung oleh admin.
Peraturan ini harus dibuat agar grup WA 1 arah jemaah masjid mendapat kepercayaan dari jemaah. Sehingga jemaah masjid tidak meninggalkan grup.
3. Lakukan proses komunikasi ke para Senior DKM
Setelah semua konsep, perangkat dan operator siap, lakukanlah proses komunikasi ke jajaran tinggi DKM. Syukur-syukur jika Anda hari ini duduk di jajaran tinggi DKM ya Alhamdulillah. Namun jika Anda anak muda yang “bukan siapa-siapa”, ya Anda harus lakukan proses ini.
Lakukan komunikasi ke jajaran DKM. Tawarkan diri menjadi solusi. Gadget-nya sudah siap, tidak meminta kas masjid. Kuota juga sudah siap, tidak perlu meminta kas masjid. Hingga operatornya pun sudah siap. Jadi langkahnya siap dieksekusi.
Sampaikan urgensi dan manfaat adanya grup WA jemaah masjid 1 arah. Berbagai kegiatan, laporan keuangan, hingga informasi terkait lingkungan dapat dibroadcast secara terpusat dari nomor WA resmi masjid.
4. Lakukan proses perekrutan member grup WA
Setelah proyek grup WA jemaah masjid disetujui, lakukan perekrutan member grup WA jemaah masjid.
– Pastikan setiap jemaah masjid yang shalat rawatib dan shalat Jumat, terdaftar ke grup WA tersebut.
– Sediakan baliho dan spanduk rekrutmen grup WA jemaah masjid di setiap sudut halaman masjid dan perumahan.
Begini contoh copywritingnya:
“Bergabunglah ke Grup WA Jemaah Masjid Baitussalam. Dapatkan tausiyah harian, video inspirasi islami, informasi kegiatan masjid dan konten bermanfaat lainnya. Ketik “Daftar Jemaah Baitussalam” kirim ke 08877665544.”
– Buat brosur registrasi grup WA, letakkan dan distribusikan ke setiap rumah yang menjadi area layanan masjid.
5. Evaluasi
Jika grup WA sudah mencapai jumlah member yang ditargetkan, maka mulailah membangun konten yang bermanfaat untuk jemaah. Pastikan kontennya dibangun dengan baik. Jika perlu bangunlah divisi multimedia di masjid tersebut. Agar jemaah juga dapat dikelola lewat konten dakwah multimedia.
Pastikan juga operator grup WA masjid bekerja secara fokus. Sehingga dapat melayani jemaah dengan baik.
Semoga ajakan ini bermanfaat. Jika 1 juta masjid di Indonesia, serius membangun grup WA khusus untuk jemaah masjidnya. Bisa jadi kelak akan ada 1 juta grup WA jemaah masjid yang masing-masing membernya 200 jemaah kaum muslimin. Total cakupan komunikasi antar masjid berarti 200 juta jemaah kaum muslimin.
Semoga kita semua sadar akan pentingnya hal ini. Ayo segera bikin grup WA untuk kelola jemaah masjidnya masing-masing.
Makin banyak kegiatan yang terinformasikan.
Makin tinggi tingkat kepercayaan jemaah.
Makin makmur masjidnya.
Makin mudah masjid menjalankan berbagai program, termasuk masalah infak. Tinggal transfer, dan konfirmasi via WA.
Selamat bekerja. Semoga Allah memberkahi langkah kita. Bismillah.
Penulis: Rendy Saputra*
*Ketua Jejaring Masjid Titik Cahaya
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net