Suaramuslim.net – Orang-orang yang membenci Islam, selama ini mencoba mengopinikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebarkan Islam dengan pedang. Opini itu sangat mudah dibantah. Hadist-hadist yang ada justru banyak memberi informasi bahwa Nabi adalah orang yang lembut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya lemah lembut tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan memperkeruhnya.” (HR. Abu Dawud, sanad: shahih).
Dilansir dari rumaysho.com, hadits ini menjelaskan bahwa kelembutan akan menjadi penghias bagi sesuatu, sedangkan hilangnya kelembutan membuat suatu perkara menjadi tidak lagi indah. Di antara perkara yang membutuhkan kelembuatan adalah dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh terbaik dalam berdakwah, beliaulah manusia yang memiliki kelembutan kepada setiap orang yang didakwahinya.
Islam ibarat mutiara dan kelembutan adalah bak bungkusnya. Ketika bungkusnya tak lagi indah dan kotor, maka jangan pernah berharap manusia mau membukanya. Membuka saja tidak, apalagi menerima mutiara yang ada di dalamnya. Seseorang ketika berdakwah hendaknya memperhatikan akhlak yang mulia ini, janganlah ia sampai gegabah dan bertindak kasar dalam dakwahnya. Karena bertindak kasar dalam berdakwah, sama sekali tidak pernah dilakukan Nabi. Allah ta’ala telah menjelaskan metode dasar dakwah yang salah satu diantaranya adalah dengan hikmah.
Senada dengan penjelasan diatas, Allah ta’ala berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 125).
Belajar dari Kelembutan Rasulullah
Banyak hal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat menjadi contoh bagaimana lembutnya beliau dalam berdakwah. Di antaranya adalah kisah seorang Arab Badui, yang datang dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Bahwa Abu Hurairah berkata, “Seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka, “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan se-ember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan” (HR. Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap membiarkan Arab Badui tersebut menyelesaikan hajatnya, kemudian barulah beliau menyuruh para sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk membersihkan bekas air kencingnya. Kelembutan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini bukan tanpa alasan, jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan orang-orang mengusirnya maka bisa jadi air kencing akan lebih banyak menyebar di lantai masjid dan Nabi memberikan uzur kepada Arab Badui tadi dikarenakan ketidaktahuannya. Selain itu, agama ini datang dengan berbagai kemudahan bukan kesulitan.
Contoh lain dari sikap lembutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai kedudukannya. Sebuah kisah tentang Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam yang setiap hari menyuapi makan seorang pengemis yahudi yang selalu memaki dan menghina beliau. Rasulullah menyuapi makan si pengemis yahudi tersebut dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, beliau melakukannya sampai tiba wafatnya.
Usai wafatnya manusia yang paling mulia tersebut, Abu Bakar sahabatnya, mencoba menggantikan kebiasaan yang dilakukan olehnya. Namun, pengemis yahudi tersebut menyadari bahwa tangan yang menyuapinya hari itu bukanlah tangan yang biasa menyuapinya. Ia menolak suapan Abu Bakar saat itu dan bertanya siapa dia, dan kemana orang yang biasa menyuapinya itu. Abu Bakar menjelaskan bahwa orang yang menyuapinya adalah Rasulullah yang selalu ia caci maki. Pengemis yahudi tersebut menangis lalu meminta Abu Bakar untuk menuntunya bersyahadat dan ia pun memeluk Islam sepeninggal Rasulullah shalallahi alaihi wa salllam.
Dua contoh di atas telah menjadi bukti bahwa kesuksesan dakwah dapat diperoleh dengan kelemah lembutan kepada objek dakwah. Kelembutan tidak akan menimbulkan permusuhan antara yang mendakwahkan dan yang didakwahkan. Permusuhan antara seseorang dengan musuhnya, akan berakibat orang tersebut tidak mau mengikuti kebenaran seperti musuhnya. Manusia apabila berselisih, maka dia akan selalu merasa berada di pihak yang benar dan lawannya berada di pihak yang salah. Padahal tidak mustahil bahwa di samping ada kesalahan pada musuhnya dia juga memiliki kebenaran.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah mengatakan, “Zaman ini adalah zaman lemah lembut, kesabaran dan hikmah, bukan masanya kekerasan, sebab kebanyakan manusia berada dalam kebodohan, dalam kelalaian, lebih banyak mengedepankan urusan dunia, maka diharuskan untuk banyak bersabar dan lemah lembut sehingga dakwah bisa tersebar dan sampai kepada manusia dan mereka menjadi mengerti, mudah-mudahan Allah memberikan hidayah-Nya kepada semua.”
Tak diragukan lagi bahwa kelembutan menjadikan dakwah Islam lebih mudah diterima. Ketika kelembutan telah menghiasi dakwah, maka dakwah Islam akan memberikan pengaruh pada hati-hati kaum muslimin dan menghasilkan perubahan yang besar di masyarakat. Kelembutan tampak begitu remeh, namun pengaruhnya begitu besar.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir