Meminta Kekuasaan adalah Perintah Allah

Meminta Kekuasaan adalah Perintah Allah

Meminta Kekuasaan adalah Perintah Allah

Suaramuslim.net – Alhamdulllah, kini adalah saat yang sangat tepat bagi para intelektual Islam seperti warga KAHMI-HMI-ICMI dan semacamnya, berlomba berjuang untuk merebut kepemimpinan di masyarakat plural. Hal ini untuk mendatangkan kebaikan masyarakat melalui kebijakan-kebijakan yang syar’i, bukan untuk kepentingan personalnya.

Tidak cukup jika sekadar mengajar beritual dan beramal sosial, namun dengan kecerdasan dan intelektualitas yang dimiliki atau bahkan kemampuan finansial, harus masuk beraktifitas Islam politik, membesarkan partai Islam bukan jadi anggota dan membesarkan partai sekuler, mengajukan-memenangkan figur mukmin jadi pemimpin formal negeri.

Tidak layak intelektual muslim beraktifitas sebatas utak-atik siapa calon eksekutif atau legislatif yang akan menang berlomba dalam pemilu. Sebatas menjadi “pengamat politik”, apalagi jika ujungnya mau titip badan pada siapapun yang berkuasa.

Silakan disimak firman Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al Quran beserta penjelasan tafsirnya berikut ini.

Memohon Kekuasaan

Di saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah beliau berdoa kepada Allah atas perintah Allah:

رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

“Ya Rabb masukanlah aku ke tempat masuk yang benar/baik (Madinah) dan keluarkan aku dari tempat keluar yang benar/baik (Makkah). Dan jadikankah bagiku dari sisi-Mu, kekuasaan yang selalu menolong”. (Surat Al-Isra’ 80)

Ketika menjelaskan makna sulthonan nashiro, Imam Ibnu Katsir menyatakan:

وقال قتادة فيها: إن نبي الله صلى الله عليه وسلم علم أن لا طاقة له بهذا الأمر إلا بسلطان فسأل سلطانا نصيرا لكتاب الله ولحدود الله ولفرائض الله ولإقامة دين الله فإن السلطان رحمة من الله جعله بين أظهر عباده ولولا ذلك لأغار بعضهم على بعض فأكل شديدهم ضعيفهم

Qatadah berkata tentang ayat ini: “Sungguh Nabi Allah mengetahui bahwa tidak ada kekuatan baginya untuk menjalankan urusan ini (agama) kecuali dengan kekuasaan. Maka beliau meminta kepada Allah kekuasaan yang menjadi penolong bagi kitab Allah, bagi hukum-hukum Allah, bagi kefardhuan Allah dan untuk menegakkan agama Allah. Karena sesungguhnya kekuasan itu adalah rahmat dari Allah yang Allah tetapkan di antara hamba-hamba Nya. Andaikata tidak ada kekuasan maka sebagian manusia akan menyerang sebagian yang lain. Akibatnya yang kuat akan memakan yang lemah”.

Memohon kekuasaan adalah perintah Allah. Tidak semata-mata Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta kekuasaan kalau kekuasaan itu tidak penting. Kekuasaan harus diminta karena kekuasaan itu penting untuk menjaga agama, untuk menjalankan perintah Allah.

Benarlah kata para ulama:

الدين بالملك يقوى والملك بالدين يبقى

“Agama dengan kekuasaan akan kuat. Kekuasaan dengan agama akan langgeng”.

Ayo berlomba menjadi pemimpin di tempat dan lingkup masing-masing supaya kepemimpinan formal di masyarakat plural tidak diambil kafirin, munafiqin, zholimin.

Oleh: Fuad Amsyari, Ph.D
Dewan Kehormatan ICMI Pusat

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment