Suaramuslim.net – Tahukah anda bahwa Al Quran pada zaman dahulu tidak seperti sekarang? Di masa Rasulullah tidak ada yang dibukukan termasuk Al Quran, dulunya Al Quran hanya dihafalkan, tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan atau suhuf.
Dalam tahap awal pengumpulan Al Quran para sahabat tidak pernah pernah menuliskan ayat-ayat Al Quran, namun ingatan mereka sangat kuat dalam hal menghafal. Hampir seluruh sahabat Nabi hafal Al Quran. Mereka menggunakan metode menghafal karena hanya sedikit yang bisa membaca dan menulis.
Jika ada yang bisa membaca dan menulis dan mereka mendengar satu ayat dilantunkan, mereka akan langsung menulisnya di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan batu, atau tulang belikat unta.
Kemudian, pada tahap berikutnya, di zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. banyak perapal Al-Quran atau yang disebut Al Qurra terbunuh saat perang Yamanah. Maka dengan inisiatifnya beliau mengumpulkan ayat ayat Al Quran yang sudah ditulis dalam media apapun agar tidak hilang.
Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa, Umar bin Khattab mengemukakan pandangannya tentang pengumpulan ayat Al Quran yang sudah tertuliskan kepada Abu Bakar. Namun, Abu Bakar enggan melakukannya karena takut dosa, hingga Umar terus menerus menyampaikannya dan akhirnya Allah membukakan pintu hati Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat Al Quran yang sudah tertulis.
Lalu, dia memanggil Zaid Ibn Tsabit dan berkata, ”Sesungguhnya engkau adalah seseorang yang masih muda dan berakal cemerlang. Kami tidak meragukanmu, engkau dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah saw. Maka, sekarang carilah Al Quran dan kumpulkanlah”.
Maka Zaid berkata, ”Maka akupun mencari dan mengumpulkan Al Quran dari pelepah kurma, permukaan batu, hingga hafalan orang-orang”. Suhuf yang dikumpulkan tersebut akhirnya berada di tangan Abu Bakar hingga akhir hayatnya, dan terus disimpan pada masa kekhalifahan Umar dan berada di tangan Hafsah.
Semua orang waktu itu sepakat akan keputusan Abu Bakar, hingga Ali bin Abi Thalib berkata, ”Orang yang paling besar pahalanya pada mushaf Al Quran adalah Abu Bakar, semoga Allah merahmati Abu Bakar karena dia yang pertama mengumpulkan Kitab Al Quran”.
Dari Shahih Bukhari tersebut sudah cukup jelas perjalanan pengumpulan suhuf, mushaf Al-Quran hingga akhir masa kekhalifan Umar. Di tahap pengumpulan Al Quran berikutnya masuk ke masa kekhalifahan Utsman bin Affan.
Pada zaman Utsman bin Affan, orang-orang membaca Al Quran dengan dialek yang berbeda-beda. Utsman menyadari hal tersebut dan berusaha mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu agar tidak berbeda bacaan satu dengan lainnya.
Dalam Shahih Bukhari lagi dijelaskan Hudzaifah Ibnu Yaman datang menghadap Utsman dari perang pembebasan Armenia dan Azerbaijan. Karena dialek membaca Al Quran yang berbeda, dia berkata, ”Wahai Amirul Mukminin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka terpecah belah oleh Kitab Allah. Seperti perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani”.
Lalu, Utsman mengutus Hafsah untuk mengirimkan mushaf yang dipegangnya agar diganti dengan mushaf-mushaf yang dipegang Utsman kala itu. Dan Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Az-Zubair, Sa’id bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk menulis kembali dan memperbanyak mushaf-mushaf Al Quran yang sudah dikumpulkan oleh Utsman.
Utsman meminta mereka untuk menuliskannya kembali dalam dialek Quraisy karena Al Quran diturunkan dengan dialek Quraisy. Setelah ditulis ulang dan diperbanyak dalam dialek Quraisy. Utsman mengembalikan mushaf tersebut kepada Hafsah dan seluruh penjuru negeri. Dan beliau meminta agar seluruh mushaf yang ada kala itu selain yang sudah ditulis kembali oleh Utsman harus dibakar.
Hal ini tak jauh setelah dia meminta pendapat kepada sahabat lainnya dan diriwayatkan dalam Abu Dawud dari Ali ra. mengatakan, ”Demi Allah tidaklah seseorang melakukan apa yang dilakukan kepada mushaf Al Qur’n selain harus meminta pendapat kami semuanya”. Dan Utsman mengatakan, ”Aku berpendapat sebaiknya manusia dikumpulkan hanya dalam satu mushaf saja sehingga tidak ada perpecahan”. Dan para sahabat menjawab, ”Alangkah baiknya pendapatmu itu”.
Perbedaan pengumpulan pada zaman kekhalifahan Abu Bakar dan Utsman adalah pada tujuan masing-masing dimana saat masa Abu Bakar, mereka mengumpulkan dan menuliskan Al Quran agar tidak tercecer tanpa memperhatikan pengaruh dialek pada persatuan muslimin kala itu. Sedangkan, di zaman Utsman bin Affan lebih menekankan kepada penulisan ulang mushaf menjadi satu dialek agar memperkuat persatuan muslimin.
Hasil yang didapatkan yaitu kemaslahatan di tengah-tengah kaum muslimin, persatuan, kesatuan, kasih sayang, cinta kasih, musyawarah bersama. Al Quran tetap seperti itu sampai saat ini. Tidak berubah isinya dan tidak dikotori oleh para perusak dan dinodai oleh hawa nafsu.
Kontributor: Ilham Prahardani
Editor: Oki Aryono