Suaramuslim.net – Siapa yang tak mengenal sosok KH. Abdurrahman Wachid atau yang kerap disapa Gus Dur? Sepak terjangnya tentu sudah sangat renyah terdengar di telinga bangsa Indonesia. Namun, sudahkah mengambil teladan yang ada dalam dirinya? Sifat apa saja yang bisa diteladani dari seorang Gus Dur? Simak paparan berikut ini.
Gus Dur, nama presiden Ri ke-4 itu, sangat melekat dalam hati dan lisan seluruh warga Indonesia, baik dari kalangan muslim maupun non-muslim. Gus Dur lahir pada 7 September 1940. Ia lahir dari keluarga terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur. Kakeknya adalah KH. Hasyim Asy’ari, seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan pahlawan nasional.
Sebutan Gus Dur lebih populer Abdurrahman Wahid, apalagi nama aslinya, Abdurrahman Addakhil, pastinya sangat minim sekali yang tahu. Addakhil ini diambil dari nama seorang pejuang Islam di zaman Bani Umaiyah yang berhasil menaklukkan Spanyol dalam rangka mengembangkan agama Islam. Secara harfiah, Addakhil berarti “Sang Penakluk”. Namun, rupanya kata ini tidak cukup dikenal hingga ia kemudian menggantinya dengan “Wahid” yang mengambil nama belakang sang ayah. Sejak itulah nama Abdurrahman Wahid melekat padanya. Kemudian, pada perkembangannya ia justru dikenal dengan panggilan Gus Dur.
Kepemimpinannya Mampu Mengayomi Masyarakat
Gus Dur adalah sosok pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat. Dalam hal ini Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, salah satu sisi kepemimpinan Gus Dur yang menjadi warisan bagi bangsa Indonesia sampai sekarang adalah kemampuannya di dalam mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Gus Dur hadir mampu melihat hubungan manusia dan bangsa ini secara utuh.
“Gus Dur tidak meningalkan warisan kebendaan yang banyak. Bahkan dia termasuk sosok presiden yang hidupnya paling sederhana. Saya lihat sendiri kalau dia punya sesuatu pasti langsung dibagi-bagikan kepada yang lain. Beliau betul-betul bisa melaknsakan Islam sebagi penegak ke Indonesiaan dan Islam sebagai rahmatan ll’alamin,” ujar Luhut pada republika.co.id Maret lalu.
Meneladani Pemikiran Gus Dur
Gus Dur adalah seorang yang memberi ruang sangat luas dalam pikirannya untuk terbangunnya sebuah ideologi. Ali Masykur Musa, Ketua Umum PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) periode 2012–2017 memberikan sebuah gembaran secara global tentang pemikiran Gus Dur. Masykur Musa menjelaskan bahwa Agama bagi Gus Dur bukanlah hanya doktrin yang kaku dan mati.
Agama, sebagai hak fitrah yang melekat pada setiap manusia, merupakan hidayah dari Allah ta’ala yang berperan penting dalam pembentukan pola pikir, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, nilai keberagamaan seseorang tidak dinilai dari atribut-atribut keagamaan yang dikenakannya, tapi pada perilaku kesehariannya.
Pemikiran Gus Dur di atas, dapat dipahami bahwa dalam menjalankan agama seseorang tidak dianjurkan untuk lebih menitikberatkan pada aspek lahiriyahnya saja, namun substansi dari nilai-nilai ajaran Islam itulah yang perlu ditekankan.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Gus Dur selalu menghimbau kepada seluruh warga negara untuk tetap merujuk kepada Pancasila dan konstitusi bukan pada teks kitab suci. Dorongan yang selalu dikerahkan Gus Dur ini berlaku untuk semua agama di Indonesia, tak terkecuali umat Islam.
Senada dengan Masykur Musa, Ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan banyak hal yang bisa dijadikan teladan kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Salah satu di antaranya adalah menjadikan ajaran tauhid (agama) sebagai laku politik,
“Ada beberapa ciri kepemimpinan Gus Dur. Hal itu adalalah berlandaskan tauhid (ketuhanan), kerakyatan, dan kemanusian. Dalam hal ini jelas Gus dur tidak memisahkan agama dengan politik. Agama malah menjadi rambu sekaligus pemandu langkah politik,’’ kata Muhaimin dalam acara diskusi ‘Sekolah Kepemimpinan Gus Dur’ di Kantor DPP PKB, Jakarta pada republika.co.id.
Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir