Demi masa sesungguhnya manusia itu selalu rugi

Demi masa sesungguhnya manusia itu selalu rugi

Artikel ini disarikan dari program Motivasi Al-Qur'an yang mengudara setiap Kamis 05.00-06.00 WIB di Suara Muslim Radio Network.

Suaramuslim.net – Inilah Surat Makkiyah yang pendek namun dahsyat dan semua orang muslim yang awam sekalipun hafal, bahkan dijadikan pula nasyid sehingga menjadi populer.

Ini Surat Al Ashr. Surat yang hanya terdiri dari 3 ayat, namun dahsyat maknanya bagi kehidupan manusia.

Allah berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-Ashr: 1-3).

Begitu dahsyat surat ini sehingga sahabat sahabat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam ketika mereka bertemu tidak akan berpisah kecuali setelah membaca surat ini dan baru mengucapkan salam. (Tafsir Al Munir, Dr. Wahbah Az Zuhaili).

Dari kitab yang sama pula, menukil pernyataan Imam Asy-Syafii yang mengomentari kedahsyatan spirit dan motivasi surat ini.

لو تدبر الناس هذه السورة لوسعتهم

“Andai manusia ini mentadabburi (spirit dan motivasi) surat ini, maka sudah cukup bagi mereka (untuk memahami kehidupan ini tanpa harus turun semua ayat Al-Qur’an).”

So… Inilah surat yang hebat dan amazing. Surat yang terletak setelah Surat At Takatsur, seolah Allah ingin mengingatkan kepada hamba-Nya bahwa sibuk dengan urusan dunia hingga lalai dalam urusan akhirat akan membuatnya menjadi rugi.

Surat ini mengingatkan kepada manusia agar selalu sibuk dengan hal yang positif supaya dapat mengantarkannya kepada kehidupan yang beruntung di dunia dan akhirat.

Apa arti Al-Ashr?

Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan Al Ashr adalah waktu, namun mereka berbeda pendapat tentang waktu yang dimaksud.

1. Ada yang berpendapat itu adalah masa manusia menjalani kehidupan di dunia ini.

Dalam masa ini manusia akan mengalami masa senang dan susah, sehat dan sakit, kaya dan miskin serta mulia dan hina. Inilah masa semua manusia pasti mengalaminya. Inilah masa atau waktu yang begitu penuh keajaiban. Masa-masa ini terhimpun dalam gerakan detik, jam, hari, pekan, bulan dan tahun.

2. Ada pula yang mengartikan Al Ashr itu adalah waktu Ashr (sore hingga Maghrib).

3. Ada pula yang mengartikan masa kehadiran Nabi Muhammad dalam pentas kehidupan ini.

So, secara bahasa Al Ashr itu terambil dari kata عصر (ashara) yang berati menekan atau memeras sesuatu sehingga yang di dalamnya itu akan keluar. Karena itu jus buah biasa disebut dengan Ashiir (عصير).

Penamaan ini agaknya disebabkan karena ketika manusia yang sejak pagi telah memeras tenaganya diharapkan telah mendapatkan hasil usahanya (di waktu ashar/senja).

Al Ashr itu dibuat sumpah oleh Allah untuk menunjukkan bahwa ashr itu sesuatu yang dahsyat.

Allah sering bersumpah dengan waktu, bahkan semua periodik waktu digunakan Allah untuk bersumpah.

  1. Sebelum subuh atau waktu fajar (Al-Fajr: 1-2)
  2. Waktu subuh (At Takwir: 18)
  3. Waktu dhuha (Adh Dhuha: 1)
  4. Waktu siang (Asy Syams: 3)
  5. Waktu Ashr (Al Ashr: 1)
  6. Waktu malam (Asy Syams: 4)

Hikmah Allah banyak bersumpah dengan waktu

1. Seolah Allah mengingatkan kita hidup ini selalu bertemu dengan waktu, maka atur waktu itu dengan baik jangan engkau yang diaturnya sehingga berkata “aku tak punya waktu.”

2. Allah mengingatkan bahwa Anda kehilangan harta maka itu bisa dicari di waktu lainnya tapi kalau Anda kehilangan waktu itu sendiri, maka hendak ke mana engkau cari karena waktu kemarin tidak bisa diulang untuk esok hari.

Kata Sayidina Ali;

“Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari itu diperoleh esok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat diharapkan kembali esok” (Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. Quraish Shihab).

3. Waktu itu terus berputar, hingga saat waktu itu menjadi penghabisan bagi manusia, itulah ajal.

Perhatikanlah dialog Imam Al Ghazali dengan santri-santrinya;

Imam Ghazali, “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”

Santri-santrinya yang menjawab, “Bulan, matahari, bintang-bintang.”

Imam Ghazali, “Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah masa lalu. Bagaimana pun kita, apa pun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.”

Nah, perhatikan nasihat Imam Al Ghazali tersebut, coba renungkan surat Al Ashr di atas, betapa pentingnya memperhatikan waktu.

Surat Al Ashr mengingatkan kepada manusia bahwa kalau tidak dapat menggunakan waktunya dengan baik sungguh ia berada dalam kerugian yang nyata. Rugi di dunia, juga akan rugi di akhirat.

Supaya tidak merugi maka Allah memberikan empat kunci kesuksesan

1. Beriman kepada Allah

Iman ini menjadi dasar dari sukses tidaknya seseorang dalam kehidupan ini.

Iman itu pembenaran yang pasti di hati atas rukun iman yang enam itu. Seseorang tidak dapat mencapai iman yang benar kecuali berdasarkan dalil (ilmu & atau akal) karena itu keimanan tidak lahir dari wijdan (perasaan semata) tapi lahir dari akal sehat yang dituntun wahyu. Karena itu pula iman tidak boleh taklid atau noro bunte’.

Sungguh rugi jika manusia itu tidak beriman dengan benar kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. Amal saleh

Sholihat itu dari kata sholuha yang memiliki arti antonim dari fasada (kerusakan) juga diartikan bermanfaat dan sesuai.

Karena itu amal yang saleh adalah amal yang bermanfaat dan sesuai dengan tuntunan syariat serta menghasilkan terhentinya kerusakan di bumi ini.

Unsur kesalehan dalam amal sehingga benar saleh dan sempurna jika ikhlas dalam beramal, ittiba’ (ikut) sunnah, istiqamah.

Coba renungi hadis di bawah ini, agar amalan kita benar-benar bertabur kesalehan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya ke mana dihabiskannya, ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tubuhnya untuk apa digunakannya.” (Riwayat At Tirmidzi).

3. Saling menasihati dalam kebenaran (al haq)

Al haq dapat diartikan secara umum adalah kebenaran. Yaitu kebenaran akan nilai-nilai agama. Nilai agama itu tidak mungkin diketahui kecuali melalui ilmu, dan ilmu itu tidak dapat diperoleh keculai melalu sang alim yaitu guru.

Maka untuk menjadi sukses dalam kehidupan di dunia dan akhirat sudah pasti saling mengajak untuk belajar tentang nilai-nilai agama kepada orang yang alim dalam masalah itu.

4. Saling menasihati untuk selalu bersabar

Kata صبر/shobar, bisa bermakna:

  1. Shobar artinya menahan
  2. Shubr yang berarti puncak
  3. Shubroh yang berarti batu yang keras

Kalimat shobr di dalam Al-Qur’an menurut Imam Al Ghazali terdapat hingga 70 lebih, yang semua ditujukan kepada manusia.

Dari arti bahasa sabar di atas maka manusia akan mengalami kesabaran dengan tingkat level yang berbeda.

  1. Sabar dengan level standar yaitu sabar ngempet atau nahan.
  2. Sabar dengan level yang medium yaitu sabar nerimo atau ridho dengan keputusan atau takdir yang telah terjadi dengan tetap berusaha secara maksimal.
  3. Sabar dengan level excellent yaitu dengan melihat segala musibah dalam kacamata hikmah yang positif sehingga sampai pada derajat mensyukurinya. Inilah sabarnya para Nabi, Syuhada dan Shiddiqun karena mereka sudah yakin bahwa yang buruk belum tentu buruk baginya.

 

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216).

Inilah kesabaran dengan berbagai tingkatan yang harus dinasihatkan kepada diri kita dan orang lain.

Terkadang kita meremehkan saling menasihati yang berkaitan dengan sabar. Buktinya ketika kita menasihati orang dengan kata tersebut, sering kali dijawab dengan cibiran, “Enak aja kamu, hanya bisa berkata sing sabar ya..!”

Padahal menasihati dalam kesabaran itu perintah Allah.

Jadi, benar adanya sebagaimana ungkapan Imam Asy Syafi’i kalau kita tadabburi surat Al Ashr itu maka sudah cukup menjadi bekal supaya sukses dan tidak merugi di dunia ini dan akhirat kelak. Wallahu a’lam.

M Junaidi Sahal
25 Agustus 2022/27 Muharram 1444
Motivasi Al-Qur’an Suara Muslim Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment