Suaramuslim.net – Terdapat banyak julukan untuk buku, mulai dari jendela dunia/cakrawala, sumber/gudang ilmu, sahabat terbaik, dan lain sebangsanya. Setiap halamannya menyiratkan tulisan yang mengandung ilmu pengetahuan. Tetapi, mungkinkah buku-buku yang sudah kita beli, membacanya kemudian kita pajang di rak rumah kita akan tergantikan oleh ebook?
Membaca buku merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia yang membutuhkan pencerahan, ide, wawasan, memperluas khazanah keilmuan, atau hanya sekadar mengisi waktu luang agar tidak terbuang sia-sia.
Bagi sebagian orang, aktivitas membaca layaknya kebutuhan sandang dan pangan. Sangat penting dan mendesak. Kita tak dapat memungkiri bahwa, membaca buku sebanyak-banyaknya dapat memperluas pengetahuan dan mendatangkan banyak pembelajaran baru dalam hidup kita, serta menambah kosa kata dan kemampuan membaca.
Namun dewasa ini, kemajuan buku sangat cepat. Bila dulu kita masih mengandalkan buku cetak sebagai bahan bacaaan, maka saat ini sudah mulai marak dengan hadirnya buku elektronik atau ebook. Kehadiran ebook membuat kita semakin praktis dan memudahkan kita dalam membaca buku. Kita tak lagi direpotkan oleh beratnya buku serta ruang yang semakin terbatas oleh buku-buku yang kita bawa. Oleh karenanya, ebook menjadi jawaban atas persoalan ini.
Dalam sejarahnya, digitalisasi buku dalam bentuk ebook mulai berkembang berkat temuan internet. Kehadirannya hampir bersamaan. Ketika internet merebak pada awal tahun 1970-an, digitalisasi buku dilakukan pertama kali pada tahun 1981, dengan mendigitalkan buku-buku klasik yang sudah menjadi milik masyarakat. Proyek Gutenberg pada tahun 1971 itu menjadi cikal bakal buku eletronik.
Lalu bagaimana nasib buku-buku atas buku elektronik yang telah menjamur di masa kini serta posisinya di masa depan kelak? Dan mungkinkah industri penerbitan akan gulung tikar, atau beralih menjadi industri ebook?
Jika dilihat dari segi efektivitas dalam penyerapan ilmu atau informasi, serta kuatnya daya ingat atas aksara yang kita cerna, sampai kapan pun, buku merupakan benda pilih tanding yang tak bisa tergantikan keberadaannya. Berikut kelebihan buku dibandingkan dengan ebook.
1. Awet dan Tahan Lama
Sebagai alat untuk membaca, buku tetap memiliki keuntungan yang menarik dibandingkan ebook. Bagaimana tidak, kita dapat membawanya ke pantai tanpa khawatir pasir masuk dan merusak karya di dalamnya. Kita dapat membawanya ke tempat tidur, tanpa khawatir jika menjatuhkannya ke lantai ketika kita mulai mengantuk. Lebih-lebih kita tak perlu khawatir untuk men-charge energi buku, atau mendapati energinya habis.
Lain cerita jika kita membiarkannya sampai berdebu, lembab, dan akhirnya menjadi santapan rayap.
2. Lebih Fleksibel
Dua orang jurnalis senior asal New York Times menyatakan bahwa, “Buku elektronik telah mulai mengambil alih.” Ya, pernyataan ini memang benar adanya, buku elektronik seolah-olah telah menguasai pangsa pasar. Didukung lagi dengan data Amazon.com yang menyatakan bahwa penjualan buku eletronik telah meningkat pesat dibandingkan dengan penjualan buku fisik.
Versi buku elektronik mencatat angka 35% dari penjualan total, meningkat tajam dibanding kurang dari 10% setahun sebelumnya. Didukung lagi dengan para pembaca digital yang terus meningkat pesat selama beberapa tahun belakangan ini.
Di zaman yang semakin modern ini, dengan segala kemajuan di berbagai bidang, termasuk industri, mungkin dari kita telah mengenali pembaca digital yang begitu populer di dunia barat, peranti itu bernama Kindle dari Amazon, diperkenalkan dengan gegap gempita pada 2007. Juga Vizplex. Kedua peranti ini kurang lebih memiliki kesamaan fungsi dan fitur.
Yaitu, memperjelas teks digital hingga hampir mirip dengan buku fisik, tak lagi memerlukan lampu latar, menandai teks, menambahkan penanda dalam buku, memindai blog, mengunduh buku yang kita beli, hingga menuliskan catatan pinggir.
Cukup menarik.
Tetapi dibalik itu semua, apakah ebook dapat menjamin kenyamanan terhadap seluruh penggunanya? Saya kira tidak sepenuhnya.
Pada buku fisik, kita dapat membaca berjam-jam sesuai dengan keinginan kita tanpa takut mata lelah, melakukan navigasi lebih sederhana, lebih intuitif, kita dapat membalik halaman nyata lebih cepat dan fleksibel dibandingkan halaman virtual, meminjamkan atau menghibahkannya pada yang lebih membutuhkan jika sudah habis terbaca, dan bahkan kita bisa meminta tanda tangan penulis untuk menandatangani halaman judulnya.
3. Tak Akan Tergerus Oleh Zaman dan Tak Lapuk Dimakan Waktu
Zaman semakin modern dan berkembang, industri telah berevolusi semakin canggih, menuntut masyarakat bergerak lebih taktis dan efisien, simplifikasi atas kebutuhan akan ilmu dan informasi menjadi kebutuhan yang mutlak diperlukan.
Oleh karenanya, digitalisasi buku di masa depan akan menjadi keniscayaan. Mau tidak mau, kita harus siap sedia untuk menghadapinya.
Buku-buku, yang tersimpan rapi di rak-rak perpustakaan rumah kita, tak akan pernah lapuk dimakan waktu, pun tak akan tergerus oleh zaman. Hal ini dibuktikan dengan abadinya buku yang berjudul “1001 Invention. Muslim Heritage in Our World”. Yang mengisahkan tentang betapa para ilmuwan muslim memiliki semangat, inovasi, dan kreativitas dalam menciptakan sebuah maha karya, semata-mata untuk kemajuan peradaban di muka bumi ini.
Perihal kesimpulan pada tulisan ini, sengaja saya tidak memberikannya. Sebab, pada titik tertentu, sebuah tulisan tidak memerlukan sebuah konklusi sebagai penutupnya. Jadi, sila berkonklusi atas tulisan ini.*
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net