Didin Hafidhuddin: Masjid, Kampus dan Pesantren Harus Melahirkan Pemimpin Luar Biasa

Didin Hafidhuddin: Masjid, Kampus dan Pesantren Harus Melahirkan Pemimpin Luar Biasa

Didin Hafidhuddin: Masjid, Kampus dan Pesantren Harus Melahirkan Pemimpin Luar Biasa
Mantan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof KH Didin Hafidudin dalam ceramahnya di Reuni Alumni 212 di Lapangan Monumen Nasional pada Sabtu (2/12)

YOGYAKARTA (Suaramuslim.net) – Persoalan kepemimpinan bangsa dibahas dalam simposium nasional dengan tema “Optimalisasi Tiga Pilar Dakwah (Masjid, Pesantren dan Kampus) Guna Memperkokoh NKRI Menuju Indonesia Maju yang Diridhoi oleh Allah SWT.”

Simposium ini merupakan acara dari Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) yang mengumpulkan para pakar dakwah dan dilaksanakan bekerja sama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) pada tanggal 6 Januari 2020 di Auditorium Kahar Muzakkir, Kampus UII Yogyakarta.

Cendekiawan muslim Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc yang hadir sebagai pembicara dalam simposium menjelaskan bahwa sinergi masjid, pesantren dan kampus harus dioptimalkan untuk melahirkan pemimpin bangsa yang amanah, jujur dan berpihak pada umat.

“Kita merasakan salah satu persoalan umat saat ini yaitu persoalan kepemimpinan. Persoalan leader-leader yang bermoral, yang berpihak kepada umat, yang jujur, yang amanah. Dulu Indonesia terkenal dengan para pemimpin yang luar biasa, yang membangun bangsa dan negara ini di tengah-tengah percaturan dunia internasional tapi dengan watak yang luar biasa,” ujarnya kepada Suaramuslim.net saat ditemui di sela acara.

Didin melanjutkan, ternyata setelah dilihat, setelah dipelajari, pemimpin itu dimunculkan dari pondok pesantren, dari kampus-kampus Islam, dan dari masjid-masjid. Jadi basis kepemimpinannya itu.

“Makanya di samping persoalan-persoalan keumatan yang lain, persoalan kepemimpinan juga sangat penting yang harus kita munculkan untuk ketiga pilar ini. Tetapi ketiga pilar ini tidak lagi seperti dulu. Pesantren hanya pesantren, kampus hanya kampus, masjid hanyalah sekadar masjid, harus dicoba disinergikan lagi,” jelas Ketua Umum Badan Kerja Sama Pondok Pesantren se-Indonesia ini.

Sinergi ada dua macam, sinergi secara fisik, misalnya di kampus ada masjid ada pesantren. Ada juga sinergi secara nilai. Misalnya nilai-nilai di masjid seperti kejujuran, keikhlasan, jamaah. Itu semua direpresentasikan di kampus sehingga lahirlah pemimpin-pemimpin yang mempunyai wawasan kedepan, kemudian yang mempunyai moral, yang mencintai umat, saya kira itu tujuannya.

Untuk menuju itu, Didin menyebut umat Islam harus melakukan kaderisasi berkelanjutan dan mengambil dari ketiga pilar ini; pondok pesantren, kampus, dan masjid.

“Kita pernah mendengar bagaimana dahsyatnya masjid membangun umat seperti Masjid Al-Falah Surabaya, Masjid Jogokariyan Yogyakarta, dan lain sebagainya. Saya yakin masih banyak lagi masjid yang mempunyai kekuatan-kekuatan sangat dahsyat. Hanya belum terpublikasikan. Misalnya UII ini juga bisa bagaimana menyinergikan, banyak hal yang bisa kita lakukan,” katanya.

Proses tersebut, juga harus ditopang dengan media. Media itu pilar yang sangat penting. Jadi kalau ketiga ini disinergikan tanpa media juga tidak akan ada maknanya.

“Jadi yang mempublish, mengedukasi kepada masyarakat, yang menyiarkan adalah media. Termasuk Radio Suara Muslim Surabaya,” tutup Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia periode 2004 – 2015 ini.

Kontributor: Fajar Arifianto
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment