Suaramuslim.net – Hidup di tengah-tengah keterbatasan ekonomi terkadang membuat banyak orang cenderung tidak mensyukuri nikmat yang ada. Banyak di antara mereka yang menggerutu, bahkan menyalahkan keadaan yang dialaminya. Seakan, mereka tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, bahwa keterbatasan ekonomi merupakan salah satu ujian yang Allah Ta’ala berikan sebagai sarana untuk meninggikan derajatnya di sisi-Nya. Tentu, jika mereka bersabar, pantang menyerah, terus berikhtiar, memperbanyak doa, dan bertawakal kepada Allah Ta’ala. Namun, yang kita saksikan justru sebaliknya.
Ketika ada seseorang; tetangga, teman, atau saudara kita, misalnya. Hanya sedikit di antara mereka yang bisa bertahan dengan kesulitan yang satu ini; keterbatasan ekonomi. Yang ada justru kebanyakan di antara mereka menggunakan segala cara, tidak lagi mempedulikan masalah halal-haram dalam mencari rezeki. Sebab, tujuan mereka hanya satu, yaitu keluar dari keterbatasan ekonomi secepatnya. Melakukan pencurian, pencopetan, mengutil barang milik majikan, tidak jujur dalam bekerja, dan mencuri uang perusahaan dengan cara memanipulasi laporan keungan, misalnya.
Lagi-lagi tujuannya hanya untuk menambah penghasilan, demi terpenuhinya kebutuhan keluarga. Sebab, jika hanya mengandalkan gaji saja, jauh dari cukup. Utang pun sudah menumpuk. Satu-satunya pilihan yang harus dilakukan ya mencuri dan mencari rezeki dengan cara yang tidak halal. Asalkan menghasilkan uang banyak, masalah halal dan haram urusan belakangan.
Ya, itulah sedikit gambaran dari mereka yang tidak tahan dengan keterbatasan ekonomi yang sedang dialaminya. Mereka cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama demi kenikmatan sesaat. Namun, di antara sekian banyak orang yang melakukan pekerjaan secara tidak halal tersebut, masih ada manusia yang tetap menjadikan ajaran dan tuntunan agama sebagai pedoman hidupnya. Mari belajar dari kisah nyata tentang bagaimana seorang manusia di tengah keterbatasannya masih istiqamah mencari rezeki dengan cara yang benar seperti kisah berikut ini.
Namanya Marno. Dia adalah salah seorang tetangga, sekaligus teman bermain saat kami masih kecil. Sampai saat ini, dia masih berprofesi sebagai pengumpul telur bebek dan kemudian dijual kepada majikannya. Mungkin, banyak orang yang memandang rendah pekerjaannya. Untung yang didapatkan pun tak seberapa.
Namun, ada sisi kehidupannya yang menarik untuk kita jadikan contoh kebaikan. Baik semangatnya, loyalitasnya, kecintaan terhadap pekerjaannya, perjuangannya, kesabarannya, dan caranya mendapatkan rezeki. Setiap pagi, dengan sepeda tuanya dia berkeliling ke kampung-kampung untuk membeli telur-telur bebek para peternak kecil-kecilan. Kerombongnya pun tak bisa banyak memuat telur-telur bebek itu. Mungkin, hanya dalam kisaran di bawah dua ratusan atau lebih sedikit.
Setiap pagi, dengan senyum riangnya dia berkeliling dari kampung yang satu ke kampung yang lainnya. Tentu mencari telur bebek yang kemudian akan disetorkan ke majikannya dan di sana akan diolah untuk menjadi telur asin. Keteguhan dan semangatnya yang pantang menyerah membuat saya terharu. Dalam keterbatasan ekonomi keluarganya, anak muda yang satu ini masih terus berjuang. Perjuangannya pun sungguh luar biasa. Dia menepir rasa malu, membuang ego dan justru menjadikan keterbatasannya sebagai peluang untuk mencari penghasilan.
Ketika pada suatu kesempatan saya bertanya kepadanya tentang berapa rupiah tiap hari dia bisa mengumpulkan uang, maka dengan senyum khasnya di menjawab, “Nggak tentu, Mas. Seharian dapat upah 15 ribu dari majikan saja sudah untung. Saya tersentak kaget. Lalu saya bertanya, “Dengan penghasilan sedikit itu, apa kamu bisa bertahan?” lagi-lagi sahabat kecilku itu tersenyum, “Daripada nggak kerja, Mas. Daripada saya dapat uang banyak tapi dengan cara yang salah? Lagian, Allah pasti akan mencukupi kebutuhanku, kok, selama aku masih berjalan sesuai dengan arahan-Nya?”
Subhanallah. Aku memeluknya dengan serta merta. Aku bangga memiliki sahabat sejati seperti Marno. Sosok sederhana yang bisa membaca setiap peluang di tengah keterbatasannya dengan bahasa yang paling indah: berjuang..berjuang dan berjuang. Meski hasilnya sedikit, tapi jika dilakukan secara konsisten dan istiqamah pasti akan menjadi sesuatu yang besar. Dan..ya. Berkat kerja kerasnya itu, kini dia tak lagi menjadi pengepul telur bebek. Tapi kini dia sudah menjadi juragan telur asin di kampungku dan sudah memiliki lebih dari 10 karyawan. Perjuangannya mengukir prestasi dan kesuksesan berbuah senyum di hari ini, sebagai bayaran atas jerih payahnya di hari-hari lalu.
Dikutip dari haidarmusyafa.blogspot.com penulis Novel Biografi Buya Hamka dan sederet novel biografi best seller lainnya.