Suaramuslim.net –Jika ada pepatah “Banyak jalan menuju Roma”, begitu halnya dengan surga. Ada pintu khusus untuk orang-orang yang berpuasa. Bagaimana surga untuk orang yang berpuasa?
Surga adalah ganjaran bagi umat Islam yang melakukan banyak amal perbuatan baik dan mendapatkan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah telah menjanjikan pada umat Islam untuk masuk ke dalam surgaNya melalui beragam pintu yang sudah disiapkanNya. Puasa, salah satu ibadah yang punya keistimewaan di hadapan Allah. Dari sekian banyak fadhilah di dalam bulan Ramadhan, tentu surgalah yang amat menjanjikan bagi setiap umat Islam.
Dilansir dari muslim.or.id, sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk surga masuk melalui pintu ini kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu yang disebut Ar-Royyan. Orang-orang yang rajin berpuasa akan masuk surga melewatinya pada hari kiamat nanti. Tidak ada orang yang memasukinya selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Manakah orang-orang yang rajin berpuasa?’ Maka merekapun bangkit. Tidak ada yang masuk melewati pintu itu selain golongan mereka. Dan kalau mereka semua sudah masuk maka pintu itu dikunci sehingga tidak ada lagi seorangpun yang bisa melaluinya…” (HR. Bukhari [1896] dari Sahlradhiyallahu’anhu).
Ibnu hajar Al Asqolani dalam Al Fath menyebutkan Ar Rayyan dengan menfathahkan huruf ro’ dan mentasydid ya’, mengikuti wazan fi’il dari kata ‘ar riyy’ yang maksudnya adalah nama salah satu pintu yang dikhususkan untuk orang yang berpuasa. Dari sisi lafazh dan makna ada kaitannya, ar rayyan dari kata ar riyy yang berseseuaian dengan keadaan orang berpuasa. Orang yang berpuasa kelak akan memasuku pintu tersebut dan tak akan pernah merasa haus lagi.
Puasalah dengan Ikhlas karena Allah
Terdapat dua hal agar ibadah diterima di sisi Allah, haruslah terpenuhi dua syarat, yaitu: Ikhlas karena Allah dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam (ittiba). Jika hanya salah satu syarat saja yang terpenuhi, maka amalan ibadah menjadi tertolak. Dalil dari dua syarat di atas adalah firman Allah Taala,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya“.” (QS. Al Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh.” Maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pen). Dan “Janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” Maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.”
Karena itu, beribadah puasa, sudah menjadi keharusan untuk memastikan bahwa ibadah sudah dilakukan sesuai dengan syarat-syarat diterimanya sebuah ibadah. Sehingga dengan dijalankannya puasa, akan membawa diri kedalam Ar-Rayyan, surga khusus bagi orang-orang yang berpuasa. (muf/smn)