Suaramuslim.net – Umat Islam memiliki kekuatan yang tidak bisa ditaklukkan oleh kekuatan eksternal. Sekuat apapun dari kekuataan musuh, tidak akan bisa meruntuhkan umat. Hal ini disebabkan umat Islam memiliki mental dan spirit yang kuat dalam memegang teguh dan membela Islam. Namun kekuatan yang dahsyat itu justru hancur terkoyak-koyak oleh pertikaian dan keganasan internal yang sulit didamaikan. Inilah fakta sejarah yang tak bisa dibantah dan terus menyejarah. Dominasi dan aroma kepentingan politiklah yang membuat potensi besar umat Islam ini terkoyak-koyak dan sulit untuk dipersatukan.
Spirit Agama dan Kekokohan Islam
Dalam sejarah peperangan melawan orang-orang kafir, umat lebih banyak memenangkan pertarungan. Sejarah perang Badar, dengan jumlah yang hanya seperempat dari kekuatan musuh, namun bisa memenangkan peperangan itu. Demikian pula saat pemurtadan massal. Abu Bakar berhasil menumpas dengan cepat sehingga tidak ada lagi bibit-bibit penyimpangan para penolak zakat. Bahkan di era Umar bin Khaththab, kekuatan umat Islam berhasil menundukkan dan menghempaskan kekuatan Romawi dan Persia. Sehingga kekuatan Islam benar-benar ditakuti oleh kekuatan musuh.
Demikian ketika era Utsman merupakan masa emas, dimana kekuasaan umat Islam hingga mencapai wilayah Afrika, Eropa hingga Amerika. Hal ini tidak lepas dari spirit dakwah yang demikian besar dengan mengajak manusia untuk berada di atas jalan kebenaran.
Kondisi umat Islam benar-benar puncak dan menjadi kekuatan yang tak terkalahkan musuh. Sehingga dakwah Islam hingga menembus ke berbagai belahan dunia. Kondisi umat Islam di atas telah ada rujukannya, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Nabi Muhammad sebagai berikut :
“Aku telah mengerjakan shalat Raghbah dan Rahbah (penuh harap dan takut) dan aku memohon kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia memberiku dua perkara dan mencegahku dari satu perkara lainnya. Aku memohon kepada-Nya agar umatku jangan diuji dengan paceklik, maka Dia memperkenankannya. Aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan dikuasai oleh musuh mereka, maka Dia memperkenankannya. Aku memohon kepada-Nya agar mereka jangan berpecah-pecah menjadi berbagai golongan yang bersengketa, maka Dia tidak memperkenankan bagiku.” (HR Imam Nasa’i)
Hal ini juga dikuatkan oleh sabda nabi yang lain : “Aku pernah memohon kepada Tuhanku agar Dia menghapuskan dari umatku empat perkara. Maka Allah menghapuskan dari mereka dua perkara dan menolak permintaanku yang duanya lagi. Dia tidak mau menghapuskan dari mereka dua hal itu. Aku berdoa kepada Tuhanku, semoga menghapuskan adzab hujan batu dari langit, kebanjiran dari bumi, janganlah Dia menjadikan mereka (umatku) berpecah-pecah menjadi banyak golongan, dan janganlah Dia menimpakan keganasan sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain. Maka Allah menghapuskan dari mereka adzab hujan batu dari langit dan kebanjiran dari bumi. Tetapi menolak, tidak mau menghapuskan dua perkara lainnya, yaitu pembunuhan dan fitnah.” (HR. Ibnu Murdawaih)
Nabi ingin menunjukkan bahwa Islam tidak akan bisa ditundukkan oleh kekuatan eksternal. Bahkan kekuatan alam, seperti paceklik, kelaparan atau kebanjiran juga bisa dari umat Islam. Musuh sekuat apapun tidak akan bisa mengalahkan kekuatan spirit Islam yang telah melekat di dada-dada kaum muslimin. Spirit jihad dan mempertahankan nilai-nilai Islam benar-benar tidak bisa dibendung oleh kekuatan apapun.
Sumber Kehancuran : Perpecahan dan Keganasan Internal
Hadits nabi di atas mensinyalir bahwa kekuatan umat Islam yang demikian besar itu bisa runtuh dan rontok oleh perpecahan internal dan keganasan. Pertikaian antar umat Islam dan keganasan sebagian kaum muslimin kepada sebagian yang lain merupakan akar hancurnya kekuatan umat Islam.
Khalifah Utsman bin Affan bisa terbunuh dan kekuatan umat Islam saat itu kocar-kacir hingga merepotkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Kekisruhan dan keributan terus mewarnai pemerintahan Ali bin Abi Thalib hingga membuatnya terbunuh. Hal ini tidak lepas dari perpecahan dan keganasan internal umat Islam. Bahkan Husein, putra Ali bin Abi Thalib, juga terbunuh secara sadis karena dibiarkan dan ditinggal lari oleh mereka yang mengaku sebagai pendukung setianya.
Demikian pula runtuhnya kepemimpinan Bani Umayyah, hingga sebagian besar generasinya habis karena dibunuh oleh umat Islam sendiri, yakni oleh Bani Abbasiyah. Hal ini tidak tidak lepas dari kepemimpinan Bani Abbasiyah yang runtuh karena ada perpecahan dan pertikaian di antara mereka. Spirit dan kekuatan umat Islam untuk menumpas musuh dan berhasil memenangkan pertarungan kembali muncul ketika berhasil menghancurkan Mongol. Meski kekuatan bangsa Mongol amat sadis dan ganas. Spirit Islam yang dibangkitkan dan digelorakan oleh para ulama itu berhasil mengalahkan musuh sehingga umat Islam terhindar dari cengkeraman pihak lain.
Demikian pula apa yang terjadi di Indonesia. Yang mana umat Islam sebagai kelompok mayoritas, tetapi kekuatannya terus melemah. Umat Islam terus mengalami marginalisasi, tokoh-tokoh Islam yang kritis dipraperadilkan, ulama terus dilecehkan dan mengalami degradasi “muru’ah”. Bahkan umat Islam harus terbelah dan sengaja dikotak-kotak oleh kekuatan musuh.
Dalam konteks pemilihan presiden ini, umat Islam harus menelan pil pahit dan terus terlihat konflik internal. Dua calon presiden sama-sama melakukan pendekatan terhadap ulama. Dengan sama-sama mengadakan ijtima’ ulama guna memperoleh dukungan politik. Di kalangan akar rumput lebih kisruh, dimana terjadi saling fitnah terhadap lawan politiknya. Umat Islam sebagai sasaran politik mengalami keterbelahan dalam dukungan politiknya, sehingga berujung saling melemahkan. Hal ini karena perpecahan dan keganasan internal umat Islam dan sulit mengedepankan ukhuwah.
Kontributor: Dr Slamet Muliono *
Editor: Oki Aryono
*Ditulis di Surabaya, 23 September 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net