Fitrah Solusional Al-Qur’an

Fitrah Solusional Al-Qur’an

Ilustrasi Wanita Membaca Alquran. (Ils: Nurhadi/dribbble)
Ilustrasi Wanita Membaca Al-Qur'an. (Ils: Nurhadi/dribbble)

Suaramuslim.net – Al-Qur’an hadir ke muka bumi melalui dua cara, pertama diturunkan secara inzal (utuh sekaligus) dan kedua, diturunkan secara tanzil (bertahap).

Penurunan Al-Qur’an secara inzal berarti Al-Qur’an diturunkan oleh Allah secara sekaligus dari Lauh Al-Mahfudz menuju langit bumi. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, “Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar pada bulan Ramadan ke langit dunia sekaligus, lalu Dia menurunkan secara berangsur-angsur.” (Ath-Thabrani).

Turunnya Al-Qur’an secara inzal ini terjadi pada malam lailatul qadar. Hal ini sebagaimana terungkap dalam Surat Al-Qadar.

Cara penurunan kedua dari Al-Qur’an adalah secara tanzil yaitu diturunkan secara bertahap, berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan, dari langit bumi kepada Rasulullah melalui perantara malaikat Jibril selama lebih kurang 23 tahun.

Maksud penurunan secara bertahap ini adalah untuk memberikan solusi atas setiap persoalan yang sedang dihadapi Nabi sehingga dengannya Nabi serta para sahabat akan semakin mudah memahami dan meyakini atas kebenaran Al-Qur’an ini.

Sebagaimana firman Allah, “Berkatalah orang-orang kafir, ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS Al-Furqan: 32).

Penurunan secara tanzil ini bermula dari wahyu pertama yang turun pada Nabi Muhammad saat beliau sedang beruzlah di gua hira bertepatan pada tanggal 17 Ramadan.

Ayat pertama yang turun berisi tentang perintah membaca “iqra”. Sebuah perintah yang menggetarkan setiap sanubari serta menginspirasi untuk menghadirkan sebuah perabadan baru yang dilandasi perpaduan nilai kecerdasan rasional dan spiritualitas.

Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu bahwa Nabi Muhammad adalah seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis), namun diperintahkan untuk membaca. Maka hal ini seakan memberikan kesan bahwa ada tanggung jawab besar di pundak Nabi untuk membangun sebuah realitas masyarakat cerdas yang berperadaban melalui budaya baca sebagai landasan utama bangunan ilmu.

Al-Qur’an Turun Menjawab Tantangan Zaman

Al-Qur’an kemudian hadir membersamai Rasulullah sebagai sebuah jawaban (solusi) atas persoalan yang dihadapi selama berinteraksi membina umat manusia pada saat itu, sebagai teks dialogis yang menjelaskan dengan sangat sempurna dan mengesankan dalam menjawab tantangan realitas.

Berbagai persoalan yang dihadapi saat itu, dijawab dengan tuntas oleh Rasulullah melalui bimbingan wahyu dari Allah.

Sebagaimana pada masa awal penyebaran Islam di Mekkah, kaum Quraisy yang menentang Rasulullah tak henti-hentinya mencari cara untuk menghentikan ancaman Islam terhadap kepercayaan nenek moyang mereka.

Pada salah satu upaya tersebut mereka yang terdiri dari Walid Ibnul Mughirah dan Al-‘Ash bin Wa’il, Al-Aswad Ibnul Muththalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah, berusaha mengajukan proposal kompromi kepada Rasulullah menawarkan: jika Rasulullah mau memuja Tuhan mereka, maka mereka pun akan memuja Tuhan sebagaimana konsep Islam. Kemudian untuk menjawab persoalan ini turunlah wahyu Allah sebagaimana dalam surat Al-Kafirun 1-6.

Demikian pula, pada suatu ketika Jibril mendatangi Nabi. Lalu Jibril meminta izin untuk masuk ke rumah beliau dan beliau mengizinkannya. Namun Jibril tidak juga masuk. Maka, Rasulullah segera memakai jubah dan keluar rumah. Di luar rumah, beliau melihat Jibril sedang berdiri. Lalu beliau berkata kepadanya ‘Engkau telah saya izinkan untuk masuk rumah kami.’

Jibril menjawab, ‘Benar, akan tetapi kami tidak masuk ke rumah yang di dalamnya ada gambar dan anjing.’

Lalu Rasulullah dan anggota keluarga beliau melihat di dalam rumah terdapat anak anjing. Maka beliau memerintahkan Abu Rafi’ agar membunuh setiap anjing yang ada di Madinah. Kemudian orang-orang mendatangi beliau dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dihalalkan untuk kamu dari binatang yang engkau perintahkan untuk dibunuh?’ Lalu turunlah firman Allah surat Al-Maidah ayat 4.

Contoh di atas menggambarkan betapa Al-Qur’an hadir sebagai jawaban dialogis antara Allah melalui Nabi Muhammad al-amiin dalam menyelesaikan berbagai persoalan manusia.

Patutlah dipahami bahwa persoalan manusia itu akan selalu berulang, demikian pula dengan sejarah yang akan terus berulang, sementara yang berubah hanyalah pada subyek pelaku dan lokusnya saja. Sedangkan konten peristiwa dan masalah akan terus berulang sepanjang masa.

Di sinilah Al-Qur’an hadir semenjak awal turunnya telah membawa fitrah solusi bagi umat manusia. Apapun persoalan yang sedang dihadapi oleh manusia sebenarnya telah terjawab dengan tuntas dalam Al-Qur’an melalui keteladanan Rasulullah serta penjelasan mendalam dari para ulama.

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar dan teragung yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi penutup dan akhir zaman. Sehingga Al-Qur’an pun akan terus korelatif dengan perkembangan zaman dan akan selalu membersamai manusia setiap masa.

Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara bertahap membersamai setiap peristiwa interaksi manusia menjadikan Al-Qur’an sangat aplikatif dan membumi (down earth) serta dekat dengan problematika kemanusiaan. Sehingga apapun persoalan yang dihadapi manusia sepanjang masa hingga hari kiamat baik dalam realitas hubungan individu, keluarga, sosial, budaya, ekonomi, politik, sains dan ilmu pengetahuan sebenarnya telah terjawab dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an baik secara implisit maupun eksplisit dalam teks teks Al-Qur’an.

Tentu menjadi tugas kita untuk terus dapat menemukan kemukjizatan Al-Qur’an melalui proses pengkajian dan perenungan mendalam tentang bagaimana Al-Qur’an menjawab setiap tantangan zamannya. Karena memang sejatinya Al-Qur’an hadir sebagai solusi bagi kehidupan umat manusia.

Mari berselancar di tengah samudera Al-Qur’an dengan berupaya menemukan kemilau mutiaranya untuk dapat menghiasi kehidupan agar tampak lebih indah dalam naungan rahmat Allah azza wa jalla. Wallahu A’lam

 

Akhmad Muwafik Saleh
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwir Al-Afkar Tlogomas Malang, Dosen FISIP UB, Sekretaris KDK MUI Jawa Timur, Motivator Nasional Bidang Komunikasi Pelayanan Publik, Penulis 16 Buku Best Seller.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment