Game of Thrones, Layakkah Dikonsumsi Anak?

Game of Thrones, Layakkah Dikonsumsi Anak?

Game of Thrones, Layakkah Dikonsumsi Anak?
(Foto: HBO)

Suaramuslim.net – Akhir pekan kemarin, jagat maya dihebohkan oleh pidato Presiden Indonesia dalam acara pertemuan tahunan IMF World Bank di Bali pada hari Jum’at (12/10/2018). Dalam pidato tersebut, Jokowi menganalogikan keadaan ekonomi dunia dengan serial drama Game Of Thrones. Jokowi menyebutkan jika pertarungan yang dilakukan Great House dalam memperebutkan The Iron Thrones sama dengan persaingan negara-negara di dunia untuk mencapai kemakmuran ekonomi negaranya. Pidato tersebut kemudian mengundang reaksi dari berbagai pihak

Efek dari narasi Game of Thrones dalam pidato Presiden, membuat serial drama itu banyak dibicarakan netizen di jagat maya. Mulai dari orang dewasa sampai anak-anak,dari akademisi sampai rakyat biasa dan dari politikus sampai kritikus film. Ramainya perbincangan seputar serial drama tersebut, membuat penasaran para netizen dan masyarakat pada umumnya. Apa sih serial drama Game of Thrones? Adegan apa saja yang ada didalamnya? Layakkah ditonton anak-anak? Terus, apa efek serial drama ini bagi anak-anak?

Mari kita kenali, apa sih serial drama Game of Thrones?

Game of Thrones (GoT) adalah sebuah serial televisi drama fantasi yang digarap oleh David Benioff dan DB Weiss. Acara ini ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi HBO di Amerika Serikat pada 17 April 2011. Serial ini akan berakhir pada musim kedelapan pada 2018 atau 2019. GoT diadaptasi dari novel fantasi A Song of Ice and Fire, karangan George RR Martin, dimana buku pertamanya berjudul A Game of Thrones. Kisahnya bercerita mengenai pertentangan politik di tujuh kerajaan (Seven Kingdom) di benua fantasi Westeros.

Adegan apa saja yang ada di dalamnya?

Penikmat film akan tertarik dengan sebuah film jika cerita, alur dan adegan yang ada didalamnya menarik untuk ditonton. Lalu adegan apa saja yang ada di GoT? Inti cerita dari film ini adalah perebutan kekuasaan dan harga diri. Di sela-sela cerita terselip adegan-adegan yang menurut masyarakat timur, khususnya Indonesia merasa tidak layak dipertontonkan. Adegan yang dipertontonkan antara lain: Incest (pemerkosaan sedarah), LGBT, Nudity, Kekerasan, Umpatan kata-kata kasar, Makan jantung kuda mentah, Threesome, dan Rumah bordil. Adegan yang terselip mengandung konten pornografi, pornoaksi dan kekerasan yang sangat jauh dari nilai-nilai ketimuran orang Indonesia.

Layakkah ditonton anak-anak?

GoT memiliki batasan usia tonton yakni di atas 21 tahun. GoT sendiri bukan serial TV yang layak untuk ditonton oleh anak-anak. Berikut alasanya:

  1. Pornografi dan pornoaksi

Serial GoT mengandung beberapa adegan yang mengandung unsur seksual dan telanjang yang tentunya tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak.

  1. Umpatan kata kasar

Para pemeran GoT sering kali mengeluarkan kata-kata kasar yang seharusnya tidak boleh didengar anak-anak. Ucapan verbal ini dikeluarkan untuk melakukan intimidasi lawannya.

  1. Kekerasaan

Adegan kematian yang sangat sadis. Coba lihat saat-saat terakhir Oberyn Martell tewas dibunuh Gregor Clegane atau pembunuhan di Red Wedding.

Efek film GoT bagi anak?

Tayangan atau tontonan tv yang menampilkan adegan kekerasan, pornografi dan umpatan kasar telah menimbulkan keprihatinan dan keresahan masyarakat. Hal tersebut memiliki dampak yang buruk buat anak-anak. Tidak terkecuali film GoT juga memiliki dampak yang berbahaya bagi anak-anak antara lain:

  1. Desensitisasi

Tindakan masa bodoh atau penumpulan kepekaan yang dialami oleh anak dikarenakan terpaan tayangan kekerasan, pornografi dan umpatan kasar yang berlebihan. Studi menunjukkan, akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan, orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang lain (Baron, 1974 dalam Baron & Byrne, 2000).

  1. Tindakan agresi dan imitasi

Paparan tayangan GoT yang diterima anak, dapat mendorong munculnya peniruan tindakan kekerasan serta tindakan agresi apa saja yang mereka lihat di GoT, karena sesungguhnya anak telah mengamati dan melakukan pembelajaran melalui tayangan GoT. Biasanya anak melakukan tindakan agresi saat bermain dengan temannya

  1. Menjadi anak yang penakut dan cemas

Anak-anak akan merasa bahwa dunia ini penuh kejahatan dan tidak aman. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Michigan menyatakan bahwa efek dari tayangan tersebut dapat membuat kecemasan seseorang meningkat.

  1. Sulit konsentrasi

Bagaimana anak bisa konsentrasi kalau yang ada dalam pikiran anak adalah pikiran-pikiran kotor. Belum lagi kalau anak belum paham, sehingga yang ada dalam otak anak adalah berbagai pertanyaan seputar adegan porno yang baru dia lihat.

  1. Memicu anak melakukan aktivitas seksual

Sifat dasar anak-anak adalah meniru. Mereka akan meniru apapun yang dilihat anak dalam GoT. Jika pornografi dan pornoaksi meracuni otak anak, bukan tidak mungkin mereka akan melakukan aktivitas seksual yang mereka lihat kepada anak yang lebih muda bahkan teman sebayanya yang lebih lemah.

  1. Kecenderungan melakukan pelecehan seksual

Mengenal pornografi dan pornoaksi terlalu dini juga dapat membuat seseorang melakukan kejahatan seksual seperti pelecehan seksual.

  1. Penyimpangan seksual

Anak yang belum waktunya sudah melihat adegan atau tayangan pornografi dan pornoaksi dan tidak ketahuan orangtua, sehingga tidak langsung diberi pemahaman ketika dewasa kelak akan mengalami penyimpangan seksual karena yang ada dalam benak anak adegan itu jorok, sakit, tak senonoh, seram, dan lain-lain.

Otak merespon informasi yang diterima melalui mata lebih cepat ketimbang dari sumber lain. Informasi visual diproses di sistem limbik dalam waktu nanodetik. Oleh karena itu,  orang tua harus selektif dalam memberikan tontonan kepada anak. Orang tua juga memiliki kewajiban untuk melihat petunjuk usia yang boleh menonton. Saat menonton, orang tua wajib mendampingi dan memberikan pemahaman tentang tayangan yang sedang ditonton.

Kontributor: Jefri firmansyah, S.Psi*
Editor: Oki Aryono

*Staf pengajar di SD Al Hikmah Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment