SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyyah (PPKN) menyelenggarakan bedah buku karangan penasehat PPKN Drs Choirul Anam yang berjudul “NU Jadi Tumbal Politik Kekuasaan, Siapa Bertanggungjawab?” Selasa (26/2).
Bedah buku tersebut dihadiri juga Prof. Dr. Aminuddin Kasdi Guru Besar Sejarah UNESA dan Prof. Dr. Achmad Zahro sebagai guru besar UINSA Surabaya, keduanya menjadi pembedah buku.
Choirul Anam mengatakan bahwa latar belakang menulis dengan tema demikian karena melihat kondisi NU yang sangat memprihatinkan dimana pilpres kali ini Rais Am PBNU menjadi cawapres namun hanya dibuat tumbal.
Pria yang akrab disapa Cak Anam ini menuturkan belum pernah ada dalam sejarah Rais Am PBNU yang dicomot presiden menjadi cawapres. Sebab, menurutnya, Rais Am itu adalah jantungnya NU dan posisinya di atas presiden. Saat ini, ujar Cak Anam, NU seperti tidak ada jantungnya lagi.
“NU sekarang jadi tumbal, seperti jadi jimat, jadi sebenarnya Kiai Ma’ruf Amin jadi cawapres hanya dijadikan demikian,” ujar Choirul Anam di gedung Graha Astranawa Surabaya pada Selasa (26/2/2019).
Ia melanjutkan, Kiai Ma’ruf digandeng bukan untuk meningkatkan elektabilitas, tapi dijadikan jimat untuk mengusir stigma-stigma negatif dalam pemerintahan Joko Widodo yang dianggap tidak suka ulama, tidak suka umat Islam, memanjakan asing dan neo PKI serta jualan Islam radikal.
“NU itu bukan organisasi politik. Fondasi NU adalah kebenaran dan keadilan untuk memperjuangkan kesejahteraan umat, tidak ada politiknya,” ujarnya
“NU berbeda dengan Golkar, KNPI. NU ini kumpulan ulama, ormas keagamaan. NU harus amar maruf nahi mungkar,” tegasnya.
Cak Anam juga mengingatkan agar umat Islam Indonesia jangan terpecah belah, gampang diadu domba.
“Kita umat Indonesia harus bersatu. Jangan sampai terpecah belah. Jangan percaya bila ada masjid yang radikal, itu hanya buat-buatan. Sekarang umat Islam dibikin radikal. Itu salah kaprah,” pungkasnya.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir