Gerhana, Masyarakat Miskin dan Tanda Alam

Gerhana, Masyarakat Miskin dan Tanda Alam

Suaramuslim.net – Gerhana Bulan Total “Blood Moon” akan terjadi pada Sabtu (28/7) yang merupakan gerhana terlama di abad 21, yakni selama 6 jam 14 menit, mulai pukul 01.15 WIB hingga 06.00 WIB. Feneomena bisa disimak dengan mata telanjang di seluruh daerah di Indonesia.

Saat gerhana bulan total terjadi, warna satelit Bumi akan terlihat berwarna merah, karena adanya pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi. Saat itu, bulan melewati bayangan Bumi, sehingga sinarnya menjadi gelap tak seperti biasanya. Menariknya lagi, bulan sedang berada di titik terjauhnya dari Bumi, sehingga memunculkan fenomena mini moon.

Di tahun 2018 ini, ada lima fenomena gerhana akan terjadi yang dua di antaranya bisa disaksikan di Indonesia. pertama, gerhana bulan langka terjadi pada 31 Januari. Disebut langka lantaran gerhana bulan total terjadi bertepatan dengan fenomena ‘supermoon’ dan ‘blue moon’, sehingga disebut sebagai fenomena ‘super blue blood moon’.‘Super blue blood moon’ merupakan sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sejak 152 tahun lalu.

Empat fenomena gerhana lain yang akan terjadi di tahun ini terjadi pada 15 Februari 2018, 13 Juli 2018, dan 11 Agustus 2018, menurut BMKG, akan terjadi fenomena gerhana matahari sebagian.

Tetapi, fenomena tersebut tidak akan terlihat dari Indonesia. hanya gerhana bulan total yang terjadi pada 28 Juli 2018 ini dapat diamati dari Indonesia. Sebelumnya, gerhana bulan total yang sama pernah terjadi 18 tahun lalu, tepatnya pada 21 Januari 2000.

Gerhana serupa akan muncul lagi dalam jangka waktu yang sama di masa mendatang, yaitu 11 Februari 2036.

Gerhana saat Pra-Islam

Masyarakat Arab pra-Islam memandang gerhana sebagai sesuatu yang menakutkan. Menurutnya Gerhana adalah pertanda sesuatu buruk akan terjadi, baik dari kematian maupun kelahiran. Gerhana adalah sumber bencana dan malapetaka. Pandangan itu masih hidup saat Islam datang.

Ketika putra Nabi Muhammad, Ibrahim, meninggal, yang bersamaan dengan terjadinya gerhana matahari, mereka mengatakan bahwa gerhana itu terjadi karena kepergian putra Nabi Muhammad. Dalam konteks itulah Nabi Muhammad bersabda:

“Matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah. Keduanya mengalami gerhana bukan karena atau sebab bagi kematian atau kelahiran seseorang.”

Selanjutnya Nabi Muhammad menganjurkan untuk melaksanakan salat, bertasbih, berzikir, bertahlil, bersedekah, dan memerdekakan budak.

Sehingga Islam menepis mitos dan pandangan tentang gerhana, sekaligus menekankan dimensi religius, spiritual, dan sosial pada gerhana itu sendiri sebagai misi kenabian Nabi Muhammad.

Gerhana, Masyarakat Miskin dan Tanda Alam

Gerhana matahari dan bulan menurut Islam menyimpan arti, makna dan hikmah untuk umat manusia. Dalam pandangan Islam, kehadiran gerhana menjadi cara Allah untuk menunjukkan kekuasaan-Nya kepada umat manusia.

Menurut Al Quran, gerhana tidak dijelaskan secara eksplisit. Alquran hanya menyebut dalam Surat Yunus Ayat 5 yang menegaskan bahwa Allah yang membuat matahari bersinar dan bulan bercahaya dengan ditetapkan manzilah sebagai tempat peredaran untuk keduanya.

Dengan ketentuan itu, manusia diharapkan tahu bilangan tahun dan perhitungan untuk waktu. Itu menjadi tanda-tanda kebesaran Tuhan bagi orang-orang yang mengetahuinya

Bila Al quran tidak menyinggungnya secara eksplisit, tetapi persoalan gerhana dijelaskan secara jelas dalam hadits.

Nabi Muhammad Saw pernah bersabda yang kemudian dimuat dalam hadis Al Bukhari Nomor 1043 dan Muslim Nomor 915.

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua ayat (tanda) dari ayat-ayat Allah (yang tersebar di alam semesta). Tidak akan terjadi fenomena gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoa dan shalat kepada Allah sampai (matahari atau bulan) tersingkap lagi.”

Sahabat Rasulullah Abu Musa Al Asya’ari pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bila Allah memberikan rasa takut kepada hambanya dengan tanda-tanda berupa gerhana. Maka, bila kamu melihatnya, segera berdzikir, mengingat kebesaran Tuhan, berdoa dan meminta ampun.

Sholat gerhana atau sering disebut dengan salat Kusuf (gerhana matahari) atau salat Khusuf (gerhana bulan). Selain itu, umat Muslim diminta untuk istigfar memohon ampun kepada Allah, berdoa supaya diberi keselamatan Tuhan, menyerukan takbir sebagai tanda kebesaran Tuhan, dzikir untuk mengingat Allah, shodaqoh, dan memerdekakan budak.

Manusia bisa saling bersosial dengan sedekah. Menurut Islam, umat Mukmin harus menggiatkan shodaqah saat terjadi gerhana. Dengan begitu, manusia akan mendapatkan pahala dari sedekah karena kemungkinan adanya bencana bakal datang setelah ada tanda-tanda alam berupa gerhana. Bahkan, kita disarankan untuk memerdekakan budak. Jangan dikira manusia modern tidak ada perbudakan. Hanya saja, bentuk dan modelnya berbeda dengan perbudakan pada zaman Rasulullah Saw.

*Teguh Imami
*diolah dari beberapa sumber

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment