Suaramuslim.net – Pagi itu, saat memutuskan untuk mengunjungi wisata alam di kota Surabaya. Pilihan jatuh untuk menyusuri pantai yang lokasinya berdekatan dengan jembatan Suramadu, tepatnya di pesisir pantai Kenjeran.
Sebelum tiba di lokasi Pantai Nambangan, melewati area yang terbilang sangat sepi. Di sisi kanan dan kiri tumbuh lebat daun hijau dari pepohonan yang berukuran besar. Di sebelah kiri dari arah datang, ada bangunan unik yang tertutup oleh semak belukar. Dari bentuk serta kondisinya, itu seperti bangunan bekas peninggalan penjajah.
Rupanya memang betul. Bangunan yang nampak kokoh meski kondisinya nampak angker dan tak terawat itu dulunya merupakan benteng penyimpanan peluru. Dilansir dari berbagai sumber, benteng atau bungker itu dibangun oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk mengantisipasi adanya serangan militer tentara Jepang dari wilayah utara perairan Surabaya.
Menurut informasi yang beredar, ada 9 bungker peninggalan Belanda di Kelurahan Kedung Cowek. Kondisinya tak jauh beda, bangunan cor terlihat begitu tebal sehingga mampu bertahan sedemikian lamanya. Meski demikian, karena lama tidak tersentuh, kondisi bungker penuh dengan lumut dan semak belukar. Belum lagi di temboknya penuh dengan coretan tangan orang-orang iseng.
Dulu di bagian belakang benteng, juga dibangun meriam dengan ukuran yang begitu tebal. Namun belum sempat digunakan oleh Belanda, tentara Jepang berhasil menduduki Surabaya. Jepang menggunakan peninggalan Belanda ini sebagai basis pertahanan laut. Lalu menambahkan persenjataan disana. Sayangnya nabis Jepang tak beda jauh dengan Belanda yang sama-sama belum sempat menggunakan persenjataan di benteng Kedung Cowek. Pasca kekalahan Jepang melawan sekutu, benteng Kedung Cowek dimanfaatkan oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari pasukan Sriwijaya saat pertempuran 10 November 1945 melawan tentara sekutu yang dipimpin Inggris.
Suasana di sekitar kawasan benteng seakan di hutan rimba. Beberapa ruangan dalam benteng gelap gulita meski pada siang hari. Hanya ada kelelawar yang menghuni bangunan bersejarah itu. Sebagian ruangan dalam benteng berbentuk lingkaran. Ada juga yang bentuknya segi empat dan memanjang. Tempat itulah yang menjadi gudang peluru turun temurun, mulai dari Belanda hingga tentara Indonesia.
Menurut informasi, pemerintah kota Surabaya rencananya akan menjadikan benteng Kedung Cowek sebagai destinasi wisata peninggalan sejarah atau heritage. Tercatat sejak beberapa waktu lalu, Dinas Pariwisata Kota Surabaya sibuk menggali potensi wisata baru di Surabaya, khususnya wisata heritage. Jika semua terealisasi, maka ini akan semakin mengukuhkan pamor Surabaya sebagai kota pahlawan sekaligus kota maritim.
Berdasarkan penilaian Menteri Pariwisata, dari sisi perkotaan, Kota Surabaya hanya kalah dengan kota Denpasar. “Artinya Jogjakarta kalah dengan Surabaya. Dulu siapa yang akan memandang kota Surabaya, tapi sekarang berada di posisi kedua di Indonesia. Mungkin keterkenalan kota Surabaya di luar negeri mengalahkan kota lain di Indonesia,” ungkap Profesor Johan dilansir dari sumber di internet (7/8).
Dinas Pariwisata Kota Surabaya berencana akan menggandeng Kodam V Brawijaya selaku pemilik lahan, untuk menjadikan kawasan bungker di Kedung Cowek itu sebagai kawasan cagar budaya. Apalagi, menurut Johan, area tersebut sudah layak dijadikan destinasi wisata baru. Selain bisa dilalui kendaraan, pengunjung bisa berwisata di dua tempat sekaligus. Yaitu destinasi wisata heritage dan wisata Pantai Nambangan yang jaraknya kira-kira 800 meter dari bungker.
Keberadaan 9 bungker di wilayah Kedung Cowek akan menambah koleksi berharga baru bagi Surabaya. Deretan benda-benda bersejarah yang bertebaran di berbagai wilayah tersebut menjadi saksi perjuangan arek-arek Suroboyo dalam menumpas penjajahan di Indonesia, khususnya di kota Surabaya. Sementara dari sektor pariwisata, pengembangan bungker sebagai wisata heritage berpeluang meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke kota terbesar nomor dua di Indonesia ini. Apalagi, jika wisata bungker dan Pantai Nambangan ini disinergikan dengan Jembatan Suramadu dan Jembatan Suroboyo yang lokasinya berdekatan, ini akan melengkapi potret kota Surabaya di bagian utara.
Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono